Arab Saudi Kena Resesi Gara-gara Corona, Kini Ekonominya Mulai Goyah

Naviri Magazine - Ekonomi Arab Saudi menyusut 7% pada kuartal II (Q2) 2020 secara basis tahunan (YoY). Menurut data resmi yang dirilis Rabu kemarin, angka tersebut akibat pandemi virus corona (Covid-19) yang telah mengganggu sumber pendapatan negara, baik di sektor minyak maupun non-minyak.

Pandemi telah menyebabkan permintaan minyak mentah global turun tajam. Selain itu, langkah pembatasan aktivitas untuk mengekang penyebaran wabah, juga telah menyebabkan aktivitas domestik terganggu.

"Sektor swasta dan sektor pemerintah mencatat tingkat pertumbuhan negatif masing-masing 10,1% dan 3,5%," kata Badan Statistik Umum negara eksportir minyak terbesar di dunia itu.

Ini menyebabkan kerajaan masuk ke dalam jurang resesi. Resesi bisa diartikan sebagai menurunnya aktivitas ekonomi suatu negara dua kuartal atau lebih berturut-turut dalam satu tahun.

Sebelumnya pada kuartal pertama, Arab Saudi membukukan kontraksi ekonomi 1%. Saat itu, sektor perminyakan menyusut sebesar 4,6%, sedangkan sektor nonmigas mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 1,6%.

"Tidak ada kejutan dalam kecepatan penurunan (aktivitas ekonomi). Pendapatan Domestik Bruto (PDB) non-minyak akan terpukul lebih keras dengan penguncian. Kontraksi minyak malah sebagian dibatasi oleh peningkatan produksi minyak pada bulan April," kata Monica Malik, kepala ekonom di Bank Komersial Abu Dhabi menanggapi ekonomi Arab Saudi.

"Yang lebih penting adalah dampak berkelanjutan dari Covid dan harga minyak yang terus rendah. Penghematan dan pengetatan fiskal akan mengakibatkan melemahnya latar belakang ekonomi domestik dan lemahnya prospek penciptaan lapangan kerja sektor swasta bagi warga negara," katanya.