24 Artis Musik Indonesia Terbesar Sepanjang Masa (Bagian 3)


Naviri Magazine- Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (24 Artis Musik Indonesia Terbesar Sepanjang Masa – Bagian 2). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

18. Ahmad Albar

Menurut Ian Antono:

Saya mengagumi kharisma Ahmad Albar. Hal itu tidak bisa dibentuk, karena sifatnya sangat alamiah. Ketika di atas panggung, ia memiliki wibawa yang berbeda dengan siapa pun. Seperti halnya kita menyaksikan aksi panggung Mick Jagger. Walau diam saja di atas panggung, orang tetap antusias melihatnya. Kira-kira seperti itulah seorang Ahmad Albar.

Selain penuh wibawa, ia juga sangat tenang saat berada di atas panggung. Terkadang kalau saya menyanyi di depan mic, dan ia ada di samping saya, suaranya bisa lebih keras daripada saya. Jika terjadi keributan di antara penonton, dengan suaranya yang keras itu, ia berteriak menengahi. Teriakan panitia atau polisi selalu gagal, tapi suara Ahmad Albar membuat mereka langsung berhenti.

19. The Rollies

Menurut Benny Soebardja:

Sebenarnya jauh sebelum The Rollies berdiri, saya sudah pernah bermain musik bareng dengan Gito di band pelajar; saya sebagai siswa SMAN 5 Bandung, sementara Gito di SMAN 2 Bandung. Menilik musikalitas mereka, bagi saya The Rollies telah berhasil memberikan kontribusi positif bagi perkembangan musik pop di Indonesia. 

Mereka menambahkan unsur alat musik tiup atau brass section. Menurut saya, sampai sekarang belum pernah ada lagi band seperti Rollies, dalam arti grup yang siap untuk mengetengahkan konsep bermusik sendiri tanpa harus mengikuti selera pasar. Sebuah penyikapan yang sangat jarang ditemukan di industri musik arus utama, terlebih pada zaman musik sekarang. 

The Rollies di samping berhasil mengekspresikan musik Indonesia, beberapa personelnya, terutama Gito dan Deddy, sungguh pandai bermasyarakat dan bergaul dengan semua lapisan.

20. Erros Djarot

Menurut Yockie Suryoprayogo: 

Selama Erros terjun ke politik, sebagai seniman saya merasa sangat “dirugikan”. Tentu yang berhubungan kerja sama musikal saya dengan dia selalu tidak tuntas, karena kepentingan di wilayah kesenian berbeda dengan wilayah politik. Kesenian berbicara dengan rasa, etika, moralitas, sementara politik berbicara dengan kepentingan demi kekuasaan. 

Saya selalu gamang untuk menyeret dia, ke wilayah kesenian atau wilayah politik? Erros pun sepertinya bingung menempatkan dirinya sebagai seniman atau politikus. Pada akhirnya, saya menyadari skala prioritas Erros. Sebagai musisi, domain saya ada di musik, hingga skala prioritas pertama adalah musik, sementara Erros selama puluhan tahun domainnya politik. Otomatis, skala prioritasnya adalah politik. 

Saya kini memahaminya dan tidak berharap banyak. Sebagai teman baik, saya hanya kangen sebuah karya atau konsep dari Erros Djarot yang bisa menjadi karya utuh seperti album Badai Pasti Berlalu, film Cut Nyak Dien, atau Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan [PDIP] yang ikut ia desain bersama Megawati Soekarnoputri.

21. Yockie Suryoprayogo

Menurut Ade Paloh: 

Yockie membuktikan bahwa ia adalah agen anak muda zamannya, menjungkirbalikkan tren lama musik pop Indonesia yang ‘cengeng’ dan ‘hipermelankolis’ dengan sempurna. Ia juga yang meyakinkan Chrisye—yang pada saat itu lebih dikenal sebagai pemain gitar bas—untuk bernyanyi lagu klasik “Lilin-Lilin Kecil”, hingga menerbangkan Chrisye ke singgasana kerajaan vokal teratas negeri ini. 

Yockie yang andal pada synthesizer, tidak tinggal diam dalam kesenggangan kesuksesan. Bosan dengan gaya ‘jalanan,’ ia berusaha memadukannya dengan sesuatu yang lebih ‘sekolahan’. Ia yang pada saat itu belum mahir menulis notasi partitur, belajar kilat dengan maestro terkemuka, Idris Sardi, yang terkenal galak dan regimental, untuk menghasilkan masterpiece Musik Saya Adalah Saya. 

Imbuhan orkestra fundamental digunakan sebagai pengganti suara synthesizer untuk membuat aransemen repertoire pop ‘Indonesiana’ hasil karya dia dan para kompatriotnya, menjadi preseden baru untuk khazanah musik Indonesia akhir ’70-an hingga awal ’80-an".

22. Dewa19

Menurut Giring Nidji:

Dhani pernah cerita waktu memakai lambang Tuhan di Laskar Cinta, ada orang fanatik mendatangi Dhani dan ngomong, “Ini lambang Tuhan!” 

Dhani cuma ngomong ke temannya, “Oh, begini susahnya jadi John Lennon.” 

Gila! Mungkin dia banyak menulis cinta karena hatinya percaya bahwa cinta bisa mengubah segalanya. Mungkin cara mengatakannya berbeda. Kadang-kadang orang menganggapnya terlalu arogan. Tapi kalau kita mengenalnya lebih dekat, he’s a very cool, dude. 

Saat Nidji era album pertama, kami selalu takjub ketika bertemu dengan musisi-musisi senior, selalu ingin tahu lebih dekat. Ada yang pernah wanti-wanti ke saya, “Kalau dengan Dhani, siap-siap sakit hati.” Tapi tidak seperti itu yang saya alami bersama Nidji. Yang membuat saya tertawa, waktu saya salaman, dia ngomong, “Lo salaman mulu. Ya sudah."

23. Ahmad Dhani

Menurut Ahmad Dhani: 

Saya beruntung, sampai saat ini saya dianugerahi oleh Allah SWT, seabreg selera musik yang beraneka ragam, sehingga saya menikmati karya Sergei Rachmaninoff atau juga Maurice Ravel, akibat bergaul dengan pemain orkestra saat rekaman string untuk album-album Dewa19. 

Saya juga tidak tahu kenapa saya menggemari musik R&B, mungkin mencari format musik fusion yang memudar di era ’90-an, maka saya menggemari TLC dan Faith Evans. Saya beruntung bisa alat musik kibor dan gitar sehingga memudahkan saya memahami musik Steve Vai sekaligus musik elektronik Chemical Brothers. 

Karena saya mengerti gitar, maka saya mengagumi dan mengadopsi The Edge dan Brian May. Dan setelah saya lakukan riset lagi, memang musisi yang menguasai gitar dan kibor akan menghasilkan karya yang lebih beraneka ragam ketimbang musisi yang hanya menguasai satu alat musik. 

Dan keberuntungan saya yang terbesar adalah selalu mendapatkan kebetulan dalam memproduksi album. Kebetulan dapat nada-nada bagus. Kebetulan dapat lirik-lirik komersial. Kebetulan dapat sound-sound bagus. Kebetulan dapat ide bagus buat aransemennya. Kebetulan ada yang beli kaset/CD-nya. Kebetulan ada yang mengaktivasi RBT-nya. Kebetulan ada 'kebetulan' yang lainnya.

24. Indra Lesmana

Menurut EQ Humania: 

Dalam sekilas pandang, memang sosok Indra Lesmana sudah mendapat apresiasi yang besar dari Indonesia. Namun, menilik kualitas Indra Lesmana sebagai manusia dan musisi, khususnya sebagai musisi jazz, ia bisa lebih maksimal dan go all the way. 

Saya ada di sana ketika dalam sebuah titik di hidupnya, Indra Lesmana memutuskan untuk hidup di Indonesia. Saya juga sering berbincang dengannya, bahwa sebenarnya Indonesia membutuhkan orang-orang seperti dia. Bagi saya, Indra Lesmana sudah mencapai titik yang tinggi dalam hal pencapaian seorang musisi. 

Namun saya juga menyadari bahwa dengan kemampuannya, ia akan lebih bersinar bila ada di luar negeri, di mana ia akan kerap dikelilingi oleh orang-orang yang berlevel sama [tanpa bermaksud merendahkan orang-orang yang ada di Indonesia tentunya]. Namun pada akhirnya ia sadar bahwa ia memiliki semacam tanggung jawab moral, atau bisa dikatakan peran, yang harus ia jalankan di sini.

Related

Music 4581865047054304935

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item