Bisnisnya Menggurita, Eddy Sariaatmadja Makin Tajir Kala Pandemi (Bagian 2)

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya ( Bisnisnya Menggurita, Eddy Sariaatmadja Makin Tajir Kala Pandemi - Bagian ...


Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Bisnisnya Menggurita, Eddy Sariaatmadja Makin Tajir Kala Pandemi - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Emtek dan Ant Financial mendirikan EDIK pada medio 2018. Laporan kinerja Emtek menunjukkan bahwa jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) alias dana simpanan para pengguna DANA berada di angka Rp487,86 miliar per 30 September 2020. Jumlah ini naik signifikan dibandingkan total DPK DANA yang masih di kisaran Rp384 miliar per 30 September 2019.

Akankah Terus Naik?

Menariknya, penguatan bisnis Emtek yang mengerek kekayaan Eddy tampaknya belum akan berakhir dalam waktu dekat. Ini setidaknya terindikasi dari manuver Emtek yang makin agresif untuk melebarkan bisnisnya.

Salah satu langkah itu, misalnya, tampak dari keberanian perusahaan mengakuisisi saham mayoritas PT Sarana Metropolitan Tbk. (SAME). SAME adalah emiten yang mengendalikan jaringan rumah sakit internasional Omni. Emtek mencaplok 71,88 persen saham jaringan RS Omni yang bernilai Rp581 miliar lebih.

Padahal, bisnis Omni sedang tak bagus-bagus amat. Ini setidaknya tampak dari penurunan pendapatan dan laba perusahaan hingga akhir kuartal III/2020. Meski demikian, Emtek optimistis bisa membenahi kinerja perusahaan tersebut. Akuisisi jaringan RS Omni juga dimaksudkan untuk menopang kinerja jaringan RS EMC yang sudah lebih dulu dimiliki Emtek.

“Emtek bermaksud untuk memperluas dan memperkuat lini usaha eksisting di bidang jasa pelayanan kesehatan. Akuisisi ini akan menjadikan Grup Emtek menjadi perusahaan lebih besar,” tulis pihak Emtek dalam keterangan resminya.

Dalam beberapa tahun terakhir, Emtek juga makin agresif mencaplok saham sejumlah perusahaan dan start-up lewat anak perusahaannya, PT Kreatif Media Karya (KMK). Berdiri sejak 2012, KMK kini tercatat memiliki 50 persen saham anak usaha Kalbe Farma PT Medika Komunika Teknologi; 50 persen saham perusahaan riset media PT Home Tester Indonesia; 50 persen saham perusahaan agensi PT Suitmedia Kreasi Indonesia.

Di lini start-up, Emtek juga telah memiliki 50 persen saham PT Nusa Satu Inti Artha yang mengelola platform dompet digital DOKU, serta 34,88 persen saham platform e-commerce PT Bukalapak.com.

Untuk nama perusahaan terakhir, KMK berinvestasi lewat putaran pendanaan bersama Ant Financial yang juga mitra mereka dalam membangun platform DANA.

Sejauh ini, kepemilikan saham di berbagai platform itu memang belum menguntungkan secara finansial. Namun, dari waktu ke waktu, KMK dan Emtek semakin mampu memangkas kerugiannya. Sepanjang sembilan bulan awal 2020, misalnya, KMK membukukan kerugian periode berjalan Rp613,25 miliar. Itu membaik dari kerugian periode yang sama pada tahun sebelumnya yang mencapai Rp795,19 miliar.

Kekayaan Eddy juga berpotensi terus meningkat lantaran kinerja Emtek pada 2021 akan ditopang potensi pemulihan pendapatan iklan yang notabene kontributor terbesar neraca perusahaan.

Mirae Asset Sekuritas, misalnya, memproyeksikan PT Surya Citra Media Tbk. (SCTV) akan mengalami penguatan laba hingga kisaran Rp5,49 triliun, naik dari torehan pada akhir 2020 yang mereka perkirakan cuma mentok di kisaran Rp5,06 triliun.

Tambahan pendapatan pelanggan dari platform Vidio juga akan memperkuat pulihnya kinerja Emtek dan SCTV. Terutama, karena hak siar liga sepak bola Indonesia (Liga 1) yang dimiliki platform SVOD tersebut. Faktor hak siar ini juga akan mengerek kinerja anak usaha Emtek lainnya, seperti Indosiar dan O Channel yang juga kebagian jatah hak siar.

“Dengan Liga 1 diperkirakan bisa dimulai Februari [2021], ini tentu akan mempengaruhi penguatan pendapatan dari pelanggan langsung,” tulis analis Mirae Asset Christine Nataysa dalam publikasi risetnya.

Pada pemeringkatan terakhir Forbes, kekayaan Eddy memang masih jauh di bawah bila dibandingkan dengan harta Hartono bersaudara yang mencapai US$38,8 miliar atau keluarga Widjaja yang mencapai US$11,9 miliar. 

Namun, Eddy hanya berjarak tipis dengan nama-nama kondang penghuni 20 besar lain, seperti T.P. Rachmat (peringkat 16 dengan kekayaan US$1,6 miliar) atau Garibaldi Thohir (peringkat 15, dengan kekayaan US$1,65 miliar).

Maka, patut dinanti sampai sejauh mana Eddy dan gurita bisnisnya di Emtek akan mampu bikin kejutan lanjutan.

Related

News 522674778989723926

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item