Misteri Suku Terasing di Hutan Amazon yang Tak Tersentuh Peradaban (Bagian 3)

Misteri Suku Terasing di Hutan Amazon yang Tak Tersentuh Peradaban

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Misteri Suku Terasing di Hutan Amazon yang Tak Tersentuh Peradaban - Bagian 2). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Seperti yang telah dipelajari Possuelo selama ekspedisi suku Amazon pada 1979, flu biasa saja dapat cepat menyebar dan membunuh orang-orang pedalaman, karena mereka tak terbiasa melakukan kontak dengan banyak penyakit seperti kita - dan berkonsekuensi pada masalah kekebalan tubuh.

"Episode di tahun 1979 membuat saya secara total mengubah cara kami melakukan hal-hal yang terkait dengan suku pedalaman yang tak terkoneksi. Kami telah mengambil seluruh tindakan pencegahan, tapi orang pedalaman yang bertemu kami, masih terinfeksi, dan dari mereka kemudian meninggal dunia hanya dalam waktu 24 jam."

Di saat pandemi Covid-19, peristiwa buruk ini menjadi lebih penting lagi.

Ada argumentasi yang kuat lainnya dalam meningkatkan perlindungan atas suku pedalaman yang tak terkoneksi: sejumlah penelitian menunjukkan bahwa tanah suku pedalaman paling sedikit mengalami deforestasi di Amazon.

"Mereka benar-benar penjaga alam sejati," kata Sarah Shencker dari Survival International. "Mereka benar-benar ahli dalam pelestarian. Ini adalah hidup mereka dan mereka berkontribusi bagi kesejahteraan planet secara keseluruhan."

Kebijakan Bolsonaro atas keberadaan suku terasing

Namun demikian, Presiden Brasil berhaluan kanan, Jair Bolsonaro yang berkuasa sejak Januari 2019, mengatakan secara terbuka dukungan untuk mengeksploitasi secara komersial wilayah Amazon. Dan kebijakan Bolsonaro ini termasuk menyangkut pula keberadaan tanah masyarakat adat.

Sejak dia menjabat, kelompok pejuang hak-hak masyarakat adat melaporkan terjadi peningkatan konflik yang melibatkan masyarakat adat di wilayah pedesaan.

Bolsonaro telah mengambil sikap keras untuk urusan masyarakat adat. Presiden Bolsonaro juga pernah berjanji bahwa tidak akan ada kawasan cagar alam baru yang dilindungi "selama dia menjabat".

Pemerintahan Bolsonaro bahkan menggagas perpindahan tanggung jawab keputusan tanah adat dari Menteri Kehakiman kepada Menteri Pertanian - perubahan yang kemudian dibatalkan oleh Mahkamah Agung.

Keputusan kontroversi lainnya adalah menunjuk mantan missionari evangelis untuk memimpin Funai, lembaga yang mengurusi masyarakat adat.

Ricardo Lopes Dias bekerja di Amazon sebagai bagian dari program yang banyak mendapat kritik - mengubah keyakinan masyarakat adat menjadi Kristen, yang didanai oleh organisasi dari Amerika Serikat.

"Suku pedalaman yang tak terkoneksi berhak untuk dilindungi, bukan dengan proses penjajahan gaya baru," kata Joenia Wapixana, satu-satunya anggota parlemen dari masyarakat adat.

'Kami melihat suku terasing di halaman rumah kami'

Rieli Franciscato adalah tokoh terkenal di Seringueiras, kota terpencil tempat ia meninggal. Dia berkawan dengan penduduk lokal dalam upayanya menjaga perdamaian antara petani dengan masyarakat adat.

Kenalannya termasuk orang tua dari Dhuliana Pereira, 18 tahun, yang memiliki lahan pertanian kecil yang berbatasan dengan cagar alam. Dhuliana saksi mata kelompok suku pedalaman pada 9 September saat mereka berkeliaran di halaman belakang rumah tetangga.

"Orang tua saya hidup di sini lebih dari 25 tahun, dan mereka tak pernah sekali pun melihat suku pedalaman yang terisolasi," katanya. "Kami meneriaki mereka, mencoba mengusir mereka."

Dhuliana Pereira melihat orang pedalaman di lahan pertanian orang tuanya pada 9 September. "Kesalahan fatal pasti telah terjadi di hutan yang membuat mereka bisa datang ke sini," katanya.

"Kami tidak tahu jika orang-orang lain akan berkonfrontasi dengan mereka," tambahnya.

Mengapa ada kekhawatiran terhadap suku terasing setelah kematian Rieli?

Kabar kematian Rieli mengejutkan Dhuliana, terutama karena dia dan ayahnya yang melapor ke pihak berwajib. Namun dia tampaknya lebih khawatir tentang efek serangan lebih lanjut yang akan terjadi di Seringueiras.

Otoritas setempat telah meminta masyarakat untuk menjauhkan diri dari perhatian orang pedalaman jika mereka kembali, dan juga memperingatkan, di bawah hukum Brasil, orang yang membunuh Rieli tak bisa dijerat hukum jika mereka berasal dari suku pedalaman yang tidak terkoneksi.

"Sesuatu yang benar-benar sebuah kesalahan pasti telah terjadi di dalam hutan, sehingga suku pedalaman datang ke sini, tapi sejumlah tetangga saya melihat ini sebagai invasi biasa terhadap properti mereka," katanya. "Apa yang akan dilakukan penduduk jika suku pedalaman tetap terus kembali?"

Rieli Franciscato, seorang pendukung hak-hak masyarakat adat, meninggal ketika mencoba memastikan tidak ada konflik yang terjadi.

Related

News 164011044649179192

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item