24 Artis Musik Indonesia Terbesar Sepanjang Masa (Bagian 1)


Naviri Magazine - Indonesia memiliki begitu banyak artis penyanyi dan musisi hebat, dari dulu sampai sekarang. Karenanya, jika kita diminta menyebutkan siapa saja dari para musisi itu yang dapat dianggap “musisi terbesar Indonesia”, sepertinya akan sulit. Pertama karena pengetahuan kita belum tentu mampu merangkum semua musikalitas masing-masing musisi, dan kedua karena pendapat kita bisa saja berbeda dengan pendapat orang lain.

Karenanya, daftar 24 artis musik Indonesia berikut ini mengambil “jalan tengah”, yaitu dengan melihat komentar artis musik atau musisi lain yang menurut mereka layak disebut sebagai musisi terbesar Indonesia. Jadi, berikut ini adalah 24 artis musik Indonesia terbesar sepanjang masa, menurut para musisi lain. 

1. Koes Plus

Menurut Erwin Gutawa:

Yang dapat diteladani dari Koes Plus adalah produktivitas mereka. Sampai saat ini, kalau tidak salah, mereka telah menelurkan 93 album. Dari mulai 26 buah album penuh hingga puluhan lainnya, dari album pop, pop melayu, pop jawa, dangdut, hingga pop anak-anak. 

Koes Plus bagaikan mesin musik dengan produktivitas setinggi langit. Satu lagi, sampai saat ini mungkin hanya Koes Plus yang memiliki fans club di seluruh penjuru Nusantara, tak sedikit pula yang terorganisir. Ini bukan karena tindakan manajemen band [seperti yang banyak dilakukan band zaman sekarang], melainkan dilakukan swakarsa para penggemar yang selalu mencintai Koes Plus. Seperti saya mencintai Koes Plus.

2. Iwan Fals

Menurut Bimbim Slank:

Inspirasi dan sifat kritis Slank berasal dari Iwan Fals. God Bless boleh besar secara musikal dan band. Tapi secara simpati, Iwan Fals lebih besar karena liriknya lebih membumi, sementara lirik God Bless lebih ke arah macho. Itu yang saya pelajari. Bahwa salah satunya, music is music, tapi akan jadi lebih bermakna kalau kita put something on it. Salah satunya dengan semangat, lirik, dan protes sosial. 

Musisi yang bertahan panjang biasanya musisi yang memberikan sesuatu di dalam musiknya, seperti Bob Marley, Bob Dylan, Sex Pistols. Mereka semua memuat fighting spirit. 

Di Indonesia, saya lihat itu ada pada Iwan Fals. Kita banyak melupakan itu. Anak band yang muda-muda di awal karier pasti punya banyak masalah. Hanya saja karena industri, semua orang menulis cinta, atau antinarkoba. Justru pada Iwan Fals, saya jadi berkaca, bahwa tema untuk membuat lagu ternyata luas.

3. Chrisye

Menurut Erros Djarot:

Ada cerita menarik tentang lagu Merpati Putih yang saya ciptakan dan ia nyanyikan. Struktur lagunya memang pendek. Ia bilang, “Ros, lagunya cuma segini? Nggak- diulangi lagi?” 

Saya bilang, “Nggak perlu. Ini seperti makan singkong, sedikit tapi kenyang.” 

Chrisye sebenarnya ingin lagu itu lebih panjang lagi. Kemudian Merepih Alam. Itu pertama kalinya Chrisye menciptakan lagu sendiri. Setelah mendengar musik dasarnya, saya arahkan dan bentuk lagunya. Oleh karena itulah kredit lagu ditulis atas nama saya dan Chrisye. 

Setelah rampung, ia berkomentar membuat lagu ternyata gampang. Saya bilang, “Elo aja yang penakut, apalagi elo main musik jauh lebih bagus dari gue.” 

Menurut saya, kelemahan Chrisye adalah kurang dekat dengan peristiwa-peristiwa sosial. Ia juga kurang suka membaca. Tipikal lempeng-lempeng saja. Terkadang kalau kami ngobrol dan membahas politik, dia suka ketakutan duluan. Beda dengan Yockie yang sangat politis.

4. Benyamin S.

Menurut David Naif:

Saya pernah ke kuburannya sekali waktu, setelah memakamkan ayah Emil di kompleks kuburan yang sama. Makamnya tidak mewah, tidak seperti makam-makam legenda yang kita pikir. Dia harusnya dijadikan semacam pahlawan, orang khusus. Apalagi di Jakarta, harusnya dibuat monumen atau patungnya. Sudah pantas. Bisa dibilang tokoh Betawi paling penting, ya dia. 

Dia yang mengangkat budaya Betawi. Lagu Betawi banyak yang jadi luar biasa begitu dia bawakan, orang-orang jadi banyak mendengar lagu Betawi gara-gara Benyamin. Kalau orang bilang ada pengaruhnya terhadap musik Naif, mungkin secara tidak langsung ada, karena saya banyak mendengar dia. 

Jadi, apa yang saya dengar kadang-kadang masuk. Cuma, saya akui tak akan bisa membuat seperti dia. Mungkin ada orang dengan suara seperti dia, tapi belum tentu soul-nya bisa seperti itu—untuk mengekspresikannya pasti beda. Saya ingin seperti dia, ekspresifnya tidak ada yang ditutupi.

5. Ismail Marzuki

Menurut Addie MS:

Jika Anda perhatikan penggalan lirik, “Di sana tempat lahir beta/Dibuai dibesarkan bunda”, itu adalah kalimat yang sangat menyentuh. Tanpa dibungkus melodi, kalimat tersebut dapat membuat orang menangis, merindu, dan tersentuh. Hebatnya, lirik tersebut dibungkus dengan musik yang benar-benar pas dijadikan latar belakang penggambaran Indonesia. 

Lagu itu diakhiri dengan sebuah janji yang berbunyi, "Tempat berlindung di hari tua/Sampai akhir menutup mata”, dengan melodi yang juga sungguh kaya. Atau Anda dapat perhatikan baik-baik pada lagu Rayuan Pulau Kelapa, Ismail Marzuki dengan sangat tepat menggambarkan alam Indonesia yang tenang dan damai. 

Lirik "Tanah airku aman dan makmur/Pulau kelapa yang amat subur/Pulau melati pujaan bangsa/Memuja pulau nan indah permai/ Tanah Airku, Indonesiaku”, terdengar sederhana namun dapat merepresentasikan alam Indonesia yang sebenarnya.

6. Slank

Menurut Eross Candra:

Saya adalah salah satu dari jutaan anak yang tumbuh dengan musik Slank di era awal 90-an. Bagi saya, sebelumnya musik hanya sekadar bernyanyi dan bermimpi. Tapi saat mereka muncul, musik adalah suatu pilihan yang bisa menjadi gaya hidup dan inspirasi, pola pikir generasi 90-an. 

Di segi musikalitas, Slank adalah band rock & roll yang bercita rasa Indonesia. Saya berani bertaruh, belum tentu musisi bule bisa membuat atau memainkan komposisi seperti mereka. Lirik cinta tidak perlu diragukan, lirik politik lebih mencerdaskan bangsa dibanding berita di TV yang banyak ditutup-tutupi kepalsuan zaman Orde Baru. 

Dan yang terunik bagi saya adalah lirik-lirik yang bercerita tentang suatu konsep yang menjadi GBHS (Garis Besar Haluan Slank) di masa kini. Saya tidak akan lupa bagaimana lagu Pulau Biru dan Generasi Biru menjadi lagu wajib lahir dan batin saya dan teman-teman.

7. Guruh Soekarno Putra

Menurut Sari White Shoes:

Salah satu karyanya yang menurut saya menarik adalah Surya Gemilang. Beberapa orang mungkin tidak banyak tahu, ini termasuk soundtrack film nasional, Ali Topan Anak Jalanan [1977], yang menuturkan kebahagian dan pengharapan cerah. 

Simak dua bait awalnya: "Surya gemilang di ufuk pengharapan/Pagi cemerlang di kalbu dua insan/Sungai berliku bagai kehidupan/Dua remaja bermesraan/Lembah dan ngarai, gunung lautan bukan hambatan”. 

Sedang lagu pasangannya, yang dinyanyikan oleh Chrisye, "Kala Sang Surya Tenggelam", bertutur akan kelamnya pengharapan. “Surya tenggelam ditelan kabut kelam/Senja nan muram di hati remuk redam/Jalan berliku dalam kehidupan/Dua remaja kehilangan penawar rindu/Kasih pujaan menempuh cobaan”.

8. God Bless

Menurut Iman Putra Fattah:

Saya yakin tidak ada satu pun band Indonesia dari generasi 70-an yang masih eksis dan berpenampilan layaknya rockstar muda selain God Bless. Bahkan di usia mereka yang menginjak 60-an, they still rock harder than most young bands in our generation. 

Saya ingat pertama kali menonton mereka live. Waktu itu saya duduk di depan amplifier, memandang ke arah ribuan penonton yang memadati ruangan Balai Sidang [sekarang JCC]. 

Saya juga masih ingat bagaimana speaker amplifier berdengung kencang di telinga saya dan emosi. Emosi yang saya rasakan setiap kali saya memegang gitar dan membunyikannya. Saat itu saya sadar bahwa God Bless mengajarkan arti dari kata musik.

Baca lanjutannya: 24 Artis Musik Indonesia Terbesar Sepanjang Masa (Bagian 2)

Related

Music 355726289385105136

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item