Emma Goldman, Wanita Anarkis Paling Berbahaya (Bagian 2)

Emma Goldman, Wanita Anarkis Paling Berbahaya

Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Emma Goldman, Wanita Anarkis Paling Berbahaya - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Jawaban-jawabannya jelas menjauhkan simpati para juri. Begitu dibebaskan, Goldman semakin dikenal luas dengan julukan “Red Emma”, perempuan sohor dan ditakuti karena merayakan cinta bebas, ateisme, dan revolusi. Dia sendiri tak ambil pusing terhadap para penentangnya. 

Ketika ditanya oleh editor Labor Leader pada 1897 mengenai masyarakat bebas, dengan simpel dia menjawab: “Saya terlampau anarkis untuk menjalankan sebuah program bagi para anggota masyarakat tersebut; sebenarnya, saya tidak peduli pada detil-detil yang cerewet, saya hanya menginginkan kebebasan yang sempurna, kebebasan tak terbatas bagi diri saya sendiri dan bagi orang lain.” 

Ketika Czolgosz, seorang pemuda imigran dari Polandia, membunuh Presiden McKinley pada 1901, disebut-sebut bahwa Goldman yang memotivasi dia untuk melakukan aksi tersebut. Kendati Goldman menyangkal terlibat tindakan itu, simpatinya terhadap pembunuhan tanpa perlawanan tersebut terus membuatnya kian tampil sebagai sosok yang berbahaya di mata publik. Akibatnya, represi terhadap para anarkis semakin keras, yang sekaligus membuatnya tidak bisa kembali ke dalam kehidupan publik sampai tahun 1906.

Pada masa itulah lantas Goldman dan Berkman mulai menerbitkan bulanan Mother Earth. Semula majalah mereka bernama “Open Road”, yang mengambil judul sebuah puisi karya Walt Whitman, sebuah judul yang amat pas melukiskan sosok dewi kesuburan dan cantiknya kebebasan. Ini terbitan yang tak hanya mengkaji gagasan-gagasan anarkis, namun juga menjadi mimbar bagi sastra dan seni, yang memperkenalkan penulis-penulis seperti Ibsen, Strindberg, Hauptmann, Thoreau, Nietzsche dan Wilde kepada publik Amerika.

Tulisan-tulisan Goldman dan aktivitas editorialnya tidak membuatnya berhenti mengorganisir kuliah-kuliah kelilingnya. Dia menjadi salah satu orator yang paling memukau dan eksplosif dalam sejarah Amerika, kendati senantiasa menjadi sasaran berbagai upaya polisi dan pasukan swakarsa yang berusaha membungkamnya. 

Pada 1910, karya teoritisnya yang terkenal, Anarchism and Other Essays, diterbitkan, yang disusul dengan serangkaian turnya yang terdiri dari 120 kali orasi di 37 kota di hadapan 25 ribu pendengar. 

Kuliah-kuliahnya tentang drama diterbitkan pada 1914 dengan judul The Social Significance of the Modern Drama. “Emma Merah” ini tak hanya menggauli drama sebagai media penebar pemikiran-pemikiran radikal yang ampuh dan menyokong karya-karya Hauptmann dan Ibsen, namun juga dengan konsisten menekuni dimensi estetik untuk memperjuangkan kebebasan.

Maka tak heran revolusioner mungil berkacamata bundar yang melorot di hidungnya ini, terus-menerus melabrak kewenangan dengan serangan terbukanya terhadap hukum, pemerintah dan properti, sumber malapetaka itu. Ia dipenjarakan untuk kedua kalinya karena menyebarkan literatur tentang kontrol kelahiran, namun hukumannya yang terpanjang adalah atas keterlibatannya dalam membentuk Liga Anti Wajib-Militer dan mengorganisir demonstrasi-demonstrasi menentang Perang Dunia I. 

Bersama Berkman ia kemudian ditangkap pada 1917 karena dituduh berkonspirasi menghalangi pendataan wajib militer dan dihukum penjara selama dua tahun. Selain itu, kewarganegaraan Amerika mereka dicabut dan mereka dideportasi dengan kaum Merah lainnya ke Rusia pada 1919. J. Edgar Hoover yang merancang pendeportasian mereka menyebut Goldman sebagai “Salah satu dari perempuan paling berbahaya di Amerika”.

Dalam kondisi itu, Goldman tidak terlalu masygul lantaran dipaksa kembali ke tanah kelahirannya dan menjadi saksi mata langsung atas terjadinya Revolusi Rusia, yang ketika di Amerika disanjungnya sebagai ‘janji dan harapan bagi dunia’. Demi revolusi, untuk pertama kalinya ia rela meminggirkan ketidaksetujuannya terhadap sentralisme dan konsep negara Marxis, dan ia pun terjun bergabung dengan barisan Bolshevik. 

Namun segera juga ia kecewa sebab diberangusnya kebebasan berpendapat dan diutamakannya hak-hak istimewa yang dinikmati para anggota Partai Komunis. Pasangan ini kemudian menjelajahi seluruh bagian Rusia untuk menghimpun dokumen-dokumen bagi arsip revolusioner, dan hati mereka amat terpukul menyaksikan langsung bagaimana birokrasi tumbuh menggurita, hukuman-hukuman politik dan kerja paksa semakin ditebar meluas.

Puncak kengerian mereka terjadi saat meletusnya pemberontakan Kronstadt. Berbagai pemogokan terjadi pada Maret 1921 di Petrograd yang didukung oleh para pelaut Kronstadt. Di antara sejumlah tuntutan mereka, barisan buruh dan pelaut tersebut menyerukan pemerataan kesejahteraan, kebebasan berpendapat bagi kelompok-kelompok Kiri dan digelarnya pemilu di Soviet. 

Pada gilirannya, pemberontakan Kronstadt dihancurkan secara brutal oleh Trotsky dengan Tentara Merah-nya. Pada saat itulah Goldman dan Berkman merasa tak kuat lagi jika tetap berada di Rusia. Mereka semakin meyakini bahwa kemenangan Negara Bolshevik tiada lain adalah kekalahan bagi Revolusi. Pada Desember 1921 mereka berhasil mendapatkan paspor dan segera pergi ke Eropa.

Goldman menuliskan dua tahun pengalamannya di Rusia di bawah judul My Disillussionment in Russia (1923) yang segera disambungnya dengan My Further Disillussionment in Russia (1924). Kedua buku tersebut diterbitkan dalam satu jilid di Inggris pada tahun berikutnya. 

Dengan menggugah, Goldman mengisahkan bagaimana dia berusaha mempertanyakan Kebijakan Ekonomi Baru dalam wawancaranya dengan Lenin, namun dengan segera ia menyadari bahwa “politik sentralisasi Negara itu sendiri adalah bentuk penuhanan atas Lenin dimana segala sesuatu harus dikorbankan”. Kendati prinsip-prinsip libertarian tampil kuat pada hari-hari pertama Revolusi, Goldman menunjuk ‘fanatikus pemerintahanisme’ Marxis dan juga konsep ‘kediktatoran proletariat’ mereka sebagai yang patut disalahkan atas hancurnya revolusi tersebut. 

Lebih lanjut Goldman menegaskan bahwa Bolshevikisme dalam prakteknya bukanlah sebentuk komunisme sukarela, tetapi lebih sebagai ‘paksaan dari Komunisme Negara’. Dengan tata ekonomi yang dinasionalkan, kekakuan perencanaan terpusat, sistem pengupahan, pembagian kelas dan hak-hak istimewa, birokrasi yang meraksasa, dominasi dan eksklusifitas Partai Komunis, maka semua hal tersebut hampir tidak ada bedanya dengan kapitalisme negara. Goldman bahkan menyatakan bahwa kediktatoran Stalin nyatanya lebih absolut ketimbang kediktatoran Tsar.

Setelah meninggalkan Rusia, Goldman dan Berkman tetap tidak diizinkan kembali ke Amerika. Maka Berkman menetap di Prancis dan Goldman di Inggris. Di negeri kolonialis ini Goldman bekerjasama dengan Rebecca West yang menulis kata pengantar untuk bukunya, My Disillussionment in Russia. Namun Goldman gagal merebut perhatian publik dengan pesan-pesannya yang tidak bersahabat. Dia nyaris sendirian di tengah para radikal karena tidak berpihak pada Bolshevik. 

Bertrand Russel mengenang bahwa meskipun Goldman disambut dengan antusias oleh Rebecca West dan lainnya untuk berpidato pada sebuah kesempatan di tahun 1924, ia terduduk diam di pojokan setelah sempat beberapa kali mengkritik Bolshevik. Pidato-pidato publiknya semakin jarang dikunjungi, bahkan dia gagal menemukan sebuah penerbit pun yang mau mempublikasikan manuskrip-manuskripnya tentang kisah dramatis di Rusia. 

Ketika mendengar bahwa ada kemungkinan Goldman akan dideportasi, pada tahun 1925, James Colton, seorang tua terpelajar-otodidak yang juga buruh tambang dari kawasan Wells, menawarkan pernikahan dengan Goldman agar dia memperoleh kewarganegaraan Inggris. Goldman menerima tawaran ‘solidaritas yang manis’ itu. Dengan paspor Inggris di tangan, barulah dia bisa bebas melakukan perjalanan ke Prancis dan Kanada. Bahkan, pada 1934, dia diizinkan menggelar tur kuliah-kuliahnya di Amerika.

Baca lanjutannya: Emma Goldman, Wanita Anarkis Paling Berbahaya (Bagian 3)

Related

Figures 1138327127492538639

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item