Kecerdasan Buatan Ternyata Bisa Punya ‘Sifat Buruk’ seperti Manusia (Bagian 2)


Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Kecerdasan Buatan Ternyata Bisa Punya ‘Sifat Buruk’ seperti Manusia - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Alison Kay, Global Vice-Chair Ernst & Young, mengkhawatirkan bahaya seksisme dalam kecerdasan buatan. Menurutnya, penggunaan teknologi tersebut tengah kencang-kencangnya dan bahkan mendisrupsi gaya hidup manusia. Perkembangannya tak terhindari. Namun, bukan berarti temuan tentang seksisme ini bisa didiamkan saja. 

“Bias yang tak disadari itu sudah terbukti jadi penghalang besar untuk keberagaman di tempat kerja. Terutama bagi perempuan yang ingin menembus posisi kepemimpinan,” tulis Kay di World Economic Forum. 

Mendiamkan atau bahkan memelihara masalah ini akan jadi masalah besar di masa depan, ungkapnya. Teknologi, menurut Kay, sebaiknya tidak jadi penghalang gerakan kesetaraan yang sudah lama diperjuangkan. 

Hal ini harus segera ditangani para pimpinan di tingkat CEO. Tabitha Goldstaub, co-founder direktori dan komunitas AI di Cognition X, menyadari potensi bias gender oleh kecerdasan buatan ini. 

“Ketika Anda melihat apa yang terjadi dengan AI dalam topik feminis, menjadi sangat jelas bahwa bias-bias yang ada di masyarakat akan semakin diperburuk atau diperkuat. Begitu saya menyadari ini, antena saya naik, dan mikir ‘seseorang harus segera mengatasi masalah ini’,” ungkapnya pada The Guardian.

Menurutnya, dengan memasukkan perempuan lebih banyak ke industri kecerdasan buatan dan teknologi, akan membantu menuntaskan masalah ini. Untuk itu, Goldstaub tengah gencar mengampanyekan ajakan agar lebih banyak perempuan bergabung di sektor teknologi.

“AI adalah lapangan baru, di mana isu ini (seksisme) belum terlalu banyak dibahas. Ada banyak sekali pertanyaan etis yang mengambang, namun jika kita menarik lebih banyak perempuan ke dalam industri, dan bikin mereka cukup berani untuk mempertanyakannya, orang-orang akan mulai mendengarkan,” tambah Goldstaub.

Google rupanya juga mulai memperhatikan masalah ini. Silvia Chiappa, peneliti senior di DeepMind, perusahaan AI milik Google, juga mengakui kekurangan wanita di sektor itu. 

“Sejak PhD-ku, dengan beberapa pengecualian, aku selalu bekerja di tempat yang perempuannya sangat sedikit dibandingkan prianya,” katanya menggambarkan pengalaman bekerja di area teknologi. “Aku juga sadar kalau jumlah perempuan yang ada bahkan makin berkurang karena sudah masuk usia kerja senior.” 

Oleh karena itu, Chiappa membuat sejumlah projek untuk menarik minat perempuan-perempuan muda untuk bergabung mengikuti jejaknya di sektor industri teknologi. Bahkan mereka mendatangi sejumlah sekolah non-teknologi untuk menyebar kemungkinan pilihan karier. 

“Tujuan kami adalah mendorong perempuan-perempuan muda untuk berkarier di sains, dan memberi mereka pijakan untuk bersuara,” ungkap Chiappa pada The Guardian. 

Ketidaknetralan teknologi ini juga jadi hal yang mengganggu Alex. Keterikatan hidup manusia zaman ini dengan teknologi memang sudah tak bisa dielakkan. Sehingga perkara bias gender tidak bisa dianggap kecil. 

“Ingat, teknologi dibentuk oleh pembuatnya, dengan bias-bias mereka,” ungkap Alex. “Dan industri teknologi tingkat tinggi berisi banyak sekali orang kulit putih muda, para pria kaya raya, yang mendefinisikan seksisme merajalela, rasisme, kelas, dan banyak bentuk ketidaksetaraan sosial lainnya. Inilah orang-orang yang kita biarkan (kini) mengatur hidup kita.” 

Mengisi ruang kerja dengan lebih banyak perspektif tampaknya jadi solusi yang tepat. Kehadiran pandangan yang beragam akan membantu kita sadar, bahwa manusia bukan cuma terdiri dari satu gender, satu ras, dan satu kepentingan belaka. Patut diingat, apa yang dihasilkan teknologi cerminan dari pembuatnya.

Related

Technology 2330480151522050904

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item