Kecerdasan Buatan Ternyata Bisa Punya ‘Sifat Buruk’ seperti Manusia (Bagian 1)


Naviri Magazine - Artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan adalah teknologi baru yang saat ini menjadi hal penting dalam kehidupan manusia. Ada banyak hal yang semula dilakukan manusia, kini dilakukan oleh kecerdasan buatan. 

Tujuan manusia menciptakan kecerdasan buatan memang untuk memudahkan urusan hidup dan pekerjaan manusia, sehingga posisi kecerdasan buatan saat ini pun sudah tepat. Hal-hal yang bisa dilakukan mesin, kini dilakukan oleh mesin.

Tetapi, rupanya, kecerdasan buatan menimbulkan masalah yang mungkin tidak diduga oleh banyak orang, yaitu “kemampuan” menjadi seksis atau bahkan rasis, persis seperti manusia yang menciptakannya.

Pro Republica pernah menerbitkan laporan tentang program komputer milik pengadilan Amerika Serikat yang bias pada orang kulit hitam. 

Program bernama Compas itu mencap orang kulit hitam secara keliru, lebih dua kali lipat dari rata-rata orang kulit putih. Padahal program semacam Compas digunakan ratusan pengadilan di sana, dan berpotensi memengaruhi keputusan hakim dan badan resmi lainnya. Compas sendiri adalah piranti yang dibikin dengan teknologi kecerdasan buatan dan kecanggihan algoritma. 

Pada tahun yang sama, Chatbot kecerdasan buatan milik Microsoft akhirnya juga dihapus karena bias gender dan rasis. Dalam 24 jam pertama hidupnya, Tay si Chatbot mengatakan “Fuck her” pada pengikutnya di Twitter, memanggil mereka “Daddy” dan menyebut “I fucking hate feminist”. 

Kabar terbaru, pada ujung November kemarin, Alex Shams, antropolog dari Universitas Chicago mengeluhkan Google Translate yang bias gender. Ia memasukkan sejumlah kata dalam bahasa Turki, dan mencoba menerjemahkannya ke dalam bahasa Inggris. 

“Bahasa Turki adalah bahasa yang netral gender. Tak ada “he” [kata ganti orang ketiga pria] atau “she” [kata ganti orang ketiga perempuan]—semuanya disebut “o”. Tapi lihat apa yang terjadi ketika Google menerjemahkannya ke bahasa Inggris,” cuit Alex dalam akun Twitternya. 

Ia melampirkan potongan gambar dari Google. Tukang masak, perawat, dan guru, diterjemahkan berkelamin perempuan. Sementara mekanik, dokter, tentara, dan tukang bersih-bersih, diterjemahkan berkelamin laki-laki. Tak hanya itu, kata ‘lajang’ dan ‘bahagia’ diasosiasikan dengan laki-laki. Sedangkan, ‘sudah menikah’ dan ‘tidak bahagia’ diasosiasikan dengan perempuan. 

“Tak cuma diberi gender—Google Translate juga mengubah bahasa Turki yang tak bergender menjadi kalimat-kalimat seksis dalam bahasa Inggris,” sambung Alex. 

Maksudnya, upaya mengaitkan kata tertentu dengan suatu gender adalah perilaku seksisme yang tak percaya kalau manusia adalah makhluk setara. Taika Dahlbom, jurnalis dari Finlandia, juga mencoba demonstrasi Alex. 

Bahasa negaranya juga tak mengenal kata ganti orang ketiga dengan gender. Dan ketika diterjemahkan oleh Google, kata-kata itu juga berubah memiliki gender dan seksis. Polisi, mekanik, dan petani diasosiasikan dengan laki-laki. Sementara perawat, pengasuh, dan sekretaris diasosiasikan dengan perempuan.

Bahasa Indonesia, yang juga tak mengenal kata ganti bergender, mengalami hal yang sama. Polisi, pengrajin, dan wirausaha diasosiasikan dengan laki-laki. Sementara perawat, suster, dan pengasuh diasosiasikan dengan perempuan. Kata ‘pencemburu’, dan ‘menikah’ juga diasosiasikan dengan laki-laki, sementara ‘menangis’, dan ‘sudah cerai’ diasosiasikan dengan perempuan. 

Lalu mengapa Google Translate berlaku demikian? Kata Alex, karena Google Translate mengadopsi algoritma yang berbasis pada penerjemahaan yang telah terekam. Jadi, bila pada database terdapat 1.000 penggunaan kata “mekanik” dan kebanyakan dipakai pada laki-laki, maka kecerdasaan buatan itu akan menerjemahkan mekanik sebagai laki-laki. 

“Begitu juga yang terjadi pada ‘perawat’ untuk perempuan,” tambah Alex. 

Artinya, mesin-mesin kecerdasan buatan itu menjadi bias gender dengan mempelajari sejarah dan perilaku manusia. 

Studi oleh Science Magz mengonfirmasi hal tersebut. Para ilmuwan menemukan bahwa “mesin-mesin itu bisa melakukan bias semantik seperti manusia.” 

Baca lanjutannya: Kecerdasan Buatan Ternyata Bisa Punya ‘Sifat Buruk’ seperti Manusia (Bagian 2)

Related

Technology 277786243805939769

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item