Review Film Jigsaw: Kembalinya Sang Pembunuh Setelah 7 Tahun Kematiannya


Harus diakui, Saw adalah salah satu waralaba film horor tersukses yang pernah ada. Sejak ditayangkan pertama kali pada 2004 hingga 2010, Saw-verse sudah meneror kita lewat tujuh film yang sukses bikin dengkul jadi lemas. Nah, setelah tujuh tahun "terkubur", Saw-verse bangkit kembali lewat seri film Jigsaw.

Film yang disutradarai oleh Michael dan Peter Spierig ini punya cerita yang tak ada bedanya sama film-film Saw sebelumnya. Kisah dimulai dari mimpi buruk "permainan nyawa" ala John Kramer alias Jigsaw yang kembali menghantui polisi. 

Kramer dipercaya sudah tewas karena kanker sejak lama. Makanya, hal ini bikin polisi kalang kabut, antara percaya dan tidak bahwa Kramer hidup kembali. Hal ini pun bikin penyidik mencurigai temannya satu sama lain.

Di tempat lain, lima orang yang bernasib kurang beruntung harus jadi peserta "permainan nyawa" Jigsaw. Mereka bisa memenangkan permainan ini dengan syarat harus mengakui kesalahan di masa lampaum dan mengikuti peraturan. Sayangnya, satu per satu dari mereka tak mampu melanjutkan permainan alias tewas.

Seperti biasa, Saw-verse mengandalkan adegan penuh cairan merah serta “permainan nyawa” yang unik. Buat yang tidak kuat sama film gory, Jigsaw dijamin bikin dengkul lemas. Sayangnya, buat yang sudah biasa nonton film-film begini, Jigsaw malah terlihat biasa banget. Dibanding film-film Saw sebelumnya, Jigsaw terasa nanggung dalam urusan adegan berdarah.

Jigsaw membagi latarnya dalam dua bagian. Pertama, latar tempat "permainan nyawa" berlangsung, dan kedua latar suasana penyelidikan polisi. Pembagian latar inilah yang jadi nilai positif film ini. Soalnya, pembagian latar ini jadi kunci alur cerita yang bakal bikin terheran-heran (dalam arti positif) saat film berakhir.

Sama seperti alur cerita Saw-verse, Jigsaw penuh kejutan-kejutan yang menghibur. Selama nonton, kita bakal dibuat menebak-nebak dengan apa yang akan terjadi setelahnya. Terlebih twist plot di penghujung film yang sama sekali tak terduga.

Sayangnya, hal ini terasa tak lagi istimewa, mengingat formula ini telah digunakan waralaba Saw dalam tujuh film sebelumnya. Dalam hal ini, Jigsaw tak lebih sebagai sekuel yang tugasnya cuma membangkitkan kenangan penggemar Saw.

Dibanding berkesan, twist plot yang ada di penghujung film lebih pantas dianggap terlalu maksa dan konyol. Setelah konflik yang dibangun sedemikian rupa, entah kenapa Jigsaw memilih rute twist seperti itu. 

Sebenarnya, twist plot Jigsaw bisa lebih berkesan. Sayangnya, ending film ini benar-benar menggantung dan terasa antiklimaks. Kesannya, tim penulis skenario sudah kehilangan ide membuat yang apik dan berkesan.

Ya, skenario yang dibuat oleh Josh Stolberg dan Peter Goldfinger memang terasa lemah. Jigsaw mampu menghibur dengan twist-nya. Sayangnya, ada cukup banyak "lubang" yang bikin cerita film ini jadi tidak jelas dan nanggung. 

Memang, ada beberapa adegan dengan tempo cepat yang tersusun rapi, dan bikin kita paham jalan ceritanya. Namun, ada juga banyak adegan yang sebenarnya tak terjelaskan dengan baik sehingga bikin penonton bertanya-tanya.

Sama seperti aspek cerita, penokohan dalam Jigsaw juga tak terasa istimewa. Tak ada satu pun karakter yang benar-benar menonjol. Pembangunan karakter dan chemistry pun tak bisa terjalin dengan baik. Begitu juga konflik antarkarakter yang terkesan dipaksakan.

Related

Film 164837734243637888

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item