Singapura Larang Keras Warga Makan Darah Babi, Ini Alasannya!


Naviri Magazine - Singapura melarang makanan berbahan dasar darah hewan, termasuk babi. Hal ini diketahui setelah Singapore Food Agency (SFA) melakukan penyelidikan terhadap restoran Thailand di Golden Mile Tower. Pihak berwenang Singapura menemukan restoran tersebut menjual hidangan yang mengandung darah babi.

Adapun SFA melarang produk makanan darah hewan, seperti darah babi, karena darah dapat dengan mudah mendukung pertumbuhan bakteri dan penyakit.

"Pengambilan darah yang tidak higienis juga dapat menyebabkan masuknya patogen yang dibawa melalui makanan ke dalam produk makanan darah," jelas  Singapore Food Agency (SFA) dikutip dari Washingtonpost.

SFA memperingatkan makanan yang diimpor secara ilegal karena sumbernya tidak diketahui dan dapat menimbulkan risiko keamanan pangan. 

Setelah pengumuman SFA tentang penyitaan tersebut, masyarakat Singapura bertanya-tanya melalui media sosial, mengapa dan sejak kapan makanan yang mengandung darah babi dilarang secara lokal. Pasalnya tidak sedikit masyarakat yang masih menyantap hidangan berbahan darah hewan tersebut.

Rupanya hal ini terkandung dalam Undang-Undang Daging dan Ikan Singapura. Dikatakan siapapun yang bersalah karena mengimpor dan menjual produk darah babi secara ilegal dapat didenda hingga SG$ 50.000 atau Rp 539 juta (asumsi Rp 10.700/SG$) atau dipenjara hingga dua tahun, atau keduanya.

Pada hukuman berikutnya, mereka dapat didenda hingga SG$ 100.000 (Rp 1 miliar). Bahkan penjara hingga tiga tahun.

Peringatan WHO

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meluncurkan kelompok penasihat yang akan mempelajari asal-usul virus corona dan memandu penelitian untuk mempersiapkan dunia melawan Penyakit X, singkatan dari virus tak dikenal yang mampu menyebabkan epidemi pada manusia. Nipah, tulis pejabat WHO dalam jurnal Science, adalah Penyakit X pada masanya.

Kisah Nipah dan penyakit zoonosis termasuk rabies, West Nile, Ebola, HIV, MERS, dan SARS, telah membuat banyak ilmuwan berpendapat bahwa kemungkinan besar penjelasannya adalah tumpahan alami yang terjadi di alam liar, bukan kebocoran dari laboratorium.

Virus Nipah cukup mematikan dan meresahkan warga Malaysia pada 1999. Pada masa epidemi itu, pemerintah Malaysia mengevakuasi wilayah di sekitar Sungai Nipah, pusat peternakan babi negara itu. Tentara bergerak untuk membunuh babi dan hingga kini Malaysia masih melarang peternakan babi.

Selama wabah pertama di Malaysia, yang juga mempengaruhi Singapura, sebagian besar infeksi pada manusia disebabkan kontak langsung dengan babi yang sakit atau jaringan yang terkontaminasi. Penularan diperkirakan terjadi melalui paparan tanpa pelindung terhadap sekresi babi atau kontak tanpa pelindung dengan jaringan hewan yang sakit.

Related

News 6767598594892748103

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item