Kondisi Orang Indonesia Terkini: Sudah Hidup Irit, Nabung Kian Sulit


Sebagian orang RI mengakui belakangan ini makin sulit untuk menabung. Hidup sederhana sudah dilakukan, tapi harga kebutuhan yang naik memang ada-ada saja.

Abdi, seorang pegawai swasta di Jakarta, mengakui jumlah uang yang bisa dia sisihkan setiap bulannya untuk menabung makin berkurang dalam 6 bulan terakhir. Dia memperkirakan penurunan jumlah uang yang disisihkan untuk menabung mencapai Rp 300 ribu.

"Berkurang nominalnya, sekitaran Rp 300 ribu," ungkap Abdi ketika dihubungi, Senin (4/11/2023).

Dia mengaku sempat penasaran penyebab kemampuannya untuk menabung itu berkurang. Maka itu dia melakukan riset kecil-kecilan untuk menelusuri ke mana uangnya habis.

Dari hasil penelusurannya, Abdi mendapati bahwa pengeluaran hariannya memang naik hampir 50%. Dulu, Abdi biasa menghabiskan uang per harinya sebesar Rp 100 ribu, namun saat ini pengeluaran hariannya naik menjadi sekitar Rp 150 ribu.

Abdi juga mendapati harga barang-barang belanjaannya naik. Seperti susu kemasan yang naik dari Rp 4.750 menjadi Rp 6.500; rokok dari Rp 20 ribu per bungkus jadi Rp 24 ribu per bungkus; roti dari Rp 5 ribu ke Rp 5.500; dan total belanja bulanan sabun dan lainnya dari Rp 250 ribu menjadi Rp 300 ribu.

Menurut dia, harga makanan di kantornya juga ikut terkerek naik. Misalnya harga soto mie yang tadinya Rp 15 ribu sekarang menjadi Rp 18 ribu. "Yang ga naik cuma listrik dan internet, barang konsumsi lainnya pada naik," kata Abdi.

Ketika duit yang bisa ditabungnya makin sedikit, pengeluaran untuk kebutuhan-kebutuhan mendadak membuat tabungannya tergerus. Bulan lalu, kata dia, dia terpaksa menggunakan duit tabungannya sebanyak Rp 3 juta untuk membeli pompa airnya yang rusak. "Ini baru terpakai Rp 3 juta buat beli pompa baru," kata dia.

Kondisi yang dihadapi oleh Abdi hanyalah sedikit potret dari fenomena makin sulitnya orang RI menabung seperti data yang dirilis Bank Indonesia. Berdasarkan Survei Konsumen dari Bank Indonesia, rasio tabungan terhadap pendapatan per Oktober 2023 turun jauh dibandingkan posisi sebelum pandemi Covid-19 atau Oktober 2019.

Pada bulan Oktober tahun ini rasio simpanan terhadap pendapatan masyarakat Indonesia sebesar 15,7%. Sementara, pada bulan yang sama tahun 2019, rasio simpanan terhadap pengeluaran masyarakat di Tanah Air masih jauh lebih besar, yakni 19,8%.

Fenomena makin sulitnya menabung di era ini paling dirasakan oleh kelompok masyarakat dengan pendapatan Rp 4,1 juta hingga Rp 5 juta yang mengalami penurunan rasio simpanan terhadap pendapatan paling dalam atau sebesar 460 basis poin (bps). Kemudian disusul oleh kelompok pendapatan Rp 2,1 juta hingga Rp 3 juta, yakni merosot 400 bps.

Kelompok pendapatan Rp 1 juta hingga Rp 2 juta yang tercatat mengalami penurunan rasio paling kecil atau 180 bps. Imbas dari kondisi itu, sepanjang tahun ini simpanan masyarakat di Indonesia tumbuh seret, bahkan per Oktober 2023 dana pihak ketiga (DPK) perbankan hanya tumbuh 3,9% secara tahunan (yoy).

Data Mandiri Spending Index pada November 2023 menunjukkan masyarakat menengah ke bawah menghabiskan lebih dari separuh penghasilannya untuk membeli barang konsumsi. Data menunjukkan kelompok bawah menghabiskan 62% konsumsinya untuk consumer goods pada November.

Porsi konsumsi consumer good yang terkait dengan kebutuhan sehari-hari naik drastis dari 59,2% pada Oktober. Konsumsi untuk pembelian peralatan rumah tangga turun drastis menjadi 3,6% pada November dibandingkan 9,5% pada Oktober. Consumer goods terkait erat dengan kebutuhan sehari-hari mulai dari pangan, minuman, perawatan tubuh seperti sabun mandi dan shampoo, hingga home care seperti sabun cuci piring.

Firdaus, seorang freelancer di bidang desain grafis mengaku juga merasakan harga-harga yang makin naik. Dia mengatakan rokok dan makanan menjadi kebutuhan yang harganya paling melejit. "Mahal banget naiknya," ungkapnya.

Untuk mengatasi kenaikan harga kebutuhan sehari-hari, Firdaus memilih untuk mengirit semua pengeluarannya. Untuk makan misalnya, dia memilih untuk makan di rumah ketimbang membeli. Kegiatan-kegiatan nongkrong di kafe, kata dia, juga hanya dilakukan paling banyak satu bulan sekali.

Ketika kebutuhan hidup yang mendadak datang, dia memilih meminjam uang dari temannya agar tabungannya tidak terganggu. "Harga-harga pada naik, ya udah bisa apa saya, kerjaan jadi freelancer kan enggak tentu," kata dia.

Related

News 5139042705808929268

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item