Satgas Covid-19: Sebenarnya Kita Bisa Bebas dari Virus Corona Tanpa Vaksin
https://www.naviri.org/2020/09/satgas-covid-19-sebenarnya-kita-bisa.html
Naviri Magazine - Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan masyarakat Indonesia bisa bebas dari Covid-19 tanpa menggunakan vaksin.
Hal itu menanggapi pernyataan ahli biologi molekuler Ahmad Rusdan Handoyo yang meyakini Indonesia bisa bebas dari pandemi Covid-19 tanpa harus menunggu datangnya vaksin.
Namun menurut Wiku, hal itu hanya bisa terjadi jika masyarakat Indonesia disiplin menjalankan protokol kesehatan, seperti menggunakan masker, menerapkan jaga jarak, serta rajin mencuci tangan.
"Memang bisa kita bebas dari Covid-19 tanpa vaksin dengan perubahan perilaku, supaya tidak tertular atau terinfeksi ya menjalankan protokol kesehatan. Itu imunitas masyarakat yang murah," ujarnya melalui pesan teks.
Selain itu, pencegahan virus corona juga dapat dilakukan dengan metode 3T yakni testing-tracing-treatment yang didukung dengan mengubah pola prilaku di masyarakat.
"3T itu untuk surveillance dan treatment, supaya tidak tertular atau terinfeksi ya tetap menjalankan protokol kesehatan," ucapnya.
Sebelumnya, ahli biologi molekuler Ahmad Rusdan Handoyo mengatakan Indonesia tak perlu menunggu keberadaan vaksin Covid-19. Hal ini dikarenakan penemuan vaksin dan obat membutuhkan waktu lama.
Ia mengatakan kunci pemutusan mata rantai pandemiCovid-19 yaitu kombinasi 3T (testing, tracing, dan treatment) serta 3M (memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan).
Kunci ini juga harus didukung dengan kebijakan lockdown atau Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang harus dituruti oleh masyarakat dengan mengurangi mobilitas yang menjadi faktor penyebaran Covid-19.
"Kombinasi 3T, 3M dan 'lockdown'. Karena uji klinis vaksin belum tentu berhasil, jadi perlu langkah antisipatif," ujar Ahmad saat dihubungi.
Ahmad mengatakan pandemi SARS dan MERS yang diakibatkan dengan virus corona yang mirip dengan virus SARS-CoV-2 dapat dituntaskan tanpa vaksin dan obat. Kedua pandemi itu berakhir sebelum uji klinis selesai.
Namun penyakit SARS dan MERS cukup mudah diidentifikasi karena menimbulkan gejala bagi orang yang terinfeksi. Sementara Covid-19 kebanyakan pasien tidak menimbulkan gejala, sehingga penanganan sering kali terlambat.
Oleh karena itu, Ahmad mengatakan pentingnya tes PCR untuk mendeteksi kasus Covid-19 yang tak menunjukkan gejala, sebab orang-orang yang tak menimbulkan gejala ini juga sudah bisa menginfeksi orang-orang di sekitar.
"Begitu mulai berkoloni di saluran pernapasan atas, sementara inangnya sudah berangkulan, berbicara bahkan berteriak tanpa menggunakan masker dan jaga jarak maka virus yang sudah bereplikasi akhirnya terbuang di jalur droplet. Itu semua membuat penyebaran sebelum gejala nampak," kata Ahmad.
"Kalau kita bicara SARS-CoV-2, jumlah partikel virus ini menumpuk sebelum gejala. Jadi kalau kita pakai rapid tes antibodi itu kita sudah terlambat. Karena untuk memutus rantai transmisi, mengenali secepat mungkin yang membawa virus ini," imbuh Ahmad.