Di Tengah Wabah Corona, Singapura Hadapi Masalah Serius Lain: Tumpukan Utang!

 Di Tengah Wabah Corona, Singapura Hadapi Masalah Serius Lain: Tumpukan Utang!

Naviri Magazine - Menteri Senior Singapura dan Menteri Koordinator Kebijakan Sosial Tharman Shanmugaratnam, mengungkapkan negara itu akan menghadapi sejumlah tantangan besar dalam satu dekade mendatang, salah satunya adalah utang.

Itu dikarenakan saat menghadapi pandemi virus corona (Covid-19), Singapura telah harus meningkatkan pengeluaran untuk mendukung ekonomi yang terdampak wabah itu, jelasnya. Utang, katanya, merupakan hal yang lumrah dipilih sebagai strategi ekonomi ketika dihadapkan dengan krisis dan ketidakpastian saat ini.

"Namun masalah besar dalam dekade mendatang adalah bagaimana memastikan bahwa utang dapat dipertahankan," kata Tharman, yang juga merupakan pakar ekonomi dan keuangan terkenal.

Ia juga memperingatkan bahwa tingkat utang baru yang tinggi, yang sedang diperbesar banyak negara, pasti akan mengganggu pertumbuhan ekonomi ke depannya.

"Itu karena ekonomi saat ini, tidak seperti pada periode setelah Perang Dunia Kedua, tidak dapat lagi mengandalkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dan inflasi untuk menurunkan utang," jelasnya.

"Pertumbuhan yang cepat tidak mungkin lagi, mereka sekarang adalah masyarakat yang menua, pertumbuhan produktivitas jauh lebih rendah dari sebelumnya," jelas Tharman, yang mengetuai Komite Moneter dan Keuangan Internasional (IMFC) dari 2011 hingga 2015. IMFC adalah badan pengarah kebijakan Dana Moneter Internasional.

"Dan inflasi tidak akan ditoleransi oleh masyarakat yang lebih tua. Mereka mungkin ditoleransi ketika masyarakat masih muda dan pendapatan semua orang meningkat, itu tidak akan ditoleransi sekarang," paparnya.

Tantangan lainnya yang akan dihadapi adalah kenaikan tingkat suku bunga. Tharman mengatakan, tingkat suku bunga yang sangat rendah saat ini akan naik ke tingkat yang lebih normal, sehingga akan meningkatkan biaya pembayaran utang.

Untuk menyiasati hal tersebut, pemerintah harus menemukan cara untuk menyeimbangkan anggaran mereka dengan menopang pertumbuhan ekonomi tanpa memperbesar defisit, jelasnya.

Meski demikian, ia juga mengatakan bahwa hanya sedikit negara maju yang menangani masalah itu saat ini.

"Ini masalah yang sangat serius. Anda akan membutuhkan reformasi fiskal, tidak hanya mengurangi belanja tetapi belanja berkualitas dan cara-cara meningkatkan pendapatan yang tidak menghambat pertumbuhan," katanya.

Ia juga menyarankan pemerintah harus memberi insentif lebih banyak pada investasi swasta untuk meningkatkan pertumbuhan produktivitas dan menentang stagnasi sekuler.

Related

News 4451822170011106885

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item