Bill Clinton, Presiden AS yang Dianggap Sukses Sebelum Barack Obama


Naviri Magazine - Bill Clinton menjabat presiden sejak 1993, ketika Perang Dingin tak lama berakhir. Sebelum jadi presiden, lulusan Universitas Georgetown dan Yale ini mengawali karier di pemerintahan sebagai jaksa serta Gubernur Arkansas. 

Pada 1992 ia maju dalam kontestasi pilpres mewakili Demokrat. Ia menggandeng Albert Gore Jr., senator dari Tennessee. Lawan yang dihadapi: petahana Republikan, George H.W. Bush.

Banyak yang menilai Clinton akan kalah. Pasalnya, Republikan, pada masa itu, masih kelewat kuat dan kandidat dari Demokrat tak pernah menang pilpres sejak 1976. Lebih-lebih, saingannya, Bush senior, punya popularitas yang cukup tinggi di mata pemilih setelah kebijakannya di Perang Teluk I dipandang berhasil.

Tapi Clinton membungkam segala keraguan. Ia sukses mengalahkan Bush. Kemenangan Clinton mewakili transformasi politik Demokrat ke fase yang kerap disebut sebagai “Demokrat Baru.”

Dengan “Demokrat Baru,” Clinton berupaya menggeser arah politik partai ke spektrum kiri-tengah, merangkul pasar, menolak politik identitas, menjamin hukum dan ketertiban, memastikan kebebasan individu terpenuhi, dan menjadikan partai lebih menarik bagi kelompok kulit putih kelas menengah AS.

Di saat bersamaan, Clinton juga mempertahankan nilai-nilai tradisional yang diusung Demokrat: mendukung minoritas dan perempuan sampai memaksimalkan peran pemerintah untuk merangsang pertumbuhan ekonomi.

Di tengah ketidakpuasan masyarakat AS terhadap Republikan, seiring tumbuhnya gelombang ekstremisme sayap kanan yang muncul di berbagai wilayah, Clinton dengan cepat menarik dukungan massa.

Clinton langsung tancap gas mereformasi pemerintahan. Pada periode pertama jabatannya, misalnya, Clinton menandatangani undang-undang kontrol senjata api. Selain itu, Clinton juga mengawasi pencabutan Undang-Undang Glass-Steagall—yang memisahkan perbankan komersial dan investasi.

Sedangkan di ranah internasional, pemerintahan Clinton memimpin pendirian organisasi perdagangan bebas seperti NAFTA sampai GATT, di samping juga aktif dalam upaya penyelesaian konflik yang meletus di Balkan maupun Rwanda.

Di bawah kendali Clinton, perekonomian AS mengalami masa bulan madu: tingkat pengangguran yang rendah, inflasi bisa ditekan seminimal mungkin, kepemilikan rumah yang tinggi, serta surplus anggaran. 

Kondisi ini membikin penerimaan masyarakat (approval rating) terhadap Clinton melonjak. Jajak pendapat yang dikumpulkan Gallup memperlihatkan bahwa job approval rating Clinton selama dua kali menjabat menyentuh 55 persen.

Meski begitu, rezim Clinton bukan tanpa cela: reformasi di bidang kesehatan, yang jadi salah satu program andalannya, gagal memenuhi target.

Related

International 6533734963606153799

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item