Pengamat Nilai Ekonomi RI Tumbuh Minus Gara-gara Pemerintah

Pengamat Nilai Ekonomi RI Tumbuh Minus Gara-gara Pemerintah, naviri.org, Naviri Magazine, naviri majalah, naviri

Naviri Magazine - Ekonom Indef, Didik J Rachbini menilai pemerintah tidak mampu menjalankan fungsi untuk menahan kejatuhan ekonomi pada kuartal kedua akibat pandemi virus corona (covid-19). Pertumbuhan ekonomi pada periode tersebut tercatat minus 5,32 persen.

Bahkan, ia menuding pemerintah menjadi sumber yang menyumbang pertumbuhan ekonomi negatif. "Yang saya yakin pada kuartal ketiga akan resesi, dan kuartal IV lebih jauh lagi (minusnya) bila penanganan pandemi corona seperti ini," ujarnya dalam diskusi virtual.

Kesalahan pemerintah adalah penanganan pandemi virus corona diserahkan kepada pemerintah daerah, yang notabene memiliki sumber daya terbatas bila dibandingkan pemerintah pusat.

Kemudian, komunikasi buruk pemerintah ikut mengacaukan kedisiplinan masyarakat. Indef mencatat terdapat hampir 40 kasus komunikasi pemerintah yang sangat buruk terkait krisis kesehatan covid-19.

Misalnya, kata Didik, saat Presiden Joko Widodo melarang mudik, namun memperbolehkan pulang kampung, dan sebagainya. "Jadi ini satu kesalahan, saya sudah katakan jangan mimpi atasi resesi kalau pandemi tidak diatasi," terang Didik.

Kebijakan salah kaprah lainnya terkait Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Pemerintah melonggarkan PSBB saat jumlah kasus harian pandemi corona bertambah yang ditengarai karena tekanan pelaku usaha (dunia usaha).

"Pertumbuhan ekonomi itu faktornya puluhan, sekarang faktor utamanya adalah pandemi. Tapi, kebijakan pandemi sekarang parah ini sudah salah kaprah," jelas Didik.

Selain penanganan pandemi corona, kesalahan lain pemerintah, yaitu kehilangan momentum mendorong sektor yang tumbuh saat pandemi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat hampir semua sektor mengalami kontraksi.

Kecuali, sektor informasi dan komunikasi (infokom) yang masih mampu tumbuh positif, bahkan lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Didik menilai sektor infokom masih bisa tumbuh lebih dari angka tersebut karena permintaannya justru meningkat tajam saat pandemi.

"Sekarang ini berarti menterinya menganggur, tidak berpikir dan tidak punya daya inovasi, hanya diam menunggu tidak melakukan apa-apa," katanya.

Dalam kesempatan berbeda, Ekonom The Prakarsa Rahmanda Muhammad Thaariq menyebut pemerintah perlu lebih serius mereformasi percepatan belanja, baik di pusat maupun daerah dan desa, agar pertumbuhan ekonomi tidak kembali negatif pada kuartal III dan IV.

"Sejarah membuktikan resesi ekonomi selalu identik dengan penurunan daya beli masyarakat dan peningkatan pengangguran dalam skala yang hebat," imbuh dia.

Untuk diketahui, pertumbuhan ekonomi Indonesia minus 5,32 persen pada kuartal II 2020 akibat pandemi corona. Angka itu berbanding terbalik dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yaitu sebesar 5,05 persen.

Raihan itu juga berbanding terbalik dibandingkan ekonomi kuartal I 2020 yang masih tumbuh sebesar 2,97 persen. Sementara, pertumbuhan ekonomi sepanjang semester I 2020 dibanding semester I 2019 juga terkontraksi 1,26 persen.

Related

News 8439637958358998358

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item