Rahasia Ketangguhan Gojek, Grab, dan AirBnB di Tengah Pandemi Corona (Bagian 2)


Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Rahasia Ketangguhan Gojek, Grab, dan AirBnB di Tengah Pandemi Corona - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

"Orang-orang di lingkungan startup kini mencoba lebih fokus pada kekuatan sesungguhnya mereka untuk menjadi juara," ujar Heather Gates, Direktur Pelaksana Deloitte, untuk studinya.

Andre Soelistyo, dalam Konferensi Pers Perayaan Hari Jadi Ke-10 Gojek, menyatakan bahwa di tengah pandemi Corona, Gross Transaction Value (GTV) atau total transaksi yang dilayani Gojek mengalami peningkatan 10 persen dibandingkan tahun lalu. 

Tahun ini Gojek memproses transaksi senilai USD 12 miliar, sementara layanan inti seperti GoFood dan GoRide memperoleh "cetak laba operasional luar biasa". Tak ketinggalan, transaksi menggunakan dompet digital Gopay mengalami peningkatan 2,7 kali lipat dibandingkan tahun lalu.

Atas kinerja yang cemerlang ini Gojek memperoleh tiga kali pendanaan selama 2020. Gojek menggondol uang senilai USD 1,2 miliar melalui pendanaan Seri F pada Maret, kemudian pendanaan Seri F senilai USD 375 juta pada Juni. Gojek pun memperoleh pendanaan tambahan senilai USD 100 juta via Telkomsel pada November.

Selain mendapat suntikan modal baru, Gojek mengeluarkan dana miliknya untuk melakukan aksi korporasi, seperti mengucurkan investasi pada Blue Bird senilai USD 30 juta di bulan Februari dan membeli WePay, startup pembayaran digital asal Vietnam pada September lalu.

Demikian pula Tokopedia dan Bukalapak. Saking pentingnya dunia digital di era Work From Home (WFH), Tokopedia memperoleh suntikan modal senilai USD 500 juta di bulan Juni lalu, melalui pendanaan Seri H, dan Bukalapak memperoleh uang dari Microsoft senilai USD 100 juta pada November.

Keuntungan juga menimpa lawan berat Gojek, Grab. Februari tahun lalu, Grab sukses memperoleh suntikan dana senilai USD 856 juta dan enam bulan kemudian memperoleh tambahan dana senilai USD 200 juta. Tak ketinggalan, Grab pun melakukan aksi investasi pada LinkAja senilai USD 100 juta pada pekan kedua November 2020.

Di kancah internasional, startup seperti DoorDash, Instacart, dan Robinhood, masing-masing mengalami peningkatan nilai valuasi, menjadi USD 16 miliar, USD 13,7 miliar, dan 6 miliar.

"COVID meroketkan kami secara eksponensial," tawa Ruben Flores-Martinez, pendiri Cashdrop.

Kisah yang paling mengejutkan dari dunia startup di tengah-tengah pandemi adalah AirBnB. Tentu, sebagai startup yang menawarkan penginapan bagi para pelancong, AirBnB di depan kehancuran ketika pandemi memaksa banyak negara menutup perbatasannya. 

AirBnB bahkan harus mem-PHK 1.900 karyawannya atau sekitar 25 persen dari tenaga kerja perusahaan pada awal pandemi. Tak ketinggalan, mereka pun harus membayar uang refund senilai USD 1 miliar pada para pengguna AirBnB yang membatalkan kunjungan.

Untunglah, nasib serupa Airy tidak menimpa AirBnB. Alih-alih pasrah pada keadaan, mereka berubah dan menciptakan layanan baru semacam tur virtual. Akhirnya, merujuk dokumen yang mereka kirimkan pada otoritas pasar modal di AS untuk melakukan penawaran saham perdana (IPO), AirBnB memang rugi USD 697 juta, tetapi mereka sukses memperoleh pendapatan USD 2,5 miliar akhir September lalu melalui tur virtual. 

Kinerja ini menjadi bukti bahwa AirBnB memiliki model bisnis yang kokoh, dan hanya tinggal menunggu pandemi berakhir agar perusahaan ini benar-benar untung.

Di tengah pandemi Corona, AirBnB berencana go public. Dan sebagaimana diwartakan The New York Times, uang senilai USD 3 miliar diperkirakan akan diperoleh AirBnB tatkala melakukan aksi korporasi ini.

Related

Business 4533746164648210896

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item