Kisah Sejarah: Berakhirnya Perang Dunia dan Bangkitnya Adolf Hitler (Bagian 2)


Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Kisah Sejarah: Berakhirnya Perang Dunia dan Bangkitnya Adolf Hitler - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Melengkapi tujuannya itu, Wilson mengusulkan agar dibentuk sebuah organisasi yang bertugas menjaga perdamaian dunia, dengan nama Liga Bangsa-Bangsa. Guardian melaporkan, Georges Clémenceau, selaku Perdana Menteri Perancis sekaligus Presiden Paris Peace Conference, menerima rancangan perdamaian itu, namun di saat bersamaan juga menolak sebagian besar gagasan Wilson.

Menurut Clémenceau, Amerika Serikat bersikap terlalu idealis dan naif dalam menyikapi konflik di Eropa. Perancis, secara khusus, sangat menginginkan Jerman menanggung harga yang sangat tinggi, termasuk masalah pembagian wilayah, pelucutan senjata, dan pembayaran pampasan perang. Sementara itu, Inggris menilai rencana Wilson sebagai ancaman atas supremasi mereka di Eropa.

Perdamaian yang Memunculkan Hilter

Keinginan masing-masing negara Sekutu mempertahankan kepentingan dalam negeri menimbulkan kerumitan dalam konferensi. Perancis menginginkan perlindungan penuh atas negaranya, dengan jalan menjatuhkan sanksi seberat-beratnya kepada Jerman. 

Di lain pihak, Inggris berkehendak agar negara-negara Eropa bersedia membantu Jerman, agar bisa dijadikan mitra dagang. Sementara itu, Italia berencana meningkatkan pengaruhnya melalui tuntutan atas teritori Jerman.

Perundingan yang berlangsung alot selama berbulan-bulan menghasilkan bermacam-macam perjanjian damai. Perjanjian yang pertama kali ditandatangani ialah Perjanjian Versailles, pada 28 Juni 1919. Menyusul kemudian empat perjanjian damai lainnya, yang ditujukan untuk memperlemah empat sekutu utama Jerman: Austria, Hungaria, Bulgaria, dan Kesultanan Ottoman (Turki).

Perjanjian Versailles pada dasarnya bukan solusi damai, melainkan sanksi perang sebagaimana dikehendai Perancis. Dalam Artikel 231 tentang klausa kesalahan perang, termaktub bahwa Jerman wajib menyerahkan 10 persen teritori dan aset-aset mereka di luar negeri kepada Sekutu. Selain itu, Jerman juga diharuskan membayar 132 miliar reichmarks atau setara dengan 32 miliar dolar AS, sebagai ganti rugi kepada negara-negara terdampak perang.

Laporan BBC menyebut keputusan pemerintah Jerman menerima seluruh sanksi itu memicu kemarahan rakyat di dalam negeri. Kelompok oposisi bermunculan, sambil menuduh para pejabat tinggi di Weimar telah lalai menjalankan pemerintahan setelah mundurnya Kaisar Wilhelm II.

“Pemerintah Weimar dikaitkan dengan kegagalan dalam Perang Dunia I, karena telah menandatangani Perjanjian Versailles. Banyak nasionalis percaya bahwa pemerintah telah menjual Jerman kepada musuh-musuhnya, dengan mengakhiri perang terlalu dini,” tulis BBC.

Di tengah suhu politik dalam negeri Jerman yang kian memanas, seorang mantan serdadu militer Bavaria, bernama Adolf Hitler, bangkit dari parit-parit medan perang menuju podium rapat umum Partai Nazi. Dalam pidatonya, Hitler berulang kali menyebut Pemerintah Weimar sebagai kelompok anti-patriotik yang bertanggung jawab atas kekalahan bangsa Jerman dalam Perang Dunia I.

Steven Woodbridge, dalam artikel “World War I: is it right to blame the Treaty of Versailles for the rise of Hitler?”, yang terbit di Conversation, menyebut emosi rakyat Jerman yang meluap akibat Perjanjian Versailles kala itu dimanfaatkan dengan baik oleh Hitler demi keuntungan partai. Perlahan tapi pasti, Hitler memereteli isi perjanjian menggunakan berbagai cara untuk menarik simpati massa.

Orasi politik Hitler dianggap berhasil, ketika rakyat percaya bahwa sifat menghukum yang terkandung di dalam butir-butir perjanjian membuat kondisi ekonomi Jerman terseok-seok. Mereka yakin bahwa Sekutu sengaja merampas sebagian besar wilayah industri, dan melimpahkan utang yang bertumpuk, agar bangsa Jerman sulit bangkit dari kemiskinan.

Kemarahan rakyat Jerman berhasil membalik kondisi buruk dalam kurun waktu kurang dari 20 tahun. Pada 1934, Hilter bersama Partai Nazi sudah berhasil memegang kendali di seluruh teritori Jerman. Ia bahkan scara sepihak membatalkan klausa-klausa militer dalam Perjanjian Versailles, agar dapat menuntut balas atas penderitaan bangsa Jerman.

Related

History 2979091124358428840

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item