Kisah Nasida Ria dari Masa ke Masa: Dulu Rekaman Kaset, Sekarang Tampil di YouTube (Bagian 1)


Naviri Magazine - Empat dekade membawakan lagu-lagu kasidah, grup legendaris Nasida Ria asal Semarang, Jawa Tengah berupaya untuk tetap eksis di belantika musik Indonesia.

Di era digital, grup beranggotakan para perempuan ini terus bertahan melalui media sosial serta regenerasi demi berdakwah dan menjaga tradisi.

Mereka menyapa penggemar dan berbagi pengalaman selama bermusik dengan mengusung genre kasidah. Penampilan virtual dari studio Nasida Ria di Gunungpati, Semarang, khusus digelar untuk merayakan "45 Tahun Nasida Ria Berkarya".

Grup musik kasidah yang beranggotakan 11 personel dari generasi satu hinga tiga masih eksis dan sanggup menembus batas dengan teknologi digital. Mereka adalah Rien Djamain (bass gitar), Afuwah (kendang), Nadhiroh (biola), Nurhayati (biola), Sofiatun (keyboard), Hamidah (seruling), Nurjanah (gitar), Uswatun Hasanah (gitar), Titik Mukaromah (gitar), Siti Romnah (piano), Thowiyah (kendang). 

Semua personelnya minimal menguasai tiga jenis alat musik dan vokal sehingga dapat saling bergantian ketika pentas.

Choliq Zain, General Manager Nasida Ria, mengatakan Nasida Ria tetap produktif di saat pandemi dengan berbagai konten di platform digital, termasuk mengisi acara di televisi swasta.

"Kalau pentas outdoor tidak boleh, harus pintar-pintar cari peluang. Manajemen membuat konser virtual di studio sendiri, lalu di-share ke YouTube," jelasnya kepada wartawan.

Konser virtual sederhana menjadi strategi mendekatkan Nasida Ria pada pencinta musik segala umur. Sekaligus membuktikan grup musik kasidah modern asal Semarang ini tak redup dimakan zaman.

"Era digital harus berubah. Kalau tidak, kita ketinggalan zaman. Dulu kita jualan pakai kaset, CD, VCD, DVD, sekarang pakai YouTube. Ada banyak platform seperti Joox. Kalau ada yang bertanya tidak produksi, tidak tampil, sekarang klik bisa lihat ada vlog, kegiatan macam-macam," kata Choliq Zain.

Pria yang akrab disapa Gus Choliq itu menggantikan peran sang ayah, H M Zain, sosok di balik kesuksesan grup musik Nasida Ria.

HM Zain adalah seorang pemuka agama Islam di Semarang yang membentuk grup musik Nasida Ria pada 1975. Dia mendorong murid-muridnya untuk bermusik di asrama miliknya di kawasan Kauman Mustaram Semarang.

Nama Nasida Ria dipilih yang berasal dari gabungan kata Nasida atau nyanyian serta Ria alias gembira.

"Harapannya agar kami bisa berdakwah lewat musik dengan penuh kegembiraan," kata Rien Djamain.

Rien Djamain mengatakan, pada mulanya, mereka datang untuk belajar mengaji. Namun, HM Zain yang juga penyuka musik dan mengoleksi lagu-lagu Umi Kalsum, mencarikan guru musik agar para murid tidak bosan belajar.

"Pagi masak, lalu mengaji. Setelah waktu luang baru latihan. Waktu itu masih polos, umur 15 tahun. Niat awal mengaji. Karena bapak kreatif luar biasa, dia mencari bibit-bibit yang bersuara bagus. Awalnya personel sembilan orang sesuai jumlah huruf Nasida Ria," kata pembetot bass gitar di Nasida Ria.

"Pak Zain mengajar tilawah di Gunungpati, saya muridnya. Banyak belajar tentang agama. Kalau ingin gabung Nasida Ria, mendaftar di Kauman. Alhamdulillah diterima," imbuh Afuwah, personel generasi kedua.

Tak disangka, anak-anak didik HM Zain mampu berkembang dalam bermusik. Awalnya mereka hanya memainkan lagu berbahasa Arab dengan iringan rebana. Kemudian mendapat hibah alat musik keyboard dan gitar.

"Dikembangkan Pak Zain dengan drum, kendang, seruling, biola dan tamborin. Setelah bisa memainkan biola, drum dihilangkan dan biola menjadi ciri khas Nasida Ria."

"Dulu alat musik semua dipegang. Semua mulai dari nol, kita dipanggilkan guru. Kemudian berkembang dikasih not balok, bisa dan latihan sendiri. 40 tahun saya nge-bass gitar," kenang Rien, satu-satunya personel generasi pertama yang masih bertahan.

Grup Nasida Ria mendapat kesempatan masuk dapur rekaman setelah HM Zain menerima tawaran dari Ira Puspita Record untuk membuat album musik.

Akan tetapi, lagu-lagu yang dirilis di album kurang diminati karena mereka menyanyikan lagu gambus berbahasa Arab kental nuansa Timur Tengah.

"Dari album volume 1 hingga 4 belum ada yang meledak di pasaran. Kemudian bapak bertemu sahabatnya, KH Ahmad Buchori Masruri yang menyarankan untuk mengganti syair bahasa Arab agar pesan dakwah di lagu mudah dipahami," jelas Choliq Zain, putra kedua HM Zain.

K.H. Ahmad Buchori Masruri yang waktu itu Ketua Tanfidziyah PWNU Jawa Tengah kemudian membantu mengalihbahasakan syair bahasa Arab ke bahasa Indonesia. Dengan menggunakan Abu Ali Haidar, ia juga menciptakan banyak lagu untuk Nasida Ria.

Popularitas Nasida Ria melejit berkat lagu berjudul Perdamaian di album kelima yang dirilis tahun 1980an. Album ini sukses di pasaran dan menjadi tonggak kepopuleran Nasida Ria.

Baca lanjutannya: Kisah Nasida Ria dari Masa ke Masa: Dulu Rekaman Kaset, Sekarang Tampil di YouTube (Bagian 2)

Related

Indonesia 2182740276098548507

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item