Gara-gara Corona, Butuh 4 Tahun untuk Bisa Kembalikan Bisnis Seperti Semula

Gara-gara Corona, Butuh 4 Tahun untuk Bisa Kembalikan Bisnis Seperti Semula, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Penurunan penjualan ritel akibat pandemi tidak hanya dialami oleh Indonesia. Secara global, penjualan ritel diperkirakan turun hingga 9,6% atau setara 2,1 triliun dolar, menurut Forrester, sebuah lembaga riset bisnis yang berbasis di Inggris. Forrester memperkirakan, butuh waktu empat tahun bagi para peritel untuk bisa kembali ke level sebelum pandemi.

Menurut Forrester, dampak pandemi terhadap penjualan ritel akan sangat bervariasi di Amerika Utara, Asia, Eropa, dan Amerika Latin. Untuk Amerika Serikat, penjualan ritel akan turun 9,1% atau setara 321 miliar USD.

Asia Pasifik akan turun sekitar 10% atau setara 767 miliar USD. Cina akan menjadi negara dengan penurunan penjualan ritel terbesar hingga 192 miliar USD pada Januari dan Februari saja, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Cina, negara dengan konsumen terbesar di dunia, melaporkan penjualan ritelnya selama Mei minus 2,8 persen, menurut Badan Pusat Statistik China seperti dilansir dari SCMP. Namun, angka penjualan ritel yang menjadi indikator kunci dalam konsumsi itu sudah membaik dibandingkan pada April, yang mencatat minus 7,5 persen.

Demikian pula Amerika Serikat, salah satu negara dengan konsumen terbesar di dunia, juga mencatatkan penurunan penjualan ritel hingga minus 8,7% pada Maret. Ini merupakan penurunan month to month terbesar, sejak Badan Statistik AS mulai mencatat sensus ritel. Secara year on year, penurunannya mencapai minus 6,2%.

Nasib serupa juga menimpa Singapura yang sering dianggap sebagai barometer perekonomian Asia Tenggara. Penjualan ritel Singapura pada Maret turun ke tingkat terendah dalam 22 tahun. Penjualan ritel turun hingga minus 13,3% secara year on year, menurut Department of Statistics (SingStat).

Menurut perhitungan Reuters, ini merupakan penurunan terendah sejak September 1998, ketika penjualan retail turun hingga minus 16,9%. Penjualan pakaian dan alas kaki mencatat penurunan terbesar hingga 41,6% secara year on year.

Singapura secara perlahan sudah membuka kembali aktivitas ekonominya, setelah beberapa bulan lockdown sehubungan dengan pandemi. Namun, para peritel tidak berharap banyak langkah itu akan menyelamatkan industri retail.

“Para peritel secara jelas menghadapi tekanan finansial yang signifikan selama periode ini. Apakah itu [peritel] besar atau kecil, mereka sesungguhnya paham betapa sulitnya memenuhi kewajiban finansialnya,” ujar Rose Tong, direktur eksekutif Singapore Retailers Asociation.

“Mereka tidak berharap banyak bahwa bisnis akan kembali seperti semula. Meski setelah dua pekan pertama euforia belanja atau apa yang kita sebut sebagai 'revenge shopping',” jelasnya. Para peritel memperkirakan penjualan turun hingga 50% sehubungan dengan melemahnya ekonomi.

Related

News 7724200294169379224

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item