Memahami Teori Evolusi, dan Mengapa Teori Ini Sampai Muncul di Dunia

Naviri Magazine - Teori evolusi merupakan pemikiran yang membahas perubahan atau perkembangan makhluk hidup, asal-usulnya, serta keterkaitan genetiknya antara satu makhluk hidup dengan yang lainnya. Tentu teori ini tidak langsung dipikirkan oleh satu manusia bernama Charles Darwin.

Teori ini dibangun dari serangkaian penelitian dari masa Aristoteles melalui teori abiogenesis hingga evolusi modern, termasuk teori evolusi karya peneliti Islam bernama Abu Usman Amr Bahr Alkanani al-Bisri dengan julukan Al Jahiz, melalui bukunya yang berjudul Al Hayawan, sekitar 1.000 tahun sebelum Charles Darwin mengemukakan gagasannya melalui buku The Origin of Species. 

Teori evolusi Darwin bersifat kontradiktif dengan teori evolusi Mendel. Tetapi semuanya bisa disintesis melalui cabang ilmu filogenetik molekuler, yang dirintis oleh Haeckel pada tahun 1870 dan makin disempurnakan oleh Carl Richard Woese di tahun 1990.

Teori evolusi terangkum satu sama lain, mulai dari mutasi genetik, pewarisan sifat, hingga akhirnya mempengaruhi adaptasi fisik, termasuk kemiripan watak antara cucu dengan kakek walau tak pernah bertemu.

Pertentangan

Secara epistimologis (teori pengetahuan), tidak ada yang mempermasalahkan teori evolusi, karena teori evolusi itu bebas nilai. Sebagai contoh, pisau bebas nilai. Saat digunakan koki, pisau bernilai baik, dan saat digunakan pembunuh, pisau jadi bernilai buruk. 

Masalah baru muncul di sisi aksioma, yaitu membenturkan satu premis dengan premis lain yang saling tidak berhubungan, atau digunakan dalam klaim legitimasi.

Tentu kita tidak menolak bahwa sepanjang sejarah, bahkan hingga masa kini, teori evolusi digunakan dalam klaim legitimasi, baik dalam hukum, sosial, politik, dll. Sebagai contoh, terdapat sekelompok orang yang tidak memahami keilmuan sains, menggunakan teori evolusi sebagai legitimasi diskriminasi ras bahwa satu kelompok merupakan bentuk yang lebih sempurna dari kelompok lain.