5 Kasus Kejahatan Misterius Tak Terpecahkan di Indonesia


Tepat 9 tahun lalu, sebuah kasus pembunuhan tak terpecahkan terjadi di Indonesia. Sebuah kasus pembunuhan mahasiswa UI bernama Akseyna Ahad Dori (Ace) yang sampai saat ini tak terpecahkan.

Ternyata, kasus pembunuhan tak terpecahkan tidak hanya terjadi pada Akseyna. Ada beberapa kasus lain yang tidak terungkapkan, bahkan lebih dari empat dekade. Mulai dari kasus mutilasi, pembunuhan aktivis, hingga pembunuhan seorang waria. 

Berikut ini adalah beberapa kasus pembunuhan dan kematian di Indonesia yang bertahun-tahun tak terpecahkan hingga saat ini. 

1. Kasus Setiabudi 13

'Setiabudi 13', sebuah kasus mutilasi brutal yang terjadi pada 23 November 1981, tetap menjadi misteri yang belum terpecahkan selama 42 tahun. Ahli forensik terkemuka, Mun'im Idries, yang memeriksa mayat tersebut, menggambarkan bahwa pelaku memutilasi punya keahlian yang tinggi dan sadis.

Mayat korban ditemukan dengan 13 potong tulang dan 180 sayatan daging, dengan bekas gergaji besi pada tulang dan perut korban yang disayat dengan cermat tanpa merusak organ di dalamnya.

Mun'im Idries meyakini bahwa lebih dari satu orang terlibat dalam kejahatan ini, mengingat tingkat keahlian yang diperlukan untuk melakukan mutilasi sedemikian rupa.

Meskipun pihak kepolisian telah menyebarkan sketsa wajah dan sidik jari korban untuk identifikasi publik, tak ada yang berhasil mengidentifikasi korban tersebut, menjadikan kasus ini tetap terbengkalai dan menjadi salah satu misteri kriminal terbesar dalam sejarah Indonesia.

2. Kasus Marsinah

Pada 8 Mei 1993, jasad seorang wanita ditemukan di hutan Nganjuk, Jawa Timur, yang kemudian diidentifikasi sebagai Marsinah, seorang aktivis buruh pada era Orde Baru yang dikenal sebagai pahlawan pekerja.

Setelah bekerja di beberapa pabrik, Marsinah bergabung dengan PT Catur Putra Surya (CPS) di Surabaya, di mana ia dan rekan-rekannya menuntut pembentukan serikat pekerja. Karena keterlibatannya dalam aksi tersebut, ia dipindahkan ke pabrik CPS di Porong, Sidoarjo pada 1992.

Di Sidoarjo, Marsinah terus memperjuangkan hak-hak buruh dan memimpin demo pada 3-4 Mei 1993 dengan 150 buruh untuk menuntut kenaikan gaji. Namun, setelah demo, mereka dipanggil ke Kodim Sidoarjo dan diminta untuk menandatangani surat pengunduran diri.

Sehari setelah kejadian itu, Marsinah diculik dan jasadnya ditemukan dengan tanda-tanda penganiayaan berat, termasuk luka parah di seluruh tubuhnya, robeknya usus, tulang hancur, memar pada kandung kemih, dan pendarahan rongga perut.

Meskipun kasus ini masih jadi misteri dan pelakunya belum teridentifikasi, Marsinah diakui oleh Yayasan Pusat HAM dengan Yap Thiam Hien Award pada tahun yang sama.

3. Kasus Pembunuhan Munir

Kasus pembunuhan Munir Said Thalib telah menjadi misteri yang menggemparkan Indonesia. Munir, seorang aktivis HAM terkemuka dan pendiri serta Ketua Kontras, pernah menangani kasus pembunuhan Marsinah yang mencuat pada tahun 1992.

Pada 7 September 2003, Munir sedang dalam perjalanan dari Indonesia ke Amsterdam. Saat pesawat lepas landas, Munir dilaporkan sakit oleh seorang awak kabin dan kemudian dipindahkan ke kursi sebelah seorang dokter. Namun, dua jam sebelum pesawat mendarat di Amsterdam, Munir meninggal dunia.

Awalnya, diduga Munir meninggal karena serangan jantung, namun penyelidikan oleh kepolisian Belanda mengungkap adanya senyawa arsenik dalam tubuhnya. Temuan ini memicu kontroversi besar di dalam dan luar negeri, mengingat Munir adalah kritikus tajam terhadap pelanggaran HAM oleh pemerintah Indonesia.

Meskipun ada beberapa nama tersangka, identitas pembunuh dan dalang di balik pembunuhan Munir masih belum terungkap hingga kini.

4. Kasus Pembunuhan Waria Shella

Salah satu kasus yang belum terpecahkan saat ini adalah kasus pembunuhan seorang waria. Pada November 2015, terjadi kasus pembunuhan terhadap seorang waria bernama Safrizal atau Shella di Cipayung, Jakarta Timur. Shella, yang berusia 27 tahun, bekerja di sebuah salon di Pasar Rebo.

Ketika ditemukan, Shella mengalami luka tusuk di paha kiri dan rusuk kiri. Warga sekitar mendengar teriakan korban sebelum kejadian penusukan.

Menurut penyelidikan polisi, Shella tidak menjadi korban begal karena sepeda motor yang dia gunakan tidak hilang. Jenazah Shella kemudian dibawa ke RS Polri Kramatjati, Jakarta Timur untuk dilakukan visum.

Polisi telah mengumpulkan beberapa barang bukti, termasuk motor korban, tas hitam yang berisi uang tunai sebesar Rp29 ribu dan tisu, serta satu unit tablet. Meski telah memeriksa 15 saksi, polisi belum berhasil mengidentifikasi pelaku pembunuhan tersebut.

5. Kasus Pembunuhan Akseyna

Pada 26 Maret 2015, Indonesia dihebohkan dengan kasus misterius kematian Akseyna Ahad Dori, yang ditemukan tewas di Danau Kenanga, Universitas Indonesia (UI), Depok, Jawa Barat.

Akseyna, mahasiswa jurusan Biologi Fakultas Matematika dan IPA UI, awalnya dicurigai melakukan bunuh diri. Namun, investigasi lebih lanjut mengarah pada dugaan bahwa Akseyna sebenarnya korban pembunuhan.

Salah satu hal yang mencurigakan bagi pihak kepolisian adalah surat wasiat yang mereka anggap bukan ditulis oleh Akseyna sendiri. Banyak orang mungkin sudah mengetahui dugaan keterlibatan pihak lain dalam surat wasiat Ace. Seorang ahli grafologi mengungkap di Twitter bahwa ada penambahan kata-kata di tulisan Ace oleh orang lain. Bahkan, tanda tangan yang ada bukanlah tanda tangan asli milik Ace.

Meskipun kepolisian yakin bahwa Akseyna dibunuh, hingga kini pelaku yang bertanggung jawab atas kematiannya belum teridentifikasi dan ditangkap.

Related

Mistery 409175325343985701

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item