Penyebab Matematika Begitu Menakutkan, Sampai Bisa Bikin Orang Trauma


Naviri Magazine - Banyak orang yang mengalami math trauma. Tingkatannya pun berbeda-beda. Apa itu trauma matematika? Apakah gangguan tersebut benar ada? Jawabannya, ya. “Traima matematika” atau ketakutan terhadap matematika merupakan bentuk gangguan mental yang melemahkan ketika harus mengerjakan soal matematika.

Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi para pendidik matematika di AS yaitu membantu berbagai guru SD yang memiliki trauma matematika. Bayangkan bagaimana rasanya ditugaskan mengajar matematika ke anak-anak, padahal kamu sangat takut dengan mata pelajaran tersebut. 

Orang yang trauma matematika akan merasa cemas atau takut salah secara berlebihan. Ketakutan ini membatasi akses ke banyak pilihan hidup bagi orang lain, termasuk pilihan melanjutkan sekolah dan karier.

Sumbernya beragam, tetapi untuk beberapa kasus, ketakutan ini disebabkan langsung oleh orang tua dan guru. Kesalahpahaman soal pintar atau tidaknya seseorang cukup memengaruhi ketakutannya. Ini mencakup kecepatan dan akurasi, yang merupakan unsur penting di masa lalu ketika kemampuan manusia masih diandalkan sebelum era komputer dimulai.

Akan tetapi, penelitian telah membenarkan apa yang diceritakan oleh orang-orang: Mengaitkan kecepatan dengan kemampuan hitung-hitungan mampu melemahkan mental para pelajar. 

Orang yang kesulitan menyelesaikan tes matematika dibatasi waktu sering mengalami ketakutan, yang nantinya akan menghambat memori kerjanya. Mereka jadi kesulitan berpikir. Hal ini memperkuat anggapan bahwa orang yang tidak bisa mengerjakan matematika adalah mereka yang tidak suka atau tidak pintar matematika.

Selain itu, orang yang pintar matematika diyakini bisa menghitung dengan cepat dan akurat karena mereka lancar mengerjakan ujian yang dibatasi waktu. Kepercayaan ini bisa menyebabkan kepercayaan diri terkait matematika yang rapuh. Siswa takut mengungkapkan kalau mereka tidak tahu sesuatu atau kurang cepat. Akibatnya, mereka tidak mau melakukan atau mengambil pekerjaan yang lebih menantang. Ini buruk bagi semua pihak.

Mitos yang menyebutkan bahwa cepat mengingat rumus matematika dasar bagus untuk belajar sesungguhnya berdampak negatif, dan sayangnya sudah mengakar. Niatnya sih baik. Kita semua pasti mau anak-anak mahir menghitung, kan? 

Akan tetapi, penelitian menunjukkan kemampuan mengingat rumus matematika dasar (seperti 3 x 5 = 15) paling bagus dikembangkan saat pertama kali memahami operasi aritmetika. Itu artinya, kita perlu terlebih dulu memahami cara kerjanya untuk membangun memori matematika.

Apabila tidak melakukan ini, maka pemahaman dan penghafalan kognitif kita akan lemah. Orang akan cepat melupakan fakta-fakta matematika baru ketika mereka hanya menghafal saja. Sebaliknya, pola pemahaman dapat menekan beban kognitif yang diperlukan ketika mengingat fakta terkait. 

Mengerti logika di balik formula bisa menciptakan pemahaman yang mendalam, kuat dan fleksibel. Hal ini bisa membantu orang menerapkan pemahahan terhadap masalah baru. Jadi, apa yang bisa dilakukan orang tua dan guru untuk mendukung fakta ini?

Pertama, mereka bisa mengajak anak bermain games dan puzzle menyenangkan, yang ada hubungannya dengan angka-angka, seperti Sudoku, KenKen, atau permainan kartu tertentu. 

Permainan seperti ini menciptakan kebutuhan intelektual untuk menggunakan fakta matematika yang membantu anak mengembangkan kefasihan fakta. Anak-anak akan merasa idenya dihargai apabila orang tua dan guru memintanya menjelaskan pemikiran mereka, baik menggunakan kata-kata, gambar atau benda.

Setiap kesalahan sebaiknya dianggap sebagai eksplorasi. Tidak menjawab benar bukan berarti cara berpikirnya salah. Anak akan memahami apa yang mereka ketahui sekarang, dan apa yang akan dipelajari selanjutnya apabila mereka diminta untuk menjabarkan cara menjawabnya. 

Dengan begini, mereka akan memikirkan apa yang salah dan mesti diperbaiki. Jaga ekspresimu saat menanyakan ini. Kalau kamu menunjukkan jawaban mana yang benar dan salah, hal ini hanya akan memperkuat keyakinan hanya jawaban benar yang penting.

Setelah itu, jangan menilai mereka yang tidak-tidak. Orang tua perlu menghindari penilaian bahwa anak mereka tidak pintar matematika. Sikap ini bisa berdampak buruk pada keyakinan anak soal kemampuan belajarnya. Mereka juga harus waspada untuk tidak membuat anak belajar matematika secara mati-matian.

Bagi banyak orang dewasa, pelajaran matematika di zaman sekarang sangat berbeda dengan dulu. Sekolah-sekolah di Amerika Serikat sekarang tidak lagi mementingkan kecepatan dan ketepatan—kadang diumpamakan sebagai “drill and kill”. Para guru lebih memprioritaskan diskusi dan pemahaman matematika. 

Pengajar guru matematika sepakat ini adalah perubahan bagus. Pahamilah lebih dalam apa yang anak pelajari. Perlu diingat bahwa pemahaman mendalam bisa terjadi karena menghubungkan berbagai cara untuk menyelesaikan masalah.

Jadi, kamu tidak perlu khawatir kalau mengalami math trauma. Kamu tidak sendirian, dan ada banyak cara untuk mengatasinya. Kamu bisa memulainya dengan memahami bahwa matematika sangat luas dan menarik. Sebagian besar dari kita jauh lebih matematis daripada yang kita kira.

Related

Science 3693529276392328168

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item