Menguak Rumitnya Hubungan Musisi Lokal dengan Spotify (Bagian 2)


Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Menguak Rumitnya Hubungan Musisi Lokal dengan Spotify - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Mencari Kontrol Atas Karya 

Isu fee dari layanan streaming ini kian menambah panjang masalah dalam ekosistem musik lokal, yang sebelumnya sudah lebih dulu diisi oleh problem infrastruktur yang minim, perlindungan hak cipta yang tidak memadai, sampai urusan royalti yang seringkali berakhir tanpa solusi memuaskan. Benang merahnya: musisi menjadi pihak yang tersudutkan. 

Situasinya, mungkin, tak akan pelik bila musisi bersangkutan memiliki “jaring finansial” lainnya, seperti kerja kantoran hingga proyek bikin scoring untuk klien dan film. Atau, jumlah stream yang dihasilkan mencapai jutaan serta jatah konser tak berkurang meski pandemi belum memperlihatkan tanda-tanda bakal berakhir dalam waktu cepat. 

Akan tetapi, sekali lagi, tidak semua musisi punya banyak pilihan. Konser belum berjalan, fee dari streaming pun tak maksimal. 

“Solusinya memang kembali ke kita. Bagaimana ke depan kita mencari kontrol yang sepenuhnya balik ke musisi,” ujar Ucok. 

Untuk Yudhis, di tengah keterbatasan ini, ia berharap kultur militansi maupun loyalitas terhadap musisi lokal—beserta karyanya—bisa terbentuk. Caranya mudah. Ketika penikmat musik menyukai karya dari band tertentu, maka beli album dan merchandise yang dijual mereka. 

“Karena dengan uang itu mereka bisa bertahan. Karena uang itu juga yang akhirnya diputar untuk berbagai kebutuhan,” terangnya. “Karena bagi band-band arus pinggir, model streaming kayak sekarang enggak bisa diandalkan.” 

Alternatif yang Lebih Manusiawi 

Lantas pertanyaannya, bagaimana agar musisi dapat meraup keadilan untuk terus berkarya? Selalu ada pilihan—meski tak banyak—di tengah situasi yang tak ideal. Bandcamp, situs musik yang berdiri sejak 2008, yang populer dengan predikat perpustakaan musik para hipster, bisa jadi alfternatif. 

Kehadiran Bandcamp dinilai berpihak pada musisi. Salah satu bentuk keberpihakannya yakni memberikan bagi hasil dari penjualan CD sampai merchandise secara daring lebih besar kepada musisi. Sebanyak 82 persen masuk ke kantong musisi bersangkutan, dan sisanya menjadi milik Bandcamp. 

“Di Bandcamp, musisi punya otonomi untuk menentukan harganya sendiri. Pembagian fee-nya pun lebih banyak ke musisi. Ini lumayan banget. Jadi memotivasi untuk setiap band memasang harga jual terbaik dari karya-karya mereka,” ungkap Yudhis. 

Eksistensi Bandcamp kian terasa relevan kala pandemi. Awal Maret 2020, Bandcamp meluncurkan inisiatif bernama “Bandcamp Fridays,” yang intinya kurang lebih seperti ini: sebulan sekali, setiap Jumat, fee dari transaksi akan masuk 100 persen ke kantong musisi. Tujuannya adalah membantu musisi yang terdampak pandemi. 

Taktik Bandcamp terbukti ampuh—dan menuai banyak apresiasi dari berbagai pihak. Program “Bandcamp Fridays” berhasil mengumpulkan lebih dari 100 juta dolar AS sepanjang 2020. Prestasi itu membikin Bandcamp tak perlu pikir dua kali untuk memperpanjang masa “Bandcamp Fridays” hingga 2021. 

Di kancah musik lokal sendiri juga lahir inisiatif yang tak jauh berbeda dari Bandcamp, yang wajahnya dapat disimak lewat Store Front. Konsep Store Front adalah toko musik yang menjembatani antara musisi dan pembeli secara daring. Store Front didirikan oleh lima anak muda ibu kota pada September 2020, serta setidaknya punya tiga misi yang termaktub dalam sebuah manifesto. 

“Distribusi kekayaan, transparansi, serta miliki musik kamu sendiri,” ujar Argia Adhidhanendra, salah satu pendiri Store Front. “Karena selama ini kami sudah banyak dengar cerita soal pembagian fee ke musisi yang enggak adil, selain juga tidak adanya transparansi dari label maupun distributor soal pendapatan ke musisi.” 

Distribusi kekayaan, menurut Argia, didasarkan pada mekanisme di Store Front yang pembagian fee-nya 90 persen dialokasikan untuk musisi. Lalu soal transparansi, Argia menjamin bahwa setiap pemasukan dan pengeluaran yang dilakukan Store Front akan dipublikasikan sebulan sekali melalui laporan keuangan, yang nantinya di-share di media sosial. 

“Dan yang ketiga, terakhir, kami menyediakan proses pembelian atau pembayaran yang friendly kepada pengguna. Cukup bayar pakai Gopay, lo bisa dapetin lagu atau album yang lo mau,” tambahnya. 

Dari yang semula hanya merilis satu rilisan pada awal kemunculan, saat ini, Argia menjelaskan, Store Front telah menampung lebih dari 100 katalog—semua dalam posisi siap unduh. Total uang yang berhasil dikumpulkan Store Front hampir Rp90 juta, di mana lebih dari Rp60 juta di antaranya langsung masuk ke pendapatan musisi. 

“Musisi nggak kehilangan apa pun ketika memasukkan karyanya ke Store Front, dan hopefully gain something,” jawabnya. “Kami harap bisa tumbuh organik, selain juga maintain purity sama-sama dengan pelaku di scene.” 

Sebagai Platform Promosi 

Meski dianggap tidak adil dalam memberi fee hasil streaming kepada musisi, kedigdayaan Spotify sulit untuk dikikis. Salah satu penyebabnya, Spotify senantiasa berupaya untuk terus dekat dengan pengguna, menurut Indra Menus, salah seorang motor penggerak kancah independen Yogyakarta. 

“Mereka bikin aplikasi yang friendly ke pengguna. Lagu-lagunya bisa di-share di media sosial. Ada banyak fitur dan sebagainya. Anak-anak muda yang ngelihat itu kemungkinan jadi tertarik. Gimmick ini yang bikin mereka laku,” ungkap sosok yang besar lewat gelaran Jogja Noise Bombing ini. 

Itu dari sisi konsumen. Sedangkan dari sisi musisi, isu fee yang tidak adil ini tak menutup fakta bahwa untuk banyak pihak, Spotify masih diandalkan guna menyebarluaskan karya-karya yang ada. 

“Ada musisi yang beranggapan bahwa di Spotify itu bukan buat cari duit, tapi promosi. Istilah lainnya, di situ naruh karya,” ujar Gisella. 

“Di Spotify memang reach-nya positif karena orang-orang banyak yang pakai. Itu yang juga dikejar banyak musisi, terutama di sidestream,” kata Yudhis.

Related

Entertaintment 7013232650839361545

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item