Sudah Divaksin Tapi Masih Kena COVID-19? Ini yang Harus Dilakukan

Naviri Magazine - Orang yang sudah divaksinasi kadang masih bisa terinfeksi COVID-19. Hal ini disebut sebagai kasus breakthrough infection, dan biasanya hanya menyebabkan gejala yang ringan atau malah tanpa gejala.

Terkait hal tersebut, dr Leana Wen dari Milken Institute School of Public Health mengatakan, kasus breakthrough infection tetap harus ditangani serius. Orang yang sudah divaksinasi dan terinfeksi bisa tetap menyebarkan penyakitnya, meski ia sendiri mungkin tanpa gejala.

Studi menyebut virus COVID-19 masih bisa bereplikasi di rongga hidung orang yang sudah divaksinasi.

"Jadi bila sudah divaksinasi lalu positif, ia tetap harus mengikuti protokol isolasi yang ketat. Karena kita harus mengasumsikan dia bisa menginfeksi orang lain," ungkap dr Leana.

Kementerian Kesehatan RI menyebut dalam panduannya bahwa orang yang terdeteksi positif tanpa gejala harus menjalani isolasi selama 10 hari sejak tes dilakukan. Sementara bila ada gejala, maka isolasi dilakukan minimal 10 hari ditambah tiga hari yang sudah bebas gejala.

Langkah berikutnya yang harus dilakukan adalah memberi tahu otoritas setempat. Tujuannya agar bisa segera dilakukan pelacakan, mencegah kasus infeksi meluas.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) memiliki panduan yang mengizinkan orang sudah divaksinasi COVID-19 tetap beraktivitas setelah tahu melakukan kontak erat dengan pasien positif. Hanya saja selama orang tersebut sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda gejala.

dr Leana menyarankan agar orang-orang yang sudah divaksinasi waspada terhadap gejala ringan, mulai dari sakit kepala, meriang, nyeri badan, ingus meler, sakit tenggorokan. Bisa jadi itu sebetulnya tanda infeksi COVID-19 yang sudah lebih 'jinak' berkat vaksinasi.

Studi menyebut biasanya orang yang sudah divaksinasi bisa lebih cepat kembali negatif dari COVID-19.