Warga Kelaparan, China Larang Keluhan soal Lockdown di Medsos


Pemerintah China melarang unggahan negatif mengenai lockdown di Xi'an. Larangan ini disebar setelah sejumlah warga mengeluh kelaparan di media sosial karena pemerintah melarang penduduk keluar rumah selama lockdown.

Radio Free Asia melaporkan bahwa pemerintah daerah Xi'an mengumumkan langsung larangan ini melalui pesan singkat kepada sekitar 13 juta warga yang tinggal di kota itu.

"Mulai 4 Januari, warga dilarang mengunggah detail aturan pandemi atau informasi mengenai situasi di jalan, video, tautan, atau foto situasi, terutama berita negatif," demikian kutipan pengumuman pemerintah tersebut.

Pengumuman itu berlanjut, "Ada program pengintaian di grup WeChat, dan semua berita negatif akan langsung dihapus setelah dikirim. Camkan ini dan sebarkan pesan ini."

Pemerintah China menyebar pengumuman ini setelah sejumlah warga melontarkan keluhan mereka melalui jejaring sosial sejak pekan lalu.

Mereka mengeluh kelaparan karena pemerintah memperketat lockdown. Di bawah aturan itu, warga sama sekali tak diperbolehkan keluar rumah, kecuali untuk tes Covid-19.

Saat mengumumkan aturan itu, pemerintah menjamin pasokan kebutuhan warga tetap lancar. Namun kemudian, pemerintah mengakui ada kendala dalam penyaluran pasokan kebutuhan dan bantuan dari pemerintah ke masyarakat.

Warga mulai mengeluh kelaparan. Sebagian dari mereka berupaya memesan melalui aplikasi belanja, tapi harga bahan pokok sudah terlampau tinggi, atau lokasi mereka tak terjangkau sistem pengantaran.

Para warga pun menyuarakan rasa frustrasi mereka melalui jejaring sosial, sekaligus meminta agar ada yang segera mengirimkan bantuan. Ketika pemerintah mengumumkan larangan mengunggah "berita negatif" ini, para warga kian stres.

"Sangat jelas apa yang ingin dilakukan pemerintah. Sekarang, jika warga lapar, mereka tak boleh bilang," ucap seorang warga di Xi'an dengan nama keluarga Ma.

Ia kemudian berkata, "Tempat ini tak cocok bagi manusia untuk hidup, di mana mereka bahkan tak mengizinkan orang mendapatkan perawatan medis, atau melahirkan. Begitulah mereka memperlakukan rakyat di tengah pandemi."

Selama ini, China memang menggunakan pendekatan "nol Covid" dalam penanganan pandemi. Mereka akan langsung mengambil langkah ekstrem ketika menemukan kasus Covid di satu daerah.

Belakangan, aturan semakin ketat karena China mengalami lonjakan kasus Covid-19, terutama setelah kemunculan varian Omicron.

Related

News 3067533696777879264

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item