Aksi Mogok Terbesar Dunia: 250 Juta Orang Protes Kebijakan Pemerintah India (Bagian 2)

Aksi Mogok Terbesar Dunia: 250 Juta Orang Protes Kebijakan Pemerintah India

Naviri Magazine
- Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Aksi Mogok Terbesar Dunia: 250 Juta Orang Protes Kebijakan Pemerintah India - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Sejak dekade 1970-an, Serikat Petani India (BKU) yang bersifat non-partisan mulai berkembang dari sejumlah kelompok petani di Punjab dan Haryana. Seiring berjalannya waktu, lahir banyak faksi BKU di seluruh penjuru negeri untuk mewadahi aspirasi petani di daerah masing-masing. 

Pada 1988, BKU cabang Uttar Pradesh yang dipimpin oleh Mahendra Tikait berhasil mengguncang ibukota Delhi dengan arak-arakan 500 ribu petani. Mereka menduduki taman rekreasi Boat Club untuk menuntut pemerintah agar menaikkan harga tebu dan menurunkan tarif listrik serta air.

Demonstrasi yang dimotori oleh serikat petani pada penghujung 2020 ini sekilas mengingatkan pada energi protes yang berlangsung tiga dekade silam. Namun, dalam aksi protes kali ini, berbagai kelompok petani dari Punjab menjadi mesin penggerak utamanya. India Today melaporkan, dari 35 asosiasi petani yang ikut aksi protes, 31 kelompok berasal Punjab.

Aksi Mogok Terbesar Dunia: 250 Juta Orang Protes Kebijakan Pemerintah India

Meskipun mayoritas asosiasi petani dari Punjab tidak berafiliasi dengan aliran politik, beberapa mempunyai afiliasi dengan Partai Komunis India (CPI), seperti Kul Hind Kisan Sabha. Dari CPI (Marxist-Leninist), terdapat Kirti Kisan Union dan Punjab Kisan Union. 

Ada pula All India Kisan Sabha yang merupakan bagian CPI (Marxist). Bersama-sama, 35 kelompok tersebut mewakili para petani dalam negosiasi dengan pemerintah pusat pada awal Desember.

Sampai pertengahan bulan Desember, sudah berlangsung enam kali negosiasi. Namun, belum ada kata sepakat di antara para pemimpin serikat tani dan pemerintah pusat.

Komunisme dan Gerakan Petani India

Dalam demonstrasi kali ini, tidak ada satu pun kelompok dominan yang berperan memobilisasi para demonstran. Rombongan petani datang dari beragam asosiasi pertanian, baik yang bersifat independen maupun berhaluan politik komunis.

Di balik itu semua, tetap sulit untuk melupakan peran gerakan komunis dalam gejolak aktivisme petani India sejak awal abad ke-20.

Aktivisme petani di India dapat ditarik mundur sampai era kolonialisme Inggris. Pada mulanya, gerakan tani memang belum memiliki kerangka ideologis dan terorganisir, meskipun mereka disatukan oleh semangat komunal atau keagamaan. 

Salah satu protes petani India paling awal terjadi Bengal pada 1859. Ribuan petani indigo mogok kerja dan menyerang pabrik serta perkebunan milik orang Eropa. Mereka gusar karena terikat oleh sistem kontrak yang eksploitatif dan membuat mereka terbelit utang.

Setelah paham komunisme memasuki India pada awal abad ke-20 dan Partai Komunis India (CPI) berdiri tahun 1925, mulai tampak gerakan petani yang digenjot oleh semangat CPI. 

Masih di Bengal, antara tahun 1946-1947 berlangsung Gerakan Tebhaga yang poros kekuatannya berasal dari serikat petani Kisan Sabha milik CPI. Protes ini dilancarkan oleh petani kecil yang tidak terima karena harus memberikan sebagian besar hasil panennya untuk membayar sewa kepada tuan tanah.

Pengaruh komunisme di komunitas perdesaan petani terutama cukup kuat di wilayah selatan India. Sepanjang tahun 1946-1951, aktivis CPI turut andil dalam memimpin pemberontakan petani di Telangana, yang dulu merupakan bagian dari negara monarki Hyderabad.

Pemberontakan Telangana awalnya menyasar tuan tanah yang menjerat petani kecil dengan kerja paksa, kontrak eksploitatif dan pajak tinggi. Namun, tak berapa lama kemudian, perlawanan diarahkan kepada pemerintahan feodal Hyderabad. 

Perjuangan mereka berbuah manis dengan kenaikan upah, redistribusi lahan, serta penghapusan sistem kerja paksa, meskipun harus dibayar mahal dengan kematian banyak petani dan aktivis.

Masih di bagian selatan India, CPI turut serta dalam aksi bela petani Kerala dari penindasan oleh tuan tanah feodal. Ketika CPI keluar sebagai pemenang di parlemen Kerala pada 1957, kesejahteraan petani menjadi salah satu agenda politiknya, yang lantas terwujud dalam serangkaian reformasi radikal untuk redistribusi lahan. 

Petani Kerala sejak itu mendapatan hak atas lahan pertanian yang sebelumnya dikuasai oleh tuan tanah. Di Kerala pula hubungan-hubungan sosial dan ekonomi yang lebih egaliter antarwarga tercipta. Sampai hari ini.

Related

News 7994999487483162444

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item