Fakta Tersembunyi di Balik Silicon Valley yang jadi Pusat Teknologi Dunia


Naviri Magazine - Apple, perusahaan teknologi raksasa asal Amerika Serikat, berencana membuka kantor riset dan inovasi di Indonesia, di BSD Green Office Park, Tangerang Selatan. Sinar Mas Land, sang empunya lahan, mengklaim lokasi kantor Apple akan menjadi bagian konsep “Silicon Valley” ala Indonesia. 

Apakah Silicon Valley begitu istimewa? 

Silicon Valley adalah julukan yang merujuk pada sebuah kawasan di selatan Teluk San Fransisco di California Utara, Amerika Serikat. Wilayah tersebut merupakan rumah bagi perusahaan-perusahaan papan atas bidang teknologi seperti Google, Apple, dan Facebook. 

Selain perusahaan top, terdapat juga beragam startup di bidang teknologi yang memulai petualangan mereka di sana. Secara sederhana, Silicon Valley merupakan istilah yang merujuk markas bagi para perusahaan teknologi bermukim. 

Saat ini, Silicon Valley sedang mengalami permasalahan. Ada kecenderungan para startup ramai-ramai meninggalkan "kawah suci" bagi pelaku bisns teknologi itu. Paling tidak terdapat tiga faktor yang melatarbelakangi mengapa startup memilih hengkang dari Silicon Valley. 

Pertama, kondisi bisnis di Sillicon Valley kini tak semenarik dulu. Kenyataan bahwa di zaman internet ini semua bisa dilakukan di mana saja membuat Silicon Valley tidak lagi menjadi tempat istimewa. Selain itu, berdasarkan CNBC, secara global telah terjadi penurunan jumlah pendanaan yang diberikan pemodal ventura. Sedangkan di Silicon Valley, persentase penurunannya malah lebih tinggi. 

Faktor kedua, yakni tingkat stres yang tinggi menjangkiti para pekerja di Silicon Valley. Salvador Dauvergen, salah satu pemilik startup asal California, mengungkapkan, terjadi perbedaan kerja antara seseorang yang bekerja di Silicon Valley dan lokasi kerjanya kini di Bali, Indonesia. 

“Saya memiliki waktu kerja yang sama, tapi tingkat stres (bekerja di Bali) lebih rendah daripada di rumah saya (di California),” ungkap Dauvergen. 

“Mengadakan rapat dari Oakland ke jalanan di San Fransisco (terasa) sangat (membuat) stres [...] segala sesuatu di sana (Silicon Valley) sangat kompleks dan di sini hidup sangat mudah,” ucapnya. 

Terakhir, faktor yang menjadi latar belakang mengapa Silicon Valley tak menarik lagi ialah karena harga properti di kawasan tersebut telah melejit hingga mencekik para pekerja di Silicon Valley. 

Mengutip Vanity Fair, rata-rata harga sewa apartemen dengan dua kamar tidur di Silicon Valley dipatok $4.200 per bulan. Rata-rata itu jauh lebih tinggi daripada lokasi manapun di AS. Bila ada yang bekerja di Silicon Valley, mereka memilih tinggal di lokasi yang cukup jauh, meski kemacetan akan menghantui. 

Sebelumnya, pekerja Silicon Valley yang tinggal jauh dari tempat kerja mereka harus rela kehilangan waktu sebesar 67 jam per tahun akibat kemacetan. Di tahun-tahun mendatang, waktu yang dihabiskan di jalanan akibat kemacetan diduga akan terus meningkat jika tidak ada pembenahan. 

Zapier, salah satu startup di Silicon Valley, dalam laporan The Guardian, telah memulai program pemberian uang senilai $10 ribu jika pegawainya mau meninggalkan Silicon Valley. 

Masalah-masalah tersebut membuat Silicon Valley kini mulai ditinggalkan, terutama oleh mereka yang berniat membangun perusahaan rintisan. Namun, Silicon Valley memiliki kelebihan-kelebihan tertentu yang tidak dimiliki kawasan lain. 

Jejak perusahaan teknologi raksasa di Silicon Valley memiliki ekosistem yang sangat baik. Infrastruktur yang ditopang oleh dunia pendidikan melalui hadirnya Standford University menjadikan Silicon Valley menjadi kawasan yang menyilaukan bagi para pekerja. 

Related

Technology 740913485289532827

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item