WHO: 40 Persen Perokok Meninggal Dunia karena Penyakit Paru-paru

WHO: 40 Persen Perokok Meninggal Dunia karena Penyakit Paru-paru

Naviri Magazine - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan, lebih dari 40 persen perokok di dunia meninggal karena penyakit paru-paru, seperti kanker, penyakit pernapasan kronis, dan TBC.

Peringatan itu datang menjelang Hari Tanpa Tembakau Sedunia kali ini, dengan tema, "Jangan biarkan tembakau merenggut napas kita".

WHO mengatakan, setiap tahun penggunaan tembakau membunuh setidaknya delapan juta orang. Badan PBB itu melaporkan 3,3 juta pengguna akan meninggal karena penyakit yang terkait paru-paru.

Jumlah ini termasuk orang yang terpapar asap rokok orang lain, di antaranya lebih dari 60.000 anak di bawah usia lima tahun, yang meninggal akibat infeksi saluran bawah pernapasan karena merokok pasif.

Vinayak Prasad, pejabat sementara direktur Departemen WHO untuk Pencegahan Penyakit Tidak Menular, mengatakan kerugian ekonomi global akibat penggunaan tembakau adalah 1,4 triliun dollar AS.

Ini disebabkan oleh biaya kesehatan, hilangnya produktivitas akibat penyakit itu, dan biaya lain yang disebabkan oleh penyakit yang berhubungan dengan merokok. Ia mengatakan, baik nyawa dan uang bisa diselamatkan jika orang berhenti merokok.

"Kita juga akan menyaksikan, jika hampir 20 persen orang di dunia yang merokok berhenti, sebagian keuntungannya sebenarnya bisa diperoleh sangat cepat, khususnya untuk paru-paru. Dalam dua minggu, fungsi paru-paru akan mulai normal," kata Prasad.

Organisasi Kesehatan Dunia melaporkan, secara global kecenderungan merokok sudah turun dari 27 persen pada tahun 2000 menjadi 20 persen pada tahun 2016. Namun WHO, mencatat bahwa jumlah pengguna tembakau di seluruh dunia tetap stabil pada 1,1 miliar karena pertumbuhan populasi.

Kerstin Schotte, petugas teknis WHO di departemen yang sama dengan Prasad, mencatat penurunan tajam dalam kecenderungan merokok di negara-negara kaya, dibandingkan dengan yang lebih miskin.

"Di beberapa negara berpendapatan rendah dan menengah bahkan mengalami peningkatan angka kecenderungan merokok. Ke negara-negara inilah industri tembakau saat ini beralih. Mereka mengetahui, tembakau tidak disukai di Eropa dan Amerika utara, sehingga mereka beralih ke negara-negara berpendapatan rendah dan menengah, menyasar utamanya perempuan dan anak-anak di sana," ujarnya.

WHO merekomendasikan sejumlah langkah efektif dan murah yang bisa dilakukan untuk mengurangi konsumsi tembakau. Langkah ini termasuk menciptakan lingkungan bebas rokok, memberlakukan larangan terhadap semua bentuk iklan tembakau, promosi dan sponsor.

WHO juga menyarankan untuk mengenakan pajak tinggi atas penjualan rokok dan produk tembakau lainnya, agar tidak terjangkau bagi banyak orang, terutama anak muda.

Related

Health 7998366871681646942

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item