Perjalanan Spider-Man di Ujung Kisah No Way Home

Pekan ini menjadi pesta luar biasa bagi penggemar Marvel. Penutup dari saga Spider-Man versi Marvel Cinematic Universe, No Way Home, akhirnya dirilis di Indonesia pada 15 Desember dan secara global pada 17 Desember.

Perilisan Spider-Man: No Way Home terbilang lebih spesial dibanding dua film sebelumnya. Selain menampilkan konsep multisemesta, film ini terjadi setelah Spider-Man sempat keluar dari Marvel akibat konflik antara Sony dengan Disney pada 2019.

Konflik tersebut membuat penggemar murka. Mereka menuntut kedua studio raksasa tersebut untuk kembali bekerja sama yang akhirnya terwujud berkat campur tangan sang pemeran Spider-Man, Tom Holland.

Namun bagi mereka yang mengikuti Spider-Man, film No Way Home sebenarnya punya makna yang lebih mendalam, yaitu pijakan baru memasuki Semesta Spider-Man Sony yang sudah dipersiapkan sejak lama.

Sony Pictures Entertainment selaku pemegang lisensi Spider-Man sejak 1998 telah mulai mengenalkan semesta Spider-Man seiring dengan saga Homecoming berjalan sejak 2017 lalu.

Mulai dari Venom, Spider-Man: Into the Spider-Verse, hingga Venom: Let There Be Carnage. Belum lagi sejumlah daftar film lain yang telah dipersiapkan untuk dirilis di masa depan.

Beberapa keterangan dari film-film tersebut pun sudah muncul sekilas dalam Saga Homecoming, seolah saga ini memang persiapan menyelami semesta Spider-Man.

Namun sebelum menyelam lebih dalam di semesta Spider-Man mulai tahun depan, tak ada salahnya membahas perjalanan kehidupan si manusia laba-laba yang telah dimulai sejak 1962.

Sebagai salah satu karakter Marvel paling populer dan sukses, Spider-Man memiliki perjalanan yang amat panjang. Mulai dari ditolak publisis, laris-manis, diangkat dalam berbagai media, hingga diperebutkan studio-studio raksasa Hollywood.

Spider-Man bahkan lebih dari sekadar karakter fiktif bagi sang penciptanya, Stan Lee. Komikus dan orang Marvel paling terkenal itu bahkan dikenal amat menyayangi karakter Peter Parker.