Konflik AS dan China di Laut China Selatan Diprediksi Akan Sampai Bertahun-tahun
https://www.naviri.org/2020/08/konflik-as-dan-china-di-laut-china.html
Naviri Magazine - Perselisihan antara Amerika Serikat dan China di Laut China Selatan diperkirakan masih akan memakan waktu bertahun-tahun.
Hal itu disampaikan oleh Pendiri Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), Dino Patti Djalal, dalam diskusi virtual dengan tema meredakan ketegangan di Laut China Selatan.
Pakar politik dan Peneliti Senior di Center for Strategic and International Studies (CSIS), Evan Laksmana, menuturkan perseteruan antara AS dan China tidak terbatas pada perselisihan hukum.
"Saya pikir eskalasi antara Amerika dan China mungkin merupakan dinamika yang paling tangguh. LCS sendiri memiliki banyak dinamika. Jadi bukan hanya perselisihan hukum," ujar Evan.
Menurut Evan, pemerintahan AS saat ini berpendapat bahwa mereka harus mengadang China dalam berbagai aspek.
Lebih lanjut, Evan mengatakan cara AS berdiplomasi dalam beberapa tahun terakhir, yang sebagian besar merupakan masalah politik dalam negeri.
"Saya pikir sekarang, katakanlah AS memiliki pemerintahan baru di bulan November, Washington masih harus menghadapi beberapa ciri persaingan antara AS dan China," tambahnya.
Di samping itu, China juga memiliki cara pandang dan diplomasi praktis.
"Saya pikir kedua belah pihak membuat banyak kesulitan antar wilayah. Setiap tahun kita melihat ada potensi insiden (di LCS)," ujar Evan.
Beberapa waktu terakhir, ketegangan akibat perseteruan antara AS dan China terus meningkat di LCS.
China dan AS terus berlomba mengerahkan kekuatan militer ke Laut China Selatan, baik untuk patroli maupun menggelar latihan.
Pengerahan armada militer ke Laut China Selatan dilakukan China sebagai penegasan atas klaim sejarah bahwa hampir 90 persen wilayah perairan tersebut.
Klaim sepihak China tumpang tindih dengan wilayah maritim sejumlah negara Asia Tenggara hingga Taiwan, dan menjadikan Laut China Selatan sebagai perairan rawan konflik terbuka.
Sementara itu, meski tak memiliki sengketa wilayah di Laut China Selatan, AS terus menentang klaim China di perairan itu yang dianggap Negeri Paman Sam sebagai wilayah internasional yang sah dilewati oleh siapa saja.
Pada Juli lalu, Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo mengatakan bahwa AS menyatakan upaya China untuk menguasai sumber daya di LCS sebagai upaya ilegal. AS juga menyatakan mendukung negara-negara di Asia Tenggara yang bersengketa dengan China di LCS.
AS sejak lama menolak klaim China di LCS. Perairan itu dilaporkan kaya akan cadangan minyak dan gas bumi, sekaligus menjadi salah satu kawasan penting bagi jalur perdagangan dunia.
Selain berkonflik di LCS, AS dan China juga berkonflik di berbagai aspek seperti menuduh China sebagai biang keladi di balik pandemi virus corona, mengecam China karena diberlakukannya undang-undangan keamanan nasional China di Hong Kong, menutup paksa kantor konsulat China di Houston, Texas, hingga memblokir aplikasi besutan China seperti TikTok dan WeChat, bahkan terlibat perang dagang.