Apakah Homoseksualitas Tergolong Penyakit Jiwa? Ini Penjelasannya (Bagian 1)


Naviri Magazine - Homoseksualitas adalah istilah yang merujuk pada hubungan sesama jenis. Meski “sesama jenis” yang dimaksud di sini bisa pria atau wanita, namun istilah “homoseks” sering kali lebih ditujukan untuk pria, sementara wanita yang menjalin hubungan dengan sesama wanita disebut lesbian. Yang jelas, homoseks adalah hubungan yang dijalin oleh sesama jenis kelamin.

Apakah homoseks tergolong penyakit jiwa? Pertanyaan itu menjadi salah satu pertanyaan populer selama berpuluh-puluh tahun. Akar pertanyaan itu berawal dari pemahaman atau bahkan keyakinan bahwa pria seharusnya berpasangan dengan wanita, karena begitulah “kodrat” manusia. 

Jadi, kalau ada pria yang justru tertarik pada sesama pria, atau wanita yang tertarik pada sesama wanita, orang-orang pun bertanya-tanya, apakah mereka normal?

Tahun 1950-an dan 1960-an adalah masa yang tak menyenangkan bagi kaum homoseksual di Amerika Serikat, Eropa, atau Australia. Berbagai lembaga psikiater di negara-negara Barat masih mengkategorikan ketertarikan sesama jenis kelamin sebagai salah satu penyakit jiwa. 

Asosiasi Psikiatri Amerika (APA), misalnya, memasukkan homoseksualitas ke Panduan Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM) pada tahun 1968. 

Kaum homoseksual biasa dipersekusi, diintimidasi, dan didiskriminasi. Mereka dipandang kaum yang punya kelainan, yang perlu dijauhkan dari sanak saudara. Akibat dianggap sakit jiwa, mereka biasanya dibawa ke terapis untuk disembuhkan. 

Sayangnya perlakuan terapis tak jauh beda dengan yang diterima karakter remaja nakal di film A Clockwork Orange, Alex DeLarge, yakni mencoba disembuhkan dengan metode yang brutal, demikian ilustrasi psikiater Inggris Neel Burton di laman Psychology Today. 

Seorang pasien homoseksual kerap dipaksa menjalani metode penyembuhan tersebut karena tekanan yang didapat di lingkungan domestik hingga publik. 
 
Salah satu metode yang paling umum, contohnya untuk pasien gay, adalah dengan menunjukkan foto laki-laki telanjang sambil mendapat setruman atau obat-obatan yang membuat mereka muntah. Saat si pasien tak tahan lagi, mereka ditunjukkan foto-foto perempuan telanjang atau diajak kencan dengan perawat muda. Padahal, kata Burton, hasilnya rata-rata nihil. 

Aktivis pejuang hak-hak Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) tak tinggal diam. Frank Kameny adalah seorang gay pejuang kaumnya di organisasi Gay Liberation. Pada tahun 1970-an, ia dan kawan-kawan menyerbu konferensi APA, agar aspirasinya benar-benar dianggap serius. Kameny pernah merebut mikrofon penyelenggara acara, dan meneriakkan deklarasi perang terhadap psikiater karena mengobarkan perang tanpa henti kepada dirinya dan rekan-rekannya. 
 
Aktivisme anti-psikiatri di AS sudah dimulai sejak tahun 1960-an. Putusan yang ditetapkan organisasi psikiatri terhadap homoseksualitas bermasalah karena mereka tak menganggap kondisi tersebut selaras dengan definisi mendasar penyakit jiwa. Penyerangan-penyerangan setelah aksi Kameny berlanjut di konferensi-konferensi APA di tingkat lokal maupun nasional.

Momentum besar terjadi pada awal 1970-an. Pada tanggal 15 Oktober 1973, College of Psychiatry Federal Council Australia dan Selandia Baru menyatakan bahwa homoseksualitas bukan sebuah penyakit. 

Kesimpulan ini adalah ujung dari riset yang telah dilakukan lama, serta sebuah terobosan penembus dinding konservatisme di kalangan para ilmuwan kejiwaan. Deklarasi ini dicatat sebagai yang pertama di dunia, lebih khususnya di antara lembaga psikiatri negara-negara lain. 

Dua bulan setelahnya adalah masa-masa krusial di tubuh APA. Mereka juga kembali membongkar penelitian terkait homoseksualitas, dan merundingkannya dengan para anggota untuk menegaskan ulang: apakah homoseksualitas tergolong penyakit kejiwaan sehingga masuk ke DSM? Atau homoseksualitas gagal memenuhi syarat bagi karakteristik penyakit kejiwaan, sehingga perlu dicoret dari DSM? 

Rapat menemui jalan buntu, lalu diadakan pemungutan suara. 

Hasilnya, dari total 9.664 anggota APA, 5.854 setuju mencoret homoseksualitas dari DSM, dan 3.810 ingin mempertahankannya. Artinya, APA sudah mencapai kesepakatan tidak lagi mengkategorikan homoseksualitas sebagai penyakit kejiwaan. Namun, akibat suara anggota belum bulat sepenuhnya, APA berkompromi dengan mengganti istilah “homoseksualitas” di dalam DSM menjadi “gangguan orientasi seksual”. 

Baca lanjutannya: Apakah Homoseksualitas Tergolong Penyakit Jiwa? Ini Penjelasannya (Bagian 2)

Related

Science 5264618051953931211

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item