Gabung Jokowi dan Tersangkut Korupsi, Faktor yang Membuat Elektabilitas Gerindra Anjlok


Naviri Magazine - Elektabilitas Partai Gerindra melorot hingga anjlok di posisi keenam dalam survei Lembaga Kajian Pemilu Indonesia (LKPI).

Pengamat politik Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin mengatakan, ada beberapa faktor yang menyebabkan Gerindra ditinggal pemilihnya.

Pertama, Gerindra berkoalisi dengan pemerintahan Presiden Joko Widodo. Kedua, kader utama partai Edhy Prabowo (Menteri Kelautan dan Perikanan) terjerat kasus dugaan korupsi di KPK.

“Gerindra melorot karena gabung dengan pemerintah, korupsi, dan ditinggalkan oleh pendukungnya,” ujar Ujang yang juga Direktur Eksekutif Indonesia Political Review itu saat dihubungi.

Apalagi, lanjut Ujang, Gerindra belum berpengalaman misalnya dibandingkan dengan Partai Golkar. Golkar partai berpengalaman, banyak diterpa isu korupsi dan lain-lain tapo tetap bertahan di papan atas.

“Sedangkan Gerindra, belum berpengalaman di pemerintahan, sekali dihajar langsung melorot elektabilitasnya,” demikian Ujang Komarudin.

Selain gabung Jokowi dan OTT KPK, publik juga menyoroti Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto yang tidak pernah muncul dalam permasalahan Habib Rizieq Shihab. Padahal, HRS dan pengikutnya mendukung Prabowo-Sandi di Pilpres 2019.

Diduga, ini juga menjadi faktor elektabilitas Gerindra menurun.

Berikut elektabilitas parpol versi survei LKPI pada 20-27 Desember 2020:

PDI Perjuangan (17,8 persen)
Partai Golkar (15,2 persen)
Partai Demokrat (10,8 persen)
PKB (8,8 persen)
Partai Nasdem (8,1 persen)
PKS (6,9 persen)
Partai Gerindra (6,6 persen)
PSI (4,2 persen)
PAN (3,1 persen)
PPP (2,9 persen)
Partai Hanura (1,6 persen)
Parpol lain di bawah 0,5 persen.

Related

News 2016615144282829470

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item