Penelitian Ilmuwan Akhirnya Membuktikan Manusia Terbuat dari Tanah Liat (Bagian 2)


Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Penelitian Ilmuwan Akhirnya Membuktikan Manusia Terbuat dari Tanah Liat - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Awalnya, asam nukleat itu berbentuk RNA (Ribonucleic acid). Namun, karena seleksi alam akhirnya menggiring kelahiran organisme yang lebih kompleks, DNA (Deoxyribonucleic acid) pun terbentuk. 

Kedua nukloetida ini (RNA dan DNA) bekerja selayaknya binari pada komputer yang bertugas menyimpan informasi penulisan urutan asam amino untuk keturunannya. Jika "01100001" pada binari menghasilkan "a" (kecil) di layar komputer, misalnya, maka kode "CUU" yang termuat dalam RNA memerintah organisme untuk menambah leusina (salah satu asam amino yang berperan dalam pembentukan otot) pada dirinya.

Perlahan-lahan, selayaknya DOS yang bertransformasi menjadi Windows, urutan asam amino pada organisme kian berkembang. 

Nick Lane dalam studi berjudul "The Energetics of Genome Complexity" (Nature), menyebut bahwa usai hadir dalam bentuk sederhana melalui nukloetida, terbentuk dua kelompok organisme, yakni prokaryotes dan eukaryotes. 

Dan karena eukaryotes ditenagai DNA yang lebih kompleks dari RNA, kelompok ini akhirnya berkembang jauh lebih besar karena dapat memanfaatkan energi lebih baik. Hingga akhirnya tercipta makhluk yang tersusun atas 3 miliar pasangan DNA bernama manusia. 

Diyakini banyak ilmuwan, seperti Alexander L. Oparin dan J. B. S Haldane yang melakukan penelitian tentang asal-usul kehidupan pada dekade 1930-an, asam amino terbentuk dari reaksi kimiawi yang terjadi pada 'prebiotic soup (sup purba)', suatu kondisi hipotesis Bumi antara 4 hingga 3,7 miliar tahun yang lalu. 

Kala itu, menurut perkiraan, bumi mengandung sedikit oksigen, tetapi kaya hidrogen. Selain itu, bumi juga diduga kaya senyawa-senyawa lain yang dapat melepas atom hidrogen pada zat lain, semisal gas metan dan amonia. Akhirnya, suatu hari di bumi yang sepi itu, unsur-unsur tersebut saling berinteraksi, yang terjadi atas bantuan sinar matahari, petir, dan juga air, hingga menghasilkan asam amino. 

Hipotesis yang diamini oleh Harold C. Urey dan Stanley L. Miller dari University of Chicago yang berhasil menciptakan asam amino selepas mencampur-baurkan metan, amonia, air, dan hidrogen dengan petir berupa aliran listrik. 

Sebagaimana dipaparkan Cyril Ponnamperuma dalam studi berjudul "Clay and the Origin of Life", clay mineral (mineral lempung) adalah suatu elemen yang terkandung dalam tanah liat, diyakini terlibat dalam proses penciptaan asam amino atas reaksi kimiawi yang terjadi pada sup purba tersebut. Ini terjadi karena tak lama usai suhu bumi kian bersahabat dan air mengemuka, terakumulasi tanah liat yang mengandung mineral lempung di permukaan bumi. 

Diduga, mineral lempung ini mengandung mikromolekul yang memiliki sifat mengabsorbsi (menyerap) senyawa lain. 

Sementara itu, sebagaimana dipaparkan Greenwood Hansma, fisikawan asal University of California at Santa Barbara, dalam studi berjudul "Did Biology Emerge from Biotite in Micaceous Clay?" (Preprints), mikromolekul yang dikandung mineral lempung adalah biotit, suatu mikromolekul yang memiliki sifat yang dapat menahan air dalam dirinya. 

Biotit juga terbukti memiliki konsentrasi ion kalium yang tinggi, ion yang juga ditemukan pada setiap makhluk hidup. Atas sifat-sifatnya tersebut, mineral lempung diyakini bertugas sebagai katalis, yakni mempercepat reaksi kimiawi penciptaan asam amino. 

Gerald F. Joyce, ahli kimia dan biologi molekul The Scripps Research Institute, dalam studi berjudul "Prospects for Understanding the Origin of the RNA World" (The RNA World), menyebut bahwa mineral lempung tak hanya berperan sebagai katalis reaksi kimiawi penciptaan asam amino, tetapi juga berperan sebagai katalias biopolimer (pengikatan rantai atom/karbon) pembentukan nukloetida, entah RNA ataupun DNA, pada organisme. 

Saat melakukan penelitian mengembangkan RNA dengan memanfaatkan mineral lempung sebagai katalis, Joyce berhasil memanjangkan rantai RNA lebih panjang dari 40 mer (unit ukuran urutan biologis). 

Bagi Joyce, dengan RNA kian memanjang, keanekaragaman hayati dapat tercipta. Akhirnya, tanah liat sukses mendamaikan kaum teolog dan ilmuwan tentang perdebatan penciptaan makhluk hidup.

Related

Science 4555404910565460947

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item