Kisah Pria Mencetak Uang Palsu Senilai Rp 3,4 Triliun, tapi Tidak Pernah Dipenjara (Bagian 1)


Naviri Magazine - Frank Bourassa suka minum Goldschlager. Itu merek liker ringan bikinan Swiss yang memunculkan aroma kayu manis, karena dia mengaku tidak terlalu suka rasa alkohol yang pahit getir. Ironisnya, Goldschlager yang dalam tiap botolnya dihiasi satu lapisan emas, adalah minuman yang cocok untuk lelaki sepertinya. 

Bourassa disebut-sebut sebagai pemalsu uang terbaik sedunia, rekornya pernah mencetak US$250 juta (setara Rp3,4 trilun) mata uang Amerika yang nyaris menyerupai asli. Hebatnya lagi, dengan kejahatan berat di masa lalu, Bourassa sampai sekarang tidak pernah mendekam di penjara. Dia tetap bisa menikmati kehidupan sebagai manusia bebas.

Apa rahasianya?

Bourassa menikmati anonimitasnya di Quebec. Dia hidup tenang, sederhana, sambil sesekali jalan-jalan keliling kota kecil yang persis berada di tepian Sungai Saint Lawrence.

Sebelum menikmati kedamaian seperti sekarang, dia pernah membuat keputusan besar yang membahayakan hidupnya. Bahkan berisiko menjerumuskannya dalam kenistaan tiada akhir. Ide kriminalitas itu muncul saat Baroussa sambil mengendarai mobil yang sedang berhenti di lampu merah. 

"Di perhentian lampu merah itu aku merenung. Betapa sia-sianya hidup, kita ini rela bangun tiap pagi bekerja keras demi menjual barang atau memberi jasa ke orang, dan tujuan akhirnya adalah mendapat uang," ujarnya. 

"Lalu aku mikir, kenapa enggak sekalian saja kita bikin uangnya langsung. Semua masalah langsung lenyap. Kita enggak perlu lagi dipusingkan sama pekerjaan. Toh hasil akhirnya langsung didapat."

Sejak ide kriminal itu tercetus, Bourassa menghabiskan beberapa tahun mempelajari seluk beluk seni mencetak uang palsu. Dia mengamati secara detail fitur pengaman di tiap lembar uang kertas Amerika Serikat. Bourassa rela mendatangi ratusan perusahaan kertas, demi mencari bahan yang bisa membantunya memalsu dollar AS secara sempurna.

"Aku sepertinya punya bakat untuk meneliti sesuatu," ujarnya. "Aku jenis orang yang tahu dan paham apa kemampuan terbaikku. Menari samba, jelas aku tidak becus. Tapi kalau meneliti, wah, aku bisa melakukannya ribuan jam secara telaten."

Hasil dari kerja keras itu, menurut pengakuan Bourassa, terbayar. Dia menemukan komponen kunci untuk memuluskan kejahatannya: bahan baku yang tepat, komponen keamanan yang bisa meniru dollar semirip mungkin, serta mesin cetak uang terbaik.

Faktor terakhir itu jadi penentu. Setelah saling bertukar email berbulan-bulan, satu perusahaan percetakan di Eropa bersedia memasok bahan baku uang kertas pesanan Bourassa, yang tampaknya berhasil meyakinkan mereka kalau pemesannya adalah instansi legal. 

Ketika kiriman kertas itu sampai di alamat rumahnya, Bourassa merasa gembira sekali. "Hari paket itu datang rasanya jadi hari aku paling berbahagia."

Selain kebahagiaan, tentu saja terselip rasa takut. Dia sudah melanggar hukum pidana lintas negara. "Bahkan selama beberapa hari kala itu aku tidak berani bicara keras-keras sama siapapun. Aku parno banget. Aku merasa ada alat rekam tersembunyi di rumah. Semua ucapanku yang terkait uang palsu bisa mengirimku ke penjara," kata Bourassa. 

"Aku berusaha melakukan pemalsuan serapi mungkin. Walaupun tampaknya mereka percaya sama kebohonganku, tidak ada jaminan perusahaan kertas itu belum menghubungi FBI atau kepolisian setempat."

Bahan baku utama uang palsu pesanan Bourassa tiba di Pelabuhan Montreal. Dalam momen ini, Bourassa sudah tidak bisa bekerja sendirian lagi. Butuh tiga hari pemantauan lapangan, mengutus orang lain untuk mengambil paket, serta menyewa lebih dari tiga mobil demi menutupi jejak selama pengangkutan kertas uang tadi.

Dia bilang semua kehati-hatian itu lebay, tapi dia sejak awal membayangkan semua langkahnya akan diendus polisi. Makanya, dia melakukan berbagai langkah preventif yang bisa membuatnya lepas dari jeratan hukum.

"Contohnya, aku sengaja memindah tumpukan kertas itu ke kardus-kardus berbeda tiap ganti mobil, karena bisa saja satu kardus sudah disadap aparat," ungkapnya. "Ketika akhirnya uang kertas itu masuk truk dan siap dibawa ke percetakanku, aku merasa puas. Gila, rencanaku yang kupikir nyaris mustahil ternyata bisa berhasil."

Kenapa jumlah yang dicetak harus US$250 juta? Dia bilang, itulah batas maksimal uang yang bisa dicetak sesuai bahan baku kiriman dari perusahaan rekanannya di Eropa sana. Selain menguji batas seekstrem mungkin, dia mengaku tidak mau setengah-setengah saat melakukan kejahatan. 

"Kalau sudah terlanjur seperti ini, ya ayo basah sekalian. Aku percaya kalau kita total, hasil yang didapat juga akan maksimal."

Perjudian Bourassa sukses besar, sesuai instingnya. Uang palsunya tak terdeteksi sama sekali—nyaris mirip 100 persen dengan pecahan dollar asli. Dia kaya raya dalam beberapa bulan saja. Tapi, supaya tidak menarik perhatian aparat Kanada maupun AS, dia tetap berusaha hidup sehemat mungkin. 

"Aku mulai mendapat pelanggan untuk mengedarkan uang palsu buatanku. Biasanya klien baru aku beri contoh US$700 ribu, supaya mereka bisa mencoba mengedarkan di lingkungannya dulu. Kita lihat, apakah ada yang bisa terdeteksi. Rata-rata puas dan segera menghubungiku lagi untuk pesan kembali."

Baca lanjutannya: Kisah Pria Mencetak Uang Palsu Senilai Rp 3,4 Triliun, tapi Tidak Pernah Dipenjara (Bagian 2)

Related

International 4369814836268607869

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item