Nabi Ditanya, Kenapa Perempuan Jarang Disebut dalam Al-Qur'an?


Naviri Magazine - Advokasi untuk menciptakan konstruksi sosial yang setara dan berkeadilan disarankan, antara lain melalui cara mendengarkan dan merespons suara-suara yang terpinggirkan, yang diabaikan, dan yang tidak dihargai. 

Dalam konteks kebudayaan patriarkis di mana pun, suara-suara perempuan tidak didengarkan, diabaikan dan dibungkam. Aktualisasi personalnya dibatasi dan dimarginalkan. Kemerdekaan mereka dirampas sedikit atau banyak. Ini semua merupakan praktik-praktik kebudayaan yang tidak adil. 

Tetapi sikap dan pandangan Nabi dalam hal ini sangat berbeda. Abd al-Rahman bin Syaibah mengatakan: “Aku mendengar Ummu Salamah, isteri Nabi saw, bertanya (mempertanyakan) kepada Nabi: ‘Wahai Nabi, mengapa kami (kaum perempuan) tidak (amat jarang) disebut-sebut dalam al-Qur’an, tidak seperti laki-laki?’”

Setelah menyampaikan pertanyaan itu, Ummu Salamah tidak melihat Nabi, kecuali mendengar suaranya di atas mimbar. 

“Waktu itu aku sedang menyisir rambut”, kata Ummi Salamah. “Aku segera membenahi rambutku lalu keluar menuju suatu ruangan. Dari balik jendela ruangan itu aku mendengarkan Nabi berbicara di atas mimbar masjid di hadapan para sahabatnya. 

“Katanya: ‘Hai, manusia, Tuhan mengatakan: Bahwa sesungguhnya laki-laki dan perempuan muslim, laki-laki dan perempuan yang beriman, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar’.” (Baca: Al-Thabari, Jami’ al Bayan, QS. al-Ahzab [33]:35). 

Lihatlah bagaimana Tuhan dan Nabi mendengarkan dan merespons dengan begitu cepat suara-suara perempuan yang mengadukan pikiran dan suara hatinya. Ummu Salamah, istri Nabi yang cerdas adalah representasi dari kaum perempuan. Dia tampaknya bukan sakadar bertanya tetapi mempertanyakan tentang hak-haknya yang dibedakan dari laki-laki. 

Pertanyaan itu merefleksikan sebuah pandangan kritis Ummu Salamah. Dia seakan-akan ingin mengatakan mengapa Nabi berlaku diskriminatif terhadap perempuan. Mengapa Nabi seakan-akan tidak menaruh perhatian terhadap hak-hak perempuan sebagaimana yang diberikan kepada laki-laki. 

Nabi shallallâhu ‘alaihi wasallam dengan segera menyampaikan klarifikasinya berdasarkan wahyu Tuhan dan menegaskan bahwa laki-laki dan perempuan mempunyai hak yang sama dalam berbagai aspek kehidupan, baik spiritual maupun sosial, privat maupun publik. 

Perhatikan pula bahwa pernyataan klarifikatif ini disampaikan Nabi kepada seluruh manusia: “Ayyuhan Nas” (Wahai manusia). Ini menunjukkan bahwa ajaran tentang kesetaraan laki-laki dan perempuan harus diperjuangkan di mana pun dan kapan pun. 

Related

Moslem World 689469811881196985

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item