Waspada, Penularan Corona di Udara Berisiko Lebih Tinggi di Ruangan Tertutup

Naviri Magazine - Badan kesehatan dunia (WHO) mengakui kalau ada bukti virus corona dapat disebarkan oleh sejumlah partikel kecil yang melayang di udara. Perlu diwaspadai, risiko penularan corona di ruang tertutup ternyata lebih tinggi dibanding di ruang terbuka.

"Sebenarnya kita harus waspadai bahwa di dalam ruang tertutup itu risikonya lebih tinggi dibandingkan di ruang terbuka," ujar Amin Subandrio, Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman dalam diskusi virtual Sindo Trijaya FM.

Ia mengatakan, semburan virus corona dari orang yang tertular bersifat droplet. Sifatnya lebih besar di atas 5 mikromilimeter dan dapat langsung jatuh ke bawah. Namun penularan lewat udara, partikelnya tak langsung jatuh, sehingga hal ini dikhawatirkan akan meningkatkan risiko penularan.

"Dan itu dimungkinkan kalau di dalam ruangan yang sirkulasinya atau ventilasinya buruk. Ini yang menjadi problem," jelasnya.

Meski begitu, sebagian besar penularan terjadi melalui kontak droplet. Menurutnya, dengan adanya pengakuan dari WHO tentang ada kemungkinan penularan corona lewat aerosol transmission, seharusnya memperkuat tekad untuk selalu menggunakan masker, baik di dalam maupun di luar ruangan.

Amin mengingatkan untuk tidak memasuki gedung dengan sirkulasi udara yang buruk karena berisiko. Ia mencontohkannya dengan pusat kebugaran.

"Jadi kegiatan-kegiatan dalam gedung kan banyak misalnya melakukan olahraga dalam gedung misalnya di tempat kebugaran gitu. Tempat kebugaran itu juga sudah dilaporkan waktu itu pernah ada tiba-tiba ada cluster, banyak peserta kebugaran yang terinfeksi," kata Amin. 

"Mereka akhirnya membawa sirkulasi baik tetapi karena ventilasinya tidak sebaik yang seharusnya diharapkan, ya udaranya masih berputar di sekitar di situ-situ saja. Kalau di antara peserta ada yang membawa virus, ya kemungkinan besar peserta kebugaran yang lain akan terinfeksi," ungkapnya.