Mengapa Ada Sampah di Antariksa, dan Apa Bahayanya?


Naviri Magazine - Bumi tampaknya dikelilingi sampah, dari lautan sampai antariksa. Seperti yang belakangan ini ramai dibicarakan, yaitu berita jatuhnya benda-benda buatan manusia, yang semula ada di angkasa berubah menjadi sampah dan turun ke bumi. Pada 2 April 2018 silam, misalnya, satelit Tiangong-1 jatuh di Samudra Pasifik selatan. Satu hari kemudian, pada 3 April 2018, giliran roket India yang masuk ke bumi, dan terbakar di atmosfer Samudra Atlantik tengah.

Mengapa ada sampah antariksa, dan dari mana asalnya?

Laporan Solar Dynamic Observatory milik Badan Antariksa AS (NASA) menunjukkan bahwa sekitar 100 ton sampah antariksa terbakar di atmosfer setiap tahun. Sampah-sampah ini berupa satelit yang sudah tidak digunakan, wahana antariksa yang tidak terkontrol seperti Tiangong-1, atau bagian atas roket.

Mayoritas berupa potongan kecil yang langsung terbakar, sedangkan yang lebih besar bisa mencapai bumi. Secara rata-rata, sampah antariksa besar sampai ke bumi 50 kali dalam setahun. Indonesia sudah cukup sering kejatuhan sampah antariksa.

Untungnya, bumi dan tanah air kita mayoritas permukaannya berupa air, sehingga sampah-sampah ini kebanyakan jatuh di lautan atau tempat terpencil.

Jumlahnya Banyak, Efeknya Berbahaya

Sampah antariksa punya banyak istilah asing, antara lain “space debris,” “space junk,” “space waste,” “space trash,” atau “space litter.” Definisinya meliputi obyek buatan manusia yang tak lagi berfungsi dan melayang dibiarkan begitu saja di bagian atmosfer terluar. Bentuknya macam-macam. Mulai dari bekas satelit, bekas bagian roket, serpihan bekas tubrukan antar sampah antariksa, dan lain sebagainya. 

Dalam diskusi Three Minuters of Darkness Over Indonesia di @America, Jakarta, Asisten Sekretaris Biro Pengendalian Senjata, Verifikasi, dan Kepatuhan Amerika Serikat, Frank A. Rose, menyebutkan bahwa sikat gigi bekas juga ada di antariksa. Kesemuanya berotasi mengelilingi bumi bersama satelit yang masih aktif hingga stasiun ruang angkasa. 

Jumlah sampah luar angkasa berbeda-beda menurut temuan masing-masing lembaga. Versi yang ditangkap radar milik Pusat Gabungan Operasi Antariksa menyebut, kini ada lebih dari 100.523.000 sampah antariksa. Sebanyak 23.000 di antaranya seukuran bola tenis atau lebih besar dari 10 cm, 500.000 lain berukuran lebih dari 5 cm, dan sisa 100.000.000-nya berukuran antara 1 mm-5 cm.

Sumbernya macam-macam. Contohnya saat Cina menguji coba satelit dan menghasilkan 3.000 fragmen berukuran di atas 10 cm yang diperkirakan akan ada di luar angkasa untuk selama ratusan tahun. Sementara, lanjut Rose, kejadian signifikan terjadi di ruang hampa udara saat satelit Rusia, Iridium 33, hancur tertabrak sesama satelit Rusia lain, Cosmos 2251, yang sudah tidak aktif. 

"Sampah antariksa ini jelas akan menjadi ancaman bagi sistem keantariksaan banyak negara, bahkan beberapa tahun terakhir ratusan kejadian di mana sampah antariksa hasil uji coba pada 2000 sudah semakin mendekati satelit-satelit mereka sendiri," ujar Rose, sebagaimana dikutip dari Antara. 

Satelit-satelit itu punya banyak fungsi, mulai dari sistem peringatan dini bencana, fasilitas navigasi untuk transportasi, akses global untuk keuangan atau perbankan, dan berbagai kegiatan penting lain di bumi. Hangatnya isu ini sejak satu dekade belakangan pun menimbulkan tanya: usaha penanggulangan seperti apa yang sedang kita jalankan?

Related

Science 1865400000469524439

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item