Penelitian Ilmuwan Akhirnya Membuktikan Manusia Terbuat dari Tanah Liat (Bagian 1)


Naviri Magazine - Tatkala bumi terbentuk sekitar 4,6 miliar tahun lalu, kehidupan belum ada di sana. Satu miliar tahun kemudian, secuil kehidupan sederhana berupa algae tiba-tiba menyeruak. Lalu perlahan-lahan segala bentuk kehidupan, termasuk manusia modern, akhirnya memenuhi 'titik biru pucat' seluas 510,1 juta kilometer persegi ini. 

Tidak ada yang tahu pasti bagaimana kehidupan tiba-tiba muncul di bumi. Namun, sebagaimana dikisahkan Carl Zimmer dalam Life's Edge: The Search for What It Means to be Alive (2021), manusia menciptakan 'penjelasan' guna memenuhi hasrat keingintahuan tentang asal-usul kehidupan. 

Oleh para teolog, kehidupan dijelaskan muncul atas anugerah Tuhan yang melalui kuasanya menciptakan berbagai makhluk hidup secara berpasang-pasangan. Khusus untuk penciptaan manusia, penjelasan lain mengemuka. 

Tuhan, klaim kalangan teolog, meniupkan roh (jiwa, spirit, soul) kepada manusia guna membedakannya dengan makhluk lain. Komposisi khusus yang menurut orang-orang Yahudi dalam Kitab Pengkhotbah (Ecclesiastes) ini diberikan ketika seorang anak manusia berada dalam rahim ibunya. 

Atau, menurut Suku Beng yang tinggal di Pantai Gading, roh menyusup ke tubuh manusia karena tempat tinggalnya--dunia lain yang bernama Wrugbe--diokupasi orang-orang mati. 

Tentu tak semua sepakat dengan penjelasan teologis tentang asal-usul kehidupan. 

Erwin Schrodinger, ilmuwan yang dijuluki Bapak Mekanika Kuantum sekaligus peraih Nobel bidang fisika, dalam buku berjudul What is Life? The Physycal Aspect of the Living Cell, menyebutkan kunci utama munculnya kehidupan adalah periodic crystal--molekul dalam tataran filosofis yang kemudian menggiring penemuan DNA atau Deoxyribonucleic acid yang melakukan mekanisme hereditas. 

Ini adalah suatu mekanisme pewarisan ciri-ciri fenotipe (karakter) dari induk kepada keturunannya, tetapi secara tidak ketat atau tidak teratur. Ketidakteraturan ini, seperti yang dipaparkan Carl Sagan dalam Cosmos, "merupakan buah dari ketidaksempurnaan lingkungan" di mana nenek moyang dari segala hal yang disebut 'hidup' tinggal. 

Ketidaksempurnaan ini disampaikan/diwariskan guna menggiring terjadinya evolusi hingga akhirnya keberagaman makhluk hidup muncul di muka bumi. Sebuah penjelasan yang identik dengan yang disampaikan Charles Darwin lebih dari seratus tahun sebelumnya. 

Dalam On the Origin of Species, Darwin menyebut bahwa makhluk hidup di muka bumi mula-mula tercipta dari "satu atau beberapa bentuk kehidupan (sederhana)" yang berhasil melakukan evolusi karena faktor seleksi alam. 

Karena tidak ingin dipersekusi kalangan teolog seperti yang dialami Nicolaus Copernicus dan Galileo Galilei, dalam bukunya Darwin menyatakan bahwa "satu atau beberapa bentuk kehidupan (sederhana)" tersebut diciptakan oleh 'The Creator' alias 'Sang Pencipta'. 

Padahal menurutnya "satu atau beberapa bentuk kehidupan (sederhana)" yang memulai evolusi tersebut tercipta atas "proses kimiawi dari material-material bumi purba." 

Penjelasan ini diamini banyak kalangan ilmuwan hari ini, termasuk Nick Lane melalui studi berjudul "The Energetics of Genome Complexity". Menurut Lane, makhluk hidup yang beraneka ragam di bumi hari ini mula-mula tercipta karena satu organisme sederhana berhasil melakukan evolusi, yang tercipta dari amino acid (asam amino) gara-gara proses kimiawi dari elemen dasar bumi. 

Dan salah satu elemen dalam proses kimiawi yang melahirkan asam amino adalah mineral lempung (clay mineral). Elemen yang terkandung dalam tanah liat--bahan baku yang diyakini kalangan teolog sebagai pembentuk Adam dan Hawa. 

Tanah Liat 

"Semua makhluk hidup yang ada di bumi terbentuk dari senyawa organik yang serupa," tulis Leslie E. Orgel dalam artikel berjudul "The Origin of Life on the Earth" (Scientific American). 

Senyawa organik yang serupa itu adalah amino acid (asam amino), senyawa yang mengikat dua hingga lima puluh amino (-NH2) dan alkanoat (–COOH) dalam satu rantai (polypeptides) kesatuan guna membentuk protein. 

Melalui senyawa organik ini, organisme sederhana yang menjadi eyangnya segala makhluk hidup tercipta. Dan perlahan, dari kesederhanaannya, organisme tersebut menciptakan nucleid acid (asam nukleat) dalam dirinya. 

Baca lanjutannya: Penelitian Ilmuwan Akhirnya Membuktikan Manusia Terbuat dari Tanah Liat (Bagian 2)

Related

Science 58069275854987385

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item