Benarkah Virus Zika adalah Hasil Rekayasa Genetik? Ini Fakta-faktanya
https://www.naviri.org/2021/09/benarkah-virus-zika-adalah-hasil.html
Naviri Magazine - Ketika kabar mengenai virus zika bikin geger dunia, sebagian kalangan mengungkapkan kecurigaan bahwa virus itu merupakan hasil rekayasa genetika yang sengaja dibuat oleh pihak tertentu dengan tujuan tertentu. Tuduhan atau kecurigaan semacam itu mungkin terdengar berlebihan. Namun, belakangan, kecurigaan itu mulai menampakkan wujudnya.
Di tengah ingar-bingar pemberitaaan mengenai bahaya virus zika pada janin, sekelompok dokter dari Argentina menyebutkan bahwa bukan virus zika yang menyebabkan cacat pada bayi.
Menurut Physicians in Crop-Sprayed Towns (PCST), yang memicu kasus lingkar kepala lebih kecil dari normal (mikrosefalus) pada bayi-bayi di Brasil adalah larvasida toksik, yang dimasukkan ke dalam sumber air minum warga Brasil.
Zat kimia larvasida semula disuntikkan ke dalam sumber air minum di Brasil tahun 2014, untuk menghentikan penyebaran larva nyamuk di tangki penampungan air.
Zat kimia yang disebut Pyripoxyfen itu dipakai dalam program pemerintah untuk mengontrol populasi nyamuk di negara tersebut. Pyriproxyfen adalah larvasida yang dibuat oleh Sumitomo Chemimal, perusahaan yang terkait dengan Monsanto, perusahaan rekayasa genetik.
"Cacat lahir yang dideteksi pada ribuan bayi dari ibu hamil yang tinggal di wilayah di mana pemerintah daerah Brasil menambahkan pyriproxyfen ke air minum bukanlah sebuah kebetulan," tulis PCST dalam laporannya.
Bahkan, menurut PCST, Menteri Kesehatan Brasil telah menyuntikkan pyriproxyfen ke penampungan air di wilayah Pernambuco. Di area tersebut, perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypty yang membawa virus zika sangat tinggi.
Pernambuco juga merupakan daerah pertama di Brasil yang mendeteksi adanya masalah. Sekitar 35 persen kasus mikrosefasilus di seluruh Brasil ditemukan di area ini.
Dokter-dokter Argentina juga mengungkapkan bahwa dalam epidemi zika belum terbukti virus tersebut yang menyebabkan mikrosefalus.
Di negara seperti Kolombia, yang juga banyak dilaporkan kasus Zika, belum ditemukan kaitan antara mikrosefalus dengan zika. Dalam penelitian pada 3.177 ibu hamil yang terinfeksi zika, janin mereka sehat.
Dalam situsnya, Sumitomo Chemical menyatakan bahwa pyriproxfen hanya memberikan dampak yang kecil pada burung, ikan, dan mamalia.
Disebut-sebut terkait dengan Sumitomo, Monsanto menyatakan bahwa perusahaannya tidak pernah memproduksi pyriproxyfen atau larvasida. Perusahaan ini juga mengklaim tidak ada kaitan dengan Sumitomo Chemical. Menurutnya, Sumitomo adalah rekan bisnis yang memasok produk herbisida. Dalam situsnya, mereka juga mengatakan tidak ada kaitan antara virus zika dengan rekayasa genetik.
Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sangat berhati-hati dan tidak langsung menyatakan zika terkait mikrosefalus.
"Walau belum ditemukan hubungan sebab akibat antara infeksi zika pada kehamilan dengan mikrosefalus, tapi bukti-bukti yang ada sangat mengkhawatirkan," kata Direktur Jenderal WHO, Margaret Chan.
Riset-riset mengenai zika terus dilakukan. Selain mencari penyebabnya, para ilmuwan juga berusaha mengembangkan vaksinnya.
Sekelompok ilmuwan dari Brasil menyatakan menemukan zika dalam otak bayi yang mengalami mikrosefalus. Penemuan ini menambah bukti kaitan antara infeksi virus ini dengan cacat lahir.
"Kami telah mendeteksi zika dalam jaringan otak. Virus zika menyebabkan kerusakan otak," kata Lucia Noronha, pakar patologi dari Brizilian Society of Pathology, seperti dikutip AFP.