Kisah dan Sejarah Lahirnya Harian Kompas, Koran Terbesar di Indonesia (Bagian 1)


Naviri Magazine - Kompas lahir dengan tujuan melawan wacana PKI. Menjadi koran penting di zaman Orde Baru dan cukup berhati-hati dalam berwarta.

Sebelum Oktober 1965, Harian Rakjat bukan lawan enteng bagi kaum anti-Partai Komunis Indonesia (PKI). Bahkan Angkatan Darat, yang dikenal sebagai musuh utama komunis di Indonesia, tak mampu seorang diri melawan berita-berita dari koran yang bagi mereka tak ubahnya corong PKI. 

Harian Rakjat yang terbit sejak 1951 punya oplah 100 ribu eksemplar. Musuh-musuh PKI tentu merasa PKI akan menang lagi jika pemilu diadakan pada 1965 itu.

Suatu hari, Menteri Panglima Angkatan Darat (Menpangad) Letnan Jenderal Ahmad Yani menelepon Menteri Perkebunan Frans Seda, seorang politikus dari golongan Katolik. Yani, seperti dicatat St Sularto dalam Syukur Tiada Akhir: Jejak Langkah Jacob Oetama (2007: 112), punya ide untuk membangun koran guna menandingi Harian Rakjat (corong PKI) yang oplahnya besar. 

Yani berharap ada media alternatif dari kalangan Katolik. Frans Seda kemudian membahas ide Yani bersama tokoh Katolik lain, Ignatius Josef Kasimo.

“Ide Jenderal Yani tersebut berkembang di kalangan pimpinan Partai Katolik, tetapi dianggap sesuatu yang berat,” tulis Frans Seda dalam Kompas (28/6/1990). Tapi berbahagialah Partai Katolik, mereka punya Petrus Kanisius Ojong dan Jakob Oetama. 

Sebelum ide soal surat kabar untuk melawan komunis itu muncul, Ojong dan Jacob sudah mendirikan majalah pengetahuan bernama Intisari dan sebelumnya malang melintang di surat kabar.

Demi terealisasinya koran baru itu, Jajasan Bentara Rakjat kemudian didirikan pada awal 1965. Semula koran itu hendak diberi nama Bentara Rakjat, yang nama belakangnya mirip dengan koran yang hendak mereka lawan. 

Nama Bentara Rakjat barangkali agak menantang. Nama itu tak jadi dipakai. Sukarno mengarahkan agar dinamai Kompas. Arahan pemimpin besar revolusi itu pun mereka pakai. Nama Kompas sebelumnya pernah dipakai sebagai nama majalah mingguan era 1950-an. Sejarawan militer Nugroho Notosusanto pernah memimpin redaksinya.

Meski didukung orang nomor satu Angkatan Darat, izin tidak mudah keluar. Mamak Sutamat dalam Kompas Menjadi Perkasa karena Kata (2012: 16-17) mengisahkan sebagian perwira menengah Kodam Jaya yang dianggap terpengaruh PKI berusaha mencegah munculnya surat kabar ini. 

Tapi, koran yang mereka idam-idamkan itu terbit juga pada 28 Juni 1965, di masa yang disebut Frans Seda sebagai "sikon revolusioner".

Kompas pertama terbit dengan hanya empat halaman dan enam iklan. Kantor redaksinya menumpang rumah Jacob. Di halaman muka Kompas, nama Jacob Oetama bersama P.K. Ojong ditulis sebagai pendiri.

Kompas berusaha menyesuaikan zaman. Di awal kelahirannya, menurut tajuk rencana edisi 28 Juni 1965, Kompas mengikuti apa yang menjadi garis arahan dari Presiden Sukarno. Tak hanya Pancasila, tapi juga Manipol. Meski lahir dari orang-orang Katolik, Kompas kemudian menjadi bacaan seluruh rakyat Indonesia.

Baca lanjutannya: Kisah dan Sejarah Lahirnya Harian Kompas, Koran Terbesar di Indonesia (Bagian 2)

Related

Indonesia 3969094881911541568

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item