Pesantren Jadi Zona Penularan COVID-19, Epidemiolog: Zona Merah, Belum Saatnya Dibuka

Pesantren Jadi Zona Penularan COVID-19, Epidemiolog: Zona Merah, Belum Saatnya Dibuka,  naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Jawa Timur, Acmad Jazadi pernah menyebut, ada lebih dari 928 ribu santri dari 4.700 pesantren di Jawa Timur. Dari jumlah tersebut, sebanyak 632 ribu santri menginap di pondok, sekitar 300 ribu santri hanya belajar tidak menginap, dan ada santri yang hanya mengaji tanpa sekolah. 

Kabar tertularnya empat santri baru dari Pondok Pesantren (Ponpes) Modern Darussalam Gontor 2 membuat pesantren jadi klaster penularan baru untuk COVID-19.

Terlebih bila santri yang kembali ke ponpes tidak membawa hasil rapid test atau PCR yang menjelaskan dirinya negatif COVID-19.

Bila mengamati aturan Protokol Kesehatan di Pesantren selama pandemi yang dibuat Kementerian Agama RI, tidak ada satupun syarat yang menyebutkan para santri harus membawa hasil rapid test atau PCR saat kembali ke pesantren.

Adapun di dalam Protokol Kesehatan di Pesantren yang dibuat Kementerian Agama RI disebutkan, 'Apabila suhu =37,3°c, maka tidak diizinkan untuk memasuki ruang kelas dan/atau ruang asrama, dan segera menghubungi petugas kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan setempat. Apabila disertai dengan gejala batuk, pilek, sakit tenggorokan, dan/atau sesak nafas disarankan untuk segera menghubungi petugas kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan setempat.'

Melihat situasi ini, ahli epidemiologi dari Universitas Airlangga Surabaya, Windhu Purnomo, meminta para santri yang terlanjur ada di dalam pesantren harus melakukan uji PCR atau screening dulu dengan rapid test.

"Bila reaktif harus lanjut ke swab test. Bila non reaktif harus diulang 7-10 hari lagi. Bila tetap non reaktif ya sudah, tapi bila reaktif lanjut ke swab test. Semua santri setelah rapid test yang pertama (sambil menunggu rapid test ulang bagi yang non reaktif, atau menunggu swab test bagi yg reaktif) harus dikarantina semuanya dalam kamar-kamar yang berbeda," kata Windhu.

Sebenarnya sebelum kasus penularan COVID-19 di pesantren ini beredar, pada acara Halal bi Halal Online Gubernur Jawa Timur bersama tokoh masyarakat dan pengasuh pondok pesantren yang dipimpin Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa di BPSDM Malang, Minggu (31/5/2020), sempat muncul gagasan Pondok Pesantren Tangguh.

Ada tiga hal wajib yang harus dilakukan Pesantren Tangguh di tengah pandemi yaitu menerapkan Pesantren Sehat, Pesantren Bersih, dan menggalakkan Tanaman Obat Pondok Pesantren (TOPP).

Dalam konsep Pesantren Tangguh, para santri harus disiplin dan patuh dalam menggunakan masker, hand sanitizer, dan mencuci tangan memakai sabun.

Selain itu pengelola pesantren juga harus menerapkan Pesantren Bersih dengan memperbanyak akses cuci tangan dan memperbaiki sistem sanitasi. Tak lupa, pengelola pesantren juga harus menggalakkan Tanaman Obat Pondok Pesantren (TOPP) sebagai wujud ketahanan pengobatan tradisional di lingkup pesantren.

Namun melihat klaster penularan COVID-19 yang nyata di kalangan pesantren, Windhu menyatakan ponpes dan asrama sebaiknya menunda untuk dibuka kembali.

"Belum saatnya ponpes dan asrama dibuka, karena belum aman. Sebetulnya Ibu Gubernur nggak boleh merelaksasi dan mengaktifkan ponpes sebelum Jatim dan pulau Jawa betul-betul berisiko rendah semuanya. Selama masih ada wilayah yang merah, ponpes nggak boleh aktif karena santrinya berasal dari berbagai daerah yang zona risikonya berbeda-beda," tegas Windhu.

Related

News 4652830825773856061

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item