Pesan-pesan Tersembunyi Dalam Film X-Men: First Class (Bagian 3)


Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Pesan-pesan Tersembunyi Dalam Film X-Men: First Class - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Jika kita telah memahami hal ini, maka film-film Hollywood lainnya pun tak jauh beda, karena di balik semuanya terdapat oknum yang sama, yaitu Freemason. Dan mereka hanya mengubah sedikit bentuk gerbangnya sesuai alur cerita, namun semua 'Gate' yang ditampilkan menuju makna yang sama; yaitu mediasi penghubung antara dua dimensi atau kehidupan.

Kembali pada teori Darwin tentang seleksi alam, doktrin ini mendapat ruang yang luas, dan berhasil merekrut banyak pengikut pada akhir abad ke-19, di saat masyarakat masih terbelakang dan 'mudah dibohongi'. Hingga akhirnya disadari bahwa seleksi alam tidak mampu mendorong terjadinya evolusi, dan para penganut Darwinisme (kaum evolusionis) memunculkan konsep "mutasi" dalam teori mereka di abad ke-20. 

Mutasi adalah perubahan yang terjadi pada gen (DNA) makhluk hidup karena pengaruh luar, seperti radiasi. Evolusionis menyatakan, perubahan ini menyebabkan organisme berevolusi.

Akan tetapi, berbagai penemuan ilmiah menolak pernyatan ini, sebab semua mutasi yang pernah diketahui hanya menyebabkan kerugian pada makhluk hidup. Semua mutasi yang terjadi pada manusia mengakibatkan kelainan mental maupun fisik, seperti Down Syndrome, tubuh pendek, atau penyakit lain seperti kanker. Dengan demikian, mutasi adalah kecelakaan genetis yang terjadi pada makhluk hidup. Sama halnya dengan segala jenis kecelakaan, mutasi hanya menyebabkan gangguan dan kerusakan. Itu artinya, evolusi melalui mutasi adalah hal yang mustahil.

Kisah X-Men adalah cerita tentang sekumpulan manusia yang terkena mutasi (mutant). Para mutant selalu menyembunyikan jati diri mereka, agar terlihat normal. Namun anehnya, mutant di sini digambarkan sebagai orang yang justru memiliki talenta dan kelebihan tersendiri, seperti dapat menghilang, memiliki telepati, dapat terbang, pengatur badai, memiliki tenaga magnet, dan seterusnya. 

Padahal, proses mutasi seharusnya membuat seorang mutant menjadi cacat. Maka bukan kebetulan jika dalam film ini konsep mutasi kembali ditegaskan oleh Sebastian Shaw saat menunjukkan kemampuan mutasi Emma kepada Kolonel Hendry, dalam kalimatnya, "Magnificent, isn't she, Bob? Genetic mutation, the evolution of Human Genome." (Luar biasa kan? Mutasi genetik, evolusi gen manusia)

Sebastian, dalam cerita ini, adalah tokoh antagonis utama yang ingin mengadu-domba antara Amerika dan Rusia agar terjadi perang antar mereka. Sebastian memiliki tiga mitra loyal, di antaranya adalah Azazel, seorang mutant berwujud red devil, karena berkulit merah dan memiliki ekor yang runcing. Hanya saja ia tak bertanduk. 

Selain Azazel, Sebastian juga memiliki asisten bernama Emma. Seorang wanita mutant yang mampu membaca dan mengontrol pikiran orang lain (mind control) layaknya kemampuan yang dimiliki Charles Francis Xavier (Professor X). 

Namun yang menarik, istri Charles Darwin ternyata juga bernama Emma, dan putra Charles Darwin, yang menulis buku "The Life and Letters of Charles Darwin", bernama Francis. Lagi-lagi kita bertanya, apakah ini semua kebetulan? Charles, Francis, Emma? Lantas apa maksud di balik semua ini?

Merujuk lagi masalah mutasi, motif seperti ini sama persis dengan cerita rekaan Hollywood lainnya, dimana proses mutasi atau musibah yang menimpa seseorang justru menjadikan mereka sebagai superhero. 

Seperti kisah Peter Parker yang digigit laba-laba, bukan berdampak negatif, tapi malah memberikan kekuatan hingga bisa menjadi Spiderman. Atau Clark Kent yang terkena radiasi Crypton, bukannya cacat tapi malah menjadi Superman. Memang benar semua ini adalah kisah fiktif. Tapi sekali lagi, cerita tersebut berhubungan erat dengan konsep evolusi.

Dalam film X-Men, hal itu ditampakkan secara jelas dalam ruang belajar Charles Xavier. Dimana Xavier berperan sebagai profesor muda dalam bidang genetik dari Universitas Oxford, sebuah universitas kawakan dunia, tempat melahirkan kaum intelek. Hanya saja, yang ingin ditegaskan dalam film ini, Xavier adalah seorang Darwinis, dan teori darwinisme adalah konsep ilmiah yang diakui kaum saintis terpelajar.

Untuk lebih detail, lihatlah materi yang dipelajari Charles Xavier, serta cermatilah adegan saat Xavier membaca buku bahan tesisnya. Ia membaca, "To Homo neanderthalensis, his mutant cousin Homo sapiens, was an aberration. Peaceful co-habitation, if ever it existed, was short lived. Records show, without exception that the arrival of the mutated human species in any region was followed by the immediate extinction of their less evolved kin."

(Bagi species Hominian, sepupunya yang bermutasi, Homo sapiens (manusia) adalah penyimpangan. Kehidupan damai bersama di antara keduanya, jika pernah ada, hanya berlangsung singkat. Catatan sejarah, tanpa terkecuali, menunjukkan kehadiran spesies manusia yang bermutasi di wilayah manapun akan diikuti dengan kepunahan spesies kerabat terakhir yang berevolusi).

Isi buku Xavier tersebut mengingatkan kita pada pelajaran tentang manusia purba yang ditemukan fosilnya di Mojokerto, dan dinamakan "Pithecanthropus Erectus", atau sering disebut juga "Homo Erectus". Hingga di kemudian hari ditemukan tengkorak yang mirip dengannya di dekat desa Ngandong, yang juga terletak di lembah Bengawan Solo, hingga dinamakan "Homo Soloensis". 

Homo Erectus dan Homo Soloensis digambarkan sebagai manusia purba dengan peradaban primitif, dan berfisik setengah kera.

Dari pemaparan di atas, akhirnya diketahui alasan sutradara memajang foto Darwin di kamar Xavier. Begitu juga dengan penamaan Charles, Francis, dan Emma, menegaskan bahwa itu semua bukan 'murni cerita', namun ada maksud di balik semuanya. 

Dalam film ini juga terdapat seorang tokoh mutant bernama "Darwin" yang memiliki insang, dan mampu mengubah kulitnya menjadi batu. Hanya saja, dia bukan pemeran utama sehingga tidak banyak diceritakan.

Setelah semua ini, apakah kita masih menganggap ini semua sebagai 'kebetulan' semata? Tentu saja tidak. Kita juga sadar, bahwa kemungkinan besar alasan sang sutradara menamakan tokoh film ini dengan nama-nama keluarga Charles Darwin, tidak lain sebagai penghormatan terhadap Darwin.

Related

Film 3937301727323596611

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item