Wabah Corona Diprediksi Berakhir Pada Juni, tapi Jumlah Kasus Malah Tertinggi

Wabah Corona Diprediksi Berakhir Pada Juni, tapi Jumlah Kasus Malah Tertinggi, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Juni, yang sempat diprediksi sebagai puncak kasus corona, menyumbang angka tertinggi dibandingkan bulan sebelumnya: 29.912 kasus.

Penambahan kasus rata-rata berada di kisaran angka 1.000 kasus per hari. Jumlah penambahan kasus tertinggi terjadi pada 27 Juni yakni sebanyak 1.385 kasus. Penambahan jumlah kasus positif pada Juni meningkat signifikan ketimbang penambahan kasus pada Mei yakni 16.355.

Sejak kasus mulai muncul awal Maret, jumlah angka positif telah melonjak hampir 20 kali lipat. Pada Maret, penambahan kasus positif sebanyak 1.528. Kemudian penambahan kasus melonjak hingga 8.590 kasus pada April.

Total kasus dari Maret hingga Mei adalah 26.473 kasus atau lebih rendah dibanding kasus yang hanya terjadi di Juni.

Penambahan juga terjadi pada angka kematian pasien corona. Jumlah pasien meninggal pada Juni mencapai 1.263 orang. Jumlah ini bertambah dari angka kematian pada Mei yakni sebanyak 821 orang. Hingga saat ini, total 2.876 orang meninggal dunia.

Namun untuk kasus meninggal di Juni ini lebih sedikit dari angka Maret hingga Mei yakni 1.613 orang.

Meski demikian, angka kesembuhan pasien juga melonjak tinggi. Sepanjang Juni, jumlah pasien sembuh mencapai 17.498 orang. Jumlah ini naik hampir tiga kali lipat dari angka kesembuhan pada Mei yakni 5.786 orang. Penambahan jumlah pasien sembuh tertinggi terjadi pada 28 Juni yang mencapai 1.027 orang.

Jumlah kesembuhan di Juni ini juga jauh di atas Maret hingga Mei yakni 7.308 orang.

Puncak kasus corona di Indonesia sendiri sempat diprediksi Badan Intelijen Negara (BIN) akan terjadi pada Juni hingga awal Juli dengan estimasi kasus sebesar 105.765. Namun menurut epidemiolog Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Pandu Riono, puncak kasus virus corona bisa terjadi berkali-kali.

"Puncak kasus bisa naik dan turun beberapa kali," katanya belum lama ini.

Pada dasarnya, kondisi puncak baru benar-benar akan diketahui apabila grafik kasus positif turun secara konsisten. Sementara saat ini grafik kasus masih sangat fluktuatif.

Hal itu, kata Pandu, lantaran pemerintah dinilai tak serius melacak dan melakukan pengetesan virus corona di sejumlah daerah. Kondisi demikian, kata dia membuat sebuah daerah mengalami penambahan kasus yang tinggi.

Menurutnya, ada daerah yang tidak lagi melakukan pengetesan agar tercatat menjadi zona hijau.

"Sehingga seakan-akan sudah turun, padahal bisa naik lain di beberapa daerah yang baru testing," ujarnya.

Jawa Timur diketahui masih menjadi provinsi dengan jumlah kasus positif tertinggi sebanyak 12.136. Sementara di urutan selanjutnya adalah DKI Jakarta dengan 11.424 kasus.

Related

News 7760270924404073450

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item