Ini Fakta di Balik Mitos Seputar Gigi yang Banyak Dipercaya Masyarakat

Naviri Magazine - Mitos, atau kepercayaan yang belum tentu terbukti benar, ada di mana-mana, termasuk di dunia kesehatan, khususnya terkait ...


Naviri Magazine - Mitos, atau kepercayaan yang belum tentu terbukti benar, ada di mana-mana, termasuk di dunia kesehatan, khususnya terkait kesehatan gigi. Di antara banyak mitos terkait gigi, berikut ini yang paling populer, serta penjelasannya.

Mitos: Gigi atas yang sakit jika dicabut akan mempengaruhi syaraf mata. Bahkan dapat menyebabkan kebutaan.

Fakta: Syaraf yang mempersyarafi gigi geligi atas berbeda dengan syaraf mata. Bila seseorang sakit gigi karena karies (lubang gigi) pada gigi atas, penjalaran infeksinya memang dapat mencapai pipi hingga mata. Namun pencabutan gigi atas tidak akan menyebabkan kebutaan.

Mitos: Sakit gigi dapat disembuhkan cukup dengan minum obat penghilang rasa sakit (analgesik).

Fakta: Obat “pain killer” hanya membantu menghilangkan rasa sakit sementara, namun infeksi bakteri pada gigi tetap ada dan suatu waktu rasa sakit akan timbul lagi. 

Maka jika terjadi karies, gigi harus dirawat. Bila karies belum mencapai jaringan syaraf, gigi masih bisa ditambal. Namun bila jaringan syaraf sudah terekspos, maka gigi sudah tidak bisa langsung ditambal tapi harus dilakukan perawatan saluran akar terlebih dulu.

Mitos: Gigi tidak perlu dicabut dan boleh dibiarkan saja, bila yang tersisa tinggal akarnya. Toh sudah tidak ada keluhan yang dirasakan.

Fakta: Bila gigi berlubang dibiarkan dan tidak dirawat, lama kelamaan gigi tersebut dapat patah sedikit demi sedikit karena adanya tekanan kunyah. Pada akhirnya, mahkota gigi habis, dan yang tersisa tinggal akarnya saja. Biasanya, pada gigi tersebut sudah tidak ada keluhan lagi. 

Namun bukan berati masalah sudah selesai. Akar gigi yang terekspos dengan lingkungan gigi tetap dapat menjadi sumber infeksi. Oleh karena itu, meski sudah tidak terasa sakit, gigi tersebut tetap harus dicabut dan dibuatkan gigi tiruan penggantinya.

Mitos: Anak yang punya kebiasaan menghisap jari, giginya bisa maju atau tonggos.

Fakta: Banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa kebiasaan thumb sucking pada anak dapat menyebabkan gigi depannya tonggos, tapi bergantung pada beberapa hal. 

Misalnya, sampai berapa lama anak tersebut terbiasa mengisap jari. Seberapa sering ia menghisap jari dalam sehari, dan besarnya tekanan hisap si anak juga dapat mempengaruhi derajat keparahan. 

Kebiasaan menghisap jari yang bertahan antara 36 dan 48 bulan dapat meningkatkan resiko majunya gigi depan secara signifikan.

Mitos: Bila seseorang sakit gigi, lebih baik dicabut daripada ditambal, karena setelah ditambal pun masih bisa sakit lagi.

Fakta: Pencabutan gigi adalah alternatif terakhir, bila perawatan lain sudah tidak mungkin dilakukan. Gigi sebisa mungkin dipertahankan dalam mulut, karena kehilangan satu gigi saja sudah dapat mengurangi efektivitas dalam pengunyahan. 

Gigi yang hilang sebaiknya diganti dengan gigi tiruan, namun sebaik apa pun gigi tiruan masih lebih baik gigi asli. Saat ini, ilmu dan teknologi di bidang kedokteran gigi telah berkembang pesat. Material kedokteran gigi terus menerus diperbaiki, sehingga hasil tambalan yang baik dan tahan lama dapat dicapai.

Mitos: Bau mulut disebabkan karena adanya masalah di pencernaan.

Fakta: Banyak penelitian yang menyebutkan bahwa 85% bau mulut berasal dari gigi dan mulut. Bau mulut yang disebabkan oleh perut sangat jarang terjadi. 

Bau mulut disebabkan oleh bakteri yang bersarang di dalam mulut, bisa berada di gusi yang meradang, gigi yang berlubang, karang gigi, tambalan yang bocor, dan terutama di bagian belakang lidah. 

Bakteri yang berkembang dalam lingkungan tanpa oksigen ini memproduksi gas berbau yang disebut ‘volatile sulfur compound’. Inilah yang menyebabkan bau mulut.

Mitos: Pencabutan gigi tidak boleh dilakukan pada saat wanita sedang menstruasi.

Fakta: Perubahan hormonal yang dialami wanita turut mempengaruhi keadaan di rongga mulutnya. Saat menstruasi, terjadi perubahan hormonal, yaitu peningkatan kadar estrogen dan progesteron, yang dapat menyebabkan gusi lebih rentan terhadap peradangan. 

Meski demikian, pencabutan tetap dapat dilakukan pada saat wanita sedang menstruasi. Untuk menghindari risiko, pencabutan sebaiknya ditunda hingga minggu terakhir siklus menstruasi (hari ke 22-28), di mana kadar estrogen sedang rendah.

Mitos: Bila gigi anak berlubang tidak perlu ditambal, karena nanti juga akan digantikan oleh gigi tetap/permanen.

Fakta: Gigi anak yang berlubang tetap harus ditambal, karena gigi yang berlubang dan tidak dirawat dapat menyebabkan infeksi menjalar ke jaringan pendukung gigi. Hal ini akan mempengaruhi gigi permanennya yang sedang dalam tahap tumbuh kembang. 

Selain itu, adanya karies pada gigi anak dapat menyebabkan anak berkurang nafsu makan dan cenderung rewel.

Related

Health 83847648216524960

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item