24 Artis Musik Indonesia Terbesar Sepanjang Masa (Bagian 2)


Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (24 Artis Musik Indonesia Terbesar Sepanjang Masa – Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

9. Titiek Puspa

Menurut Makki Parikesit:

Tidak banyak pendukung karier seorang artis pop di zaman Tante Titiek mulai berkarya. Belum terlalu banyak radio, dan hanya satu stasiun televisi. Tidak ada infotainment untuk memamerkan muka sang artis, atau tabloid untuk menyebar gosip. Belum lagi struktur sosial di zaman itu yang tidak terlalu mendukung wanita berkiprah terlalu banyak di luar kapasitas tradisionalnya sebagai seorang homemaker. 

Bahwa Tante Titiek mampu bertahan sebagai seorang artis pop untuk selama ini, tanpa meninggalkan kapasitas sebagai ibu dan istri, berkata banyak tentang karakter Tante Titiek dan kedalaman talenta yang dimilikinya. 

Tidak ada selain karya dan personality yang kuat yang mampu membawa karier seperti yang dimiliki oleh Tante Titiek. Karya itulah yang menjadi legacy Tante Titiek di dalam sejarah dunia musik negeri ini.

10. Bimbo

Menurut Armand Maulana:

Saya sering berpikir, apabila Bimbo tak pernah merilis album religi, mungkin saya masih akan tetap menggemari mereka seperti sekarang. Terus terang saya mendengarkan materi-materi Bimbo yang bukan bernapaskan religi tetapi pop. Menurut saya musik mereka sangat easy listening. 

Dan hal yang juga membuat saya selalu salut adalah kenyataan bahwa Sam, Acil, Jaka, dan Iin Parlina, adalah kakak beradik yang perbedaan umurnya tak jauh. Dalam stereotipe yang ada, kakak beradik pasti sering berselisih, tapi tampaknya Bimbo merupakan kasus yang berbeda. 

Mereka merupakan keluarga kompak yang perpaduan suaranya sangat kimpoi. Tak masalah mengenai religi atau bukan. Berdasarkan musikalitas, Bimbo adalah sebuah grup yang pantas mendapatkan tempat dan penghargaan di musik Indonesia.

11. Bing Slamet

Menurut Remy Sylado:

Sebagai penyanyi dengan suara bariton yang dipadankan dengan Bing Crosby, Bing Slamet tertempa lebih matang setelah ia bergabung dalam susunan inti penyanyi Orkes Studio RRI Jakarta, di bawah dirigen Sjaiful Bahri [orang ini menyeberang ke Malaysia karena alasan politik] serta pemusik-pemusik Indonesia yang menimba pengetahuan musik dari Belanda, misalnya Ismail Marzuki dan Iskandar. 

Sementara kebolehan Bing dalam melawak, sebagai komedian yang sejati, teruji melalui lomba yang diselenggarakan oleh Majalah Ria di Gedung Kesenian Jakarta, 29 Juli 1953. Di situ dia memenangkan juara utama dengan julukan Bintang Pelawak. Kala itu ia mengaku, bahwa bakat lawak baginya adalah suatu karunia yang telah mendarah daging.

13. Fariz RM

Menurut Otong Koil:

Selain sound yang unik dan canggih, beliau juga membangun sistem lirik dan aransemen yang cukup aduhai. Fariz RM punya kebiasaan unik dalam mematahkan dan menyambungkan kosakata dalam lirik. Mungkin beliau tidak sadar akan hal tersebut, mungkin juga hanya saya sendiri yang memikirkan hal tersebut. 

Menurut saya, hal inilah yang paling penting dan tidak dimiliki oleh satu orang pun di negara ini. Kemudian saya curi sistem tersebut dan saya bawa ke titik paling ekstrem untuk mengaransemen karya-karya musik saya sendiri. Maafkan saya, tukang jiplak, Oom. Hehehe. 

Saya tidak banyak mendengar kegiatan Fariz RM di era 90-an, walau sempat nonton beberapa konser beliau, dan bertemu untuk minta tanda tangan, bersama kerumunan penggemar lainnya. Saya sempat merekam cover version Astoria, dan ingin menunjukkannya kepada beliau. Sayang, file-nya hilang.

14. Ebiet G. Ade

Menurut Jimi The Upstairs:

Ketika mendengarkan kembali album Camelia I, saya tercengang. Gila. Ternyata sejak kecil saya terbiasa mendengarkan album sehebat ini. Puisi dan lagu Ebiet bertambah dahsyat dengan kemasan musik Billy J Budiarjo. 

"Lelaki Ilham Dari Surga" adalah nomor terbaik di album ini. Lagu yang bernuansa religius, dengan lirik jenius. Dalam suasana-suasana tertentu, lagu ini dapat membuat saya terharu mendalam. Untuk yang bernuansa cinta, "Episode Cinta yang Hilang", adalah pilihan saya. Billy J Budiarjo bermain gitar dengan apik di sana. "Kapankah akan kudengar lagi/Nyanyian angin dan denting gitarmu", langsung disambut dengan sekelebatan gitar. Itu adalah sebagian kecil part yang menggoda. 

Walau tak dipungkiri, "Lagu Untuk Sebuah Nama" adalah pembenaran ketika kita jadi pecundang. Dan "Camelia", waaah, Dodo Zakaria membuat lagu ini jadi semakin megah. Ketika kecil, saya tidak merasakan semuanya sejauh ini. Yah, lebih baik terlambat menyadarinya daripada tidak sama sekali.

15. Gesang

Menurut Pongki Jikustik:

Sosok Gesang adalah sosok yang sangat identik dengan orang Jawa; rendah hati dan kalem. Empat atau lima tahun yang lalu, saya pernah berada di satu acara bersama beliau, di mana ia menyanyi Bengawan Solo untuk salah satu stasiun televisi swasta. 

Pada saat itu suaranya memang sudah tidak terdengar seperti penyanyi, namun saya maklum karena itu pasti akibat faktor usia. Saya tidak sempat berbincang dengannya, saya hanya bisa melihatnya dari jauh. Namun dari situ saya menangkap kesederhanaan dan keramahan yang dipancarkan olehnya. 

Beliau datang dengan memakai baju batik, tidak banyak bicara, sangat low profile. Kondisinya saat itu sangat sehat dan masih bisa menyanyi. Yang saya tahu, sekarang ini keadaan Gesang secara fisik boleh dibilang masih sangat hebat. Untuk usia seuzur beliau, fisiknya masih bagus sekali. Ini pasti orang di atas rata-rata.

16. Harry Roesli

Menurut Fariz RM:

Harry Roesli adalah tokoh penting bagi karier bermusik saya. Kalau Chrisye menyadarkan saya akan sikap profesionalitas, Yockie Suryoprayogo dalam musikalitas, dan Eros Djarot mempengaruhi cara berpikir saya, Harry Roesli adalah satu-satunya pemusik pribumi yang saya kagumi prinsipnya. 

Sebagai pribadi, Kang Harry adalah contoh yang seharusnya menjadi pembelajaran bagi generasi musik muda nasional dalam hal mencintai musik dan bagaimana seharusnya pemusik memiliki kepercayaan atas hasil kreativitasnya sendiri. 

Seingat saya, Kang Harry tidak mau kompromi jika sudah bicara soal apa yang ada di isi kepalanya. Kalau ditegur soal kebiasaannya merokok, si Akang selalu menyahut, "Sambung menyambung menjadi satu".

17. Jack Lesmana

Menurut Indra Lesmana:

Kontribusi utama yang telah ayah berikan adalah upaya dan kegigihannya dalam mengenalkan musik jazz. Segenap aktivitasnya menjadi terobosan, perubahan, dan pengaruh baru bagi perkembangan musik di Indonesia. 

Ayah mendirikan grup Indonesian All Stars bersama Bubi Chen, alm. Yopie Chen, alm. Maryono, dan Benny Mustafa. Formasi ini berhasil membuka mata dunia akan kemajuan musik jazz di Indonesia. Penampilan mereka di Berlin Jazz Festival pada tahun 1967 dan membuat album rekaman kolaborasi bersama pemain clarinet jazz dunia, Tony Scott, adalah salah satu masterpiece yang membanggakan. 

Prestasi yang mereka berikan menjadi bibit dari hubungan baik program seni budaya Indonesia dengan beberapa negara luar, khususnya dalam mendatangkan beberapa musisi jazz dari mancanegara.

Baca lanjutannya: 24 Artis Musik Indonesia Terbesar Sepanjang Masa (Bagian 3)

Related

Music 3265783677984434158

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item