Sejarah dan Asal Usul Uang: Awal Mula Lahirnya Bank dan Para Bankir (Bagian 2)

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya ( Sejarah dan Asal Usul Uang: Awal Mula Lahirnya Bank dan Para Bankir - Bagi...


Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Sejarah dan Asal Usul Uang: Awal Mula Lahirnya Bank dan Para Bankir - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

1509: 

Raja Henry VIII menggantikan Raja Henry VII menjadi raja Inggris. Pada masa itu dia memperlonggar aturan pengenaan bunga atas pinjaman uang. Para pedagang uang tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, dan segera mengekspansi bisnis perdagangan uang mereka. Pada masa ini juga Gereja Inggris memisahkan diri dari Gereja Katolik Roma, yang masih tetap melarang pengenaan bunga atas pinjaman uang.

1553: 

Ratu Mary I menggantikan Putri Jane Grey menjadi Ratu Inggris. Pada masa ini, Ratu memperketat kembali aturan bunga pinjaman uang. Para pedagang uang yang marah segera membalas dengan cara memperketat suplai uang dengan menahan emas dan perak mereka, dan menyebabkan ekonomi Inggris lumpuh.

1558: 

Ratu Elizabeth I naik tahta, dan memutuskan bahwa untuk mengendalikan suplai uang dia harus mengedarkan koin emas dan perak sendiri, dan berhasil mengambil kendali suplai uang dari para pedagang uang.

1609: 

Para pedagang uang di Belanda mendirikan Bank Sentral pertama dalam sejarah, di Amsterdam.

1642: 

Pedagang uang membiayai Oliver Cromwell untuk melancarkan revolusi di Inggris, supaya mereka bisa memegang kendali atas suplai uang kembali. Dalam perang yang penuh darah, Cromwell akhirnya menggulingkan Raja Charles I dan memberikan hukuman mati kepadanya tahun 1649.

Para pedagang uang segera mengkonsolidasikan kembali kekuatan mereka, dan selama beberapa dekade berikut memprakarsai berbagai perang dengan biaya yang sangat tinggi untuk kerajaan Inggris. Mereka juga mengambil kepemilikan atas sebidang properti di tengah kota London, yang saat ini dikenal dengan nama City of London.

1688: 

Para pedagang uang di Inggris bekerja sama dengan rekan mereka yang lebih sukses di Belanda, melancarkan sebuah invasi ke Inggris. Dipimpin oleh William of Orange, mereka merebut tahta kerajaan Inggris. William of Orange kemudian menjadi raja Inggris dengan sebutan Raja William III tahun 1689.

1694: 

Selama 50 tahun yang penuh dengan peperangan, pemerintah Inggris akhirnya kesulitan dalam pembiayaan dan harus meminjam kepada para pedagang uang. Para pedagang uang bersedia meminjamkan uang mereka, dengan syarat mereka akan diberi hak untuk mendirikan sebuah bank swasta dengan hak menciptakan kredit.

Nama bank itu adalah Bank of England, yang dinamai demikian dengan tujuan satu-satunya adalah untuk membohongi publik bahwa seolah-olah itu adalah milik pemerintah.

Modal awal yang seharusnya disetor untuk mendirikan bank ini adalah 1,25 juta pound dalam bentuk koin emas, nyamun kenyataannya hanya 750 ribu pound yang benar-benar disetor oleh para pedagang uang. Namun hal itu tidak menghalangi mereka untuk segera memulai pinjaman kepada kerajaan Inggris dengan mengenakan bunga atas setiap sen yang mereka pinjamkan.

Salah satu direkturnya pernah mengatakan, “Bank ini mendapatkan keuntungan dari uang-uang yang dia ciptakan tanpa modal, dan semua pinjamannya harus dijamin dengan pajak yang harus dibayar oleh rakyat Inggris.”

Tak lama kemudian, Bank of England segera menyerang talley stick, bentuk uang lain yang masih beredar pada masa itu.

1698: 

Selama empat tahun pertama Bank of England, rencana mereka untuk mengendalikan suplai uang berkembang dengan pesat. Hutang awal yang sebelumnya cuma 1,25 juta pound sekarang sudah bertambah menjadi 16 juta pound! Itu adalah peningkatan sebesar 1.280% hanya dalam 4 tahun.

Mengapa mereka melakukan ini? Sederhana, sebagai contoh bila uang yang beredar di sebuah negara adalah 5 juta pound, dan Bank Sentral kemudian menerbitkan 15 juta pound baru dan mengedarkannya di masyarakat dalam bentuk pinjaman, maka itu akan melemahkan nilai dari 5 juta pound yang sebelumnya ada. 5 juta pound itu sekarang hanyalah 25% dari perekonomian. Dengan demikian, bank mengontrol 75% sirkulasi uang di negara tersebut. Itu adalah tahap I dari skema kerja mereka.

Hal itu sekaligus menciptakan inflasi yang merupakan pengurangan nilai uang yang dimiliki setiap orang karena masyarakat dibanjiri uang baru dari Bank Sentral. Karena nilai uangnya bertambah kecil, maka orang-orang mulai pergi ke bank untuk mengajukan pinjaman modal untuk menjalankan usaha dan lain-lain. 

Saat Bank Sentral merasa cukup puas dengan tingkat hutang dari masyarakat, mereka akan mulai mengetatkan suplai uang dengan mempersulit pinjaman. Ini adalah tahap II dari skema kerja mereka.

Tahap III, duduk manis dan menunggu sebagian debitur gagal bayar/bangkrut, ini akan memberikan kesempatan kepada bank untuk menyita kekayaan riil, bisnis, properti dll, dengan membayar harga murah kepada pemilik sebelumnya. Inflasi tidak pernah memberikan efek jelek terhadap bank, mereka adalah satu-satunya grup yang mendapatkan manfaat darinya, sebab bila mereka kekurangan uang, mereka tinggal mencetak lebih banyak.

Related

History 969268566383239651

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item