Mengenang Razia Celana di Indonesia: Orang yang Pakai Celana Sempit Akan Berurusan dengan Polisi


Naviri Magazine - Anak-anak sekolah zaman sekarang kadang menghadapi razia yang dilakukan Satpol PP ketika jam sekolah berlangsung. Jadi, kalau kebetulan anak-anak berseragam sekolah didapati berada di luar lingkungan sekolah, padahal waktu itu masih jam sekolah, mereka biasanya akan terjaring razia. Razia anak sekolah dimaksudkan agar anak-anak tidak membolos dari kegiatannya di sekolah. 

Di masa lalu, ada razia serupa, namun mungkin agak konyol kalau dibayangkan saat ini. Yaitu razia celana jengki. Yang dimaksud celana jengki adalah celana yang bagian ujung atau bawahnya sangat kecil atau sempit. Di masa lalu, celana semacam itu pernah dilarang dipakai di Indonesia. Karenanya, secara rutin, di berbagai tempat, diadakan razia khusus terhadap celana semacam itu.

Pada suatu hari di Jakarta tahun 1960-an, muncul keramaian di depan gedung bioskop. Rupanya, polisi sedang melakukan razia celana jengki. Polisi hanya bermodal gunting dan botol bir. Satu per satu anak muda bercelana jengki diperiksa. Kaki diangkat, leher botol dimasukkan pada ujung celana di pergelangan kaki. Bila leher botol bir gagal masuk, siap-siap saja berhadapan dengan gunting.

“Celana jengki yang terbukti tidak bisa dimasuki botol langsung digunting melintang di lutut atau paha," kata Achmad Sunjayadi, sejarawan Universitas Indonesia. Korban razia tentu saja hanya bisa pasrah dan pulang menanggung malu. Celana jengki kesayangan sudah berubah serupa kolor.

Menurut Firman Lubis, dalam Jakarta 1950-an, razia tidak hanya dilakukan di bioskop, tetapi juga di jalanan. Guru-guru di sekolah pun turut melakukan penertiban. Razia di Jakarta dinamai Operasi Hapus dan dilakukan oleh Angkatan Kepolisian VII/Jaya dan Corps Polisi Militer (CPM). Selain di Jakarta, razia juga dilakukan di kota-kota lain. Tidak hanya celana jengki, blue jeans pun dirazia. Bahkan tidak perlu mengukur dengan botol, langsung digunting.

Celana jengki merupakan celana ketat yang populer di era 1960-an. Jengki berasal dari kata yankee yang berarti “orang Amerika.” Kepopuleran celana jengki dibawa oleh grup musik The Beatles. Grup musik asal Inggris ini digandrungi oleh anak-anak muda di berbagai kota di Indonesia. Maka, tak heran bila mereka meniru gaya berpakaian The Beatles.

Achmad menjelaskan bahwa pelarangan celana jengki berbarengan dengan pelarangan musik rock and roll, gaya rambut ala The Beatles, dan dansa-dansi. 

“Ini berkaitan dengan kebijakan Sukarno. Pada pidatonya tentang Manipol-Usdek tanggal 17 Agustus 1959, Sukarno mengecam musik rock and roll, dansa-dansi, dan musik ngak ngik ngok,” kata Achmad. Manipol-Usdek merupakan singkatan dari Manifestasi Politik, UUD 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin, dan Kepribadian Indonesia.

Dalam tulisannya, “Ngak Ngik Ngok” di Jurnalisme Sastrawi, Budi Setiyono mencatat bahwa pemerintah kemudian mengeluarkan Penetapan Presiden No. 11/1963 tentang Pemberantasan Kegiatan Subversi. Peraturan ini digunakan untuk melarang musik ngak ngik ngok beserta gaya berpakaiannya. 

Populernya The Beatles ditentang pemerintah karena di saat yang bersamaan pemerintah sedang berupaya memajukan kebudayaan nasional. Upaya tersebut didukung oleh Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra). Pada sidang pleno Lekra tanggal 23-26 Februari 1964 dibahas mengenai upaya menangkis “kebudayaan imperialisme Amerika Serikat”, juga usaha untuk membangun kebudayaan nasional.

Related

Indonesia 9215083180937145776

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item