Mengenal Kecerdasan dan Memahami Sistem Pengukuran IQ


Naviri Magazine - Secara umum, kecerdasan seseorang dilihat dari skor IQ. Meski, sebenarnya, kecerdasan dan IQ memiliki perbedaan mendasar. Kecerdasan/inteligensi adalah kemampuan bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungan secara efektif.

Secara garis besar, inteligensi bisa disimpulkan sebagai kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Karenanya, inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, tapi harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional seseorang.

Sementara  IQ atau Intelligence Quotient adalah skor yang diperoleh dari sebuah alat tes kecerdasan. Karenanya, IQ hanya memberikan sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang, dan tidak menggambarkan kecerdasan secara menyeluruh. 

Skor IQ mula-mula diperhitungkan dengan membandingkan umur mental (mental age) dengan umur kronologis (chronological age). 

Jika kemampuan individu memecahkan persoalan-persoalan yang disajikan dalam tes kecerdasan (umur mental) sama dengan kemampuan yang seharusnya ada pada individu seumurnya pada saat itu (umur kronologis), maka diperoleh skor 1. Skor ini kemudian dikalikan 100, dan dipakai sebagai dasar perhitungan IQ. 

Tetapi, proses penghitungan tersebut kemudian menimbulkan masalah. Karena, setelah otak mencapai tahap kematangan tidak terjadi perkembangan lagi, bahkan pada titik tertentu akan terjadi penurunan kemampuan.

Pada 1904, Alfred Binet dan Theodor Simon, dua psikolog asal Prancis, merancang alat evaluasi yang dapat dipakai untuk mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan kelas-kelas khusus (anak-anak kurang pandai). Alat tes itu dinamai Tes Binet-Simon. Tes itu kemudian direvisi pada 1911.

Setelah itu, pada 1916, Lewis Terman, seorang psikolog Amerika, melakukan banyak perbaikan pada tes Binet-Simon. Sumbangan utamanya adalah menetapkan indeks numerik yang menyatakan kecerdasan sebagai rasio (perbandingan) antara mental age dan chronological age. Hasil perbaikan itu disebut Tes Stanford-Binet, yang banyak digunakan untuk mengukur kecerdasan anak-anak sampai usia 13 tahun.

Satu masalah atas tes Binet-Simon atau tes Stanford-Binet adalah tes itu terlalu umum. Seorang tokoh dalam bidang ini, Charles Sperrman, mengemukakan bahwa inteligensi tidak hanya terdiri dari satu faktor yang umum (general factor), tapi juga terdiri dari faktor-faktor yang lebih spesifik. Teori ini disebut Teori Faktor (Factor Theory of Intelligence). 

Alat tes yang dikembangkan menurut teori faktor ini adalah WAIS (Wechsler Adult Intelligence Scale) untuk orang dewasa, dan WISC (Wechsler Intelligence Scale for Children) untuk anak-anak. Di samping alat-alat tes di atas, banyak pula dikembangkan alat tes dengan tujuan lebih spesifik, sesuai dengan tujuan dan kultur di mana alat tes tersebut dibuat.

Related

Science 1632335941895887290

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item