Kisah Putri dan Pangeran Tampan yang Dikutuk Menjadi Katak


Naviri Magazine - Pada suatu waktu, hidup seorang raja yang mempunyai beberapa anak gadis yang cantik. Anak gadisnya yang paling bungsu yang paling cantik. Ia memiliki wajah yang sangat cantik dan selalu terlihat bercahaya. Ia bernama Mary. 

Di dekat istana raja, terdapat hutan yang luas serta lebat, dan di bawah pohon limau yang sudah tua ada sebuah sumur. 

Suatu hari yang panas, Putri Mary pergi bermain menuju hutan, dan duduk di tepi pancuran yang airnya sangat dingin. Ketika sudah bosan, sang putri mengambil sebuah bola emas, kemudian melemparkannya tinggi-tinggi, lalu ia tangkap kembali. Bermain lempar bola adalah mainan kegemarannya.

Namun, suatu ketika bola emas sang putri tidak bisa ditangkapnya. Bola itu kemudian jatuh ke tanah, dan menggelinding ke arah telaga. Mata sang putri terus melihat arah bola emasnya. Bola terus bergulir hingga akhirnya lenyap di telaga yang dalam, sampai dasar telaga itu pun tak terlihat. 

Sang putri mulai menangis. Semakin lama tangisannya makin keras. Ketika ia masih menangis, terdengar suara seseorang berbicara padanya, ”Apa yang membuatmu bersedih, Tuan Putri? Tangisan Tuan Putri membuat saya terharu…” 

Sang Putri melihat ke sekeliling, mencari dari mana arah suara tersebut. Ia hanya melihat seekor katak besar dengan muka yang jelek, di permukaan air. “Oh… apakah engkau yang tadi berbicara, katak? Aku menangis karena bola emasku jatuh ke dalam telaga.” 

“Berhentilah menangis,” kata sang katak. “Aku bisa membantumu mengambil bola emasmu, tapi apa yang akan kau berikan padaku nanti?”

“Apa pun yang kau minta akan kuberikan, perhiasan dan mutiaraku, bahkan aku akan berikan mahkota emas yang aku pakai ini,” kata sang putri. 

Sang katak menjawab, “Aku tidak mau perhiasan, mutiara, bahkan mahkota emasmu. Tapi aku ingin kau mau menjadi pasanganku, dan mendampingimu makan, minum, dan menemanimu tidur. Jika kau berjanji memenuhi semua keinginanku, aku akan mengambilkan bola emasmu.”

“Baik, aku janji akan memenuhi semua keinginanmu, jika kau berhasil membawa bola emasku kembali.” Sang putri berpikir, bagaimana mungkin seekor katak yang bisa berbicara dapat hidup di darat dalam waktu yang lama. Ia hanya bisa bermain di air bersama katak lain sambil bernyanyi. 

Setelah sang putri berjanji, sang katak segera menyelam ke dalam telaga, dan dalam waktu singkat kembali ke permukaan sambil membawa bola emas di mulutnya, kemudian melemparkannya ke tanah.

Sang putri merasa sangat senang, karena bola emasnya ia dapatkan kembali. Sang putri menangkap bola emasnya, dan kemudian berlari pulang. 

“Tunggu… tunggu,” kata sang katak. “Bawa aku bersamamu, aku tidak dapat berlari secepat dirimu.” 

Tapi percuma saja sang katak berteriak memanggil sang putri, ia tetap berlari meninggalkan sang katak. Sang katak merasa sangat sedih, dan kembali ke telaga. 

Keesokan harinya, ketika sang putri sedang duduk bersama ayahnya sambil makan siang, terdengar suara lompatan di tangga marmer. Sesampainya di tangga paling atas, terdengar ketukan pintu dan tangisan, ”Putri, putri… bukakan pintu untukku.” 

Sang putri bergegas menuju pintu. Ketika ia membuka pintu, ternyata di hadapannya ada sang katak. Karena kaget, ia segera menutup pintu keras-keras. Ia kembali duduk di meja makan, dan kelihatan ketakutan. 

Sang Raja, yang melihat anaknya ketakutan, bertanya, ”Apa yang engkau takutkan, putriku? Apakah ada raksasa yang akan membawamu pergi?” 

“Bukan, Ayah. Bukan raksasa, tapi seekor katak yang menjijikkan,” kata sang putri. 

“Apa yang ia inginkan darimu?” tanya sang raja pada putrinya.

Kemudian sang putri bercerita kejadian yang menimpanya kemarin. “Aku tidak pernah berpikir ia akan datang ke istana ini,” kata sang Putri. 

Tidak berapa lama, terdengar ketukan di pintu lagi. “Putri… putri, bukakan pintu untukku. Apakah kau lupa dengan ucapanmu di telaga kemarin?” 

Akhirnya, sang Raja berkata pada putrinya, ”Apa saja yang telah kau janjikan harus ditepati. Ayo, bukakan pintu untuknya.” 

Dengan langkah yang berat, sang putri membuka pintu, lalu sang katak segera masuk dan mengikuti sang putri ke meja makan. 

“Angkat aku, dan biarkan duduk di sebelahmu,” kata sang katak. 

Atas perintah Raja, pengawal menyiapkan piring untuk katak, di samping Putri Mary. Sang katak segera menyantap makanan di piring itu, dengan menjulurkan lidahnya yang panjang. 

“Wah, benar-benar tidak punya aturan. Melihatnya saja membuat perasaanku tidak enak,” kata Putri Mary.

Sang putri bergegas lari ke kamarnya. Kini ia merasa lega bisa melepaskan diri dari sang katak. Namun, tiba-tiba, ketika hendak membaringkan diri di tempat tidur, ternyata sang katak sudah berada di atas tempat tidurnya. 

“Cukup, katak! Meskipun aku sudah mengucapkan janji, tapi ini sudah keterlaluan!” Putri Mary sangat marah, lalu ia melemparkan katak itu ke lantai. 

Bruuk! Ajaib, tiba-tiba asap keluar dari tubuh katak. Dari dalam asap, muncul seorang pangeran yang gagah. 

“Terima kasih, Putri Mary… Kau telah menyelamatkanku dari sihir seorang penyihir jahat. Karena kau telah melemparku, sihirnya lenyap dan aku kembali ke wujud semula,” kata sang pangeran. 

“Maafkan aku karena telah mengingkari janji,” kata sang putri dengan penuh sesal. 

“Aku juga minta maaf. Aku sengaja membuatmu marah agar kau melemparkanku,” sahut sang pangeran. 

Waktu berlalu begitu cepat. Akhirnya sang pangeran dan Putri Mary mengikat janji setia dengan menikah, dan mereka pun hidup bahagia.

Pesan moral: 

Jangan pernah mempermainkan sebuah janji, dan pikirkanlah dulu janji-janji yang akan kita buat.

Related

Romance 5701065862999369034

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item