Kisah Lengkap Pompeii, Kota yang Hancur Akibat Letusan Gunung (Bagian 2)


Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Kisah Lengkap Pompeii, Kota yang Hancur Akibat Letusan Gunung - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Ledakan itu merusakkan wilayah tersebut, mengubur Pompeii dan daerah-daerah pemukiman lainnya. Kebetulan tanggal itu bertepatan dengan Vulcanalia, perayaan dewa api Romawi.

Laporan saksi mata satu-satunya yang bertahan dan dapat diandalkan tentang peristiwa ini dicatat oleh Plinius Muda dalam dua pucuk surat kepada sejarawan Tacitus. 

Dari rumah pamannya di Misenum, sekitar 35 km dari gunung berapi itu, Plinius melihat sebuah gejala luar biasa yang terjadi di atas Gunung Vesuvius: sebuah awan gelap yang besar, berbentuk seperti pohon pinus, muncul dari mulut gunung itu. Setelah beberapa lama, awan itu dengan segera menuruni lereng-lereng gunung dan menutupi segala sesuatu di sekitarnya, termasuk laut di dekatnya.

"Awan" yang digambarkan oleh Plinius Muda itu kini dikenal sebagai aliran piroklastik, yaitu awan gas yang sangat panas, debu, dan batu-batu yang meletus dari sebuah vulkano. 

Plinius mengatakan bahwa beberapa gempa bumi terasa pada saat letusan itu, dan diikuti oleh getaran bumi yang dahsyat. Ia juga mencatat bahwa debu juga jatuh dalam bentuk lapisan-lapisan yang sangat tebal, dan desa tempat ia berada harus dievakuasi. Laut pun tersedot dan didorong mundur oleh suatu "gempa bumi", sebuah gejala yang disebut oleh para geologiwan modern sebagai tsunami.

Gambarannya lalu beralih kepada fakta bahwa matahari tertutup oleh letusan itu, dan siang hari jadi gelap gulita. 

Pamannya, Plinius Tua, mengambil beberapa kapal untuk meneliti gejala ini, dan menyelamatkan orang-orang yang terperangkap di kaki gunung. Karena tidak dapat mendarat dekat vulkano, karena angin yang tidak menguntungkan dan debu yang dihasilkan letusan, Plinius Tua melanjutkan perjalanan ke Stabiae, sekitar 4,5 km dari Pompeii. Ia meninggal di sana keesokan harinya. 

Dalam suratnya yang pertama kepada Tacitus, kemenakannya menduga bahwa ini disebabkan karena pamannya menghirup gas beracun. Namun Stabiae 16 km jauhnya dari tempat kejadian, dan rekan-rekannya tampaknya tidak terpengaruh oleh hirupan udara itu, dan karena itu kemungkinan kematiannya disebabkan karena stroke atau serangan jantung.

Pompeii di dunia hiburan populer

Pompeii dijadikan latar belakang novel sejarah modern The Last Days of Pompeii dan sebuah film seri televisi Inggris, Up Pompeii, dan novel Robert Harris, Pompeii, sebuah kisah fiksi yang terpusat pada aquarius (ahli saluran air) Marcus Attilius, yang harus memperbaiki kerusakan pada akuaduk di dunia, Aqua Augusta, yang rusak di suatu tempat di sekitar Vesuvius. 

Dalam seni visual, The Last Day of Pompeii adalah lukisan terkenal oleh Carlo Brullo yang kelahiran Rusia.

Pada Oktober 1971, band terkenal Pink Floyd mengadakan pertunjukan di sebuah amfiteater yang kosong dan berusia 2.000 tahun di Pompeii, di hadapan penonton yang terdiri dari para kru film, termasuk para kamerawan. 

Pertunjukan ini diedarkan sebagai sebuah film di seluruh dunia, dan belakangan dalam bentuk video. Sang sutradara belakangan menambahkan gambar-gambar ruang angkasa, dan merilisnya dalam bentuk 'potongan sutradara', yang tersedia dalam bentuk DVD.

Taman bertema Busch Gardens di Williamsburg, Virginia, menampilkan sebuah atraksi berjudul "Escape from Pompeii," (Melarikan diri dari Pompeii); di situ para penumpang mengendarai kapal-kapal kecil yang konon sedang melarikan diri melalui kota Pompeii, sementara reruntuhan-reruntuhan kota berguliran di sekitar mereka.

Rexford (Rex) Phillips, alias “Rexino Mondo,” menulis, menyanyikan, membacakan serta memproduksi sebuah "buku audio" 210 menit berjudul Messenger From Pei (Utusan dari Pei). Buku ini mengisahkan penugasannya di Kompi Khusus ke-10 dari Angkatan Darat AS di Korea. Di sana ia berjumpa, bersahabat dan akhirnya menjalin hubungan yang akrab dengan aktris Debbie Reynolds. 

Berbagai arus bolak-balik membawa mereka dalam suatu perjalanan ke kehidupan masa lampau, dan khususnya dalam pelarian mereka dari "Pei yang dekaden", tepat sebelum kehancuran total kota itu, bersamaan dengan hari-hari terakhir "Pompeii". Karya ini dibuat pada 1992 dan diedarkan secara terbatas.

Related

Science 8501174464825320678

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item